Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

Sebelas empat-empat belas

Sampai jualah masa itu Ya, sebuah hari pentasbihan menjadi sesuatu di bawah kasta tertinggi walau tersisa tanya sejumput keraguan akan tanggung jawab dan penghilangan keakuan diploma level tiga sarjana level satu saksi perjalanan intelektual masa indah di perbatasan Jakarta Depok ku rengkuh semua diantara ada dan tiada kaki yang hampir lelah baju yang mulai robek perut yang selalu berontak peluh yang tak kuasa kubendung dan mata yang terjaga tapi aku pantang mengeluarkan air mata kecuali untuk Tuhan tercinta! Bermuara di sabuga sebelas april dua ribu empat belas (walau aku masih punya mimpi ini bukan pelabuhan intelektualku yang terakhir)

Ada Apa Dengan Klakson!

Klakson ya klakson!sudah lama sebenarnya ingin menulis tentang klakson. Sebuah elemen pada kendaraan yang punya peran walau terkadang menjengkelkan. Di Jepang konon katanya jarang sekali seorang pengemudi membunyikan klakson. Ketika terjadi antrian panjang pada saat terjadi gempa bumi dan tsunami beberapa tahun yang lalu bunyi klakson  tidak berbunyi di sana-sini. Tetap mengantri dengan tenang. Di Indonesia mungkin klakson adalah juga alat ekpresi dan identitas diri. Bunyi klakson tidak lagi sebatas suara untuk memberi tahu pengemudi atau pengguna jalan yang lain tapi terkadang telah sampai pada tahap mengagetkan dan berlebihan dan yang pasti menjengkelkan (klakson yang telah dimodifikasi). Kalau di luar negeri orang cenderung hemat berklakson, maka di kita cenderung gemar berklakson ria. Suara klakson yang telah dimodifikasi lebih terdengar mengagetkan daripada sekedar memperingatkan atau memberitahukan. Sesuatu yang tidak perlu diklaksonin pun diklaksonin, seolah mau menunjukkan