Dewa Slide

Dewa Slide

Sabtu, 09 Mei 2015

Aku Ngopi maka Aku Ada!

Pada tahun 90an kopi adalah minuman yang berkelas di kampung saya. Tidak sembarang orang dapat menikmati seduhan kopi. Tidak setiap perhelatan minuman kopi dihidangkan. Hanya orang menengah ke atas yang dapat menikmati kopi. Saat itu kopi dalam sachet belum dikenal apalagi yang sudah dicampur gula. Sesuatu yang tidak terbayangkan saat itu. Kalau ingin ngopi kita harus membeli bubuk kopi dan gula. Itu yang membuat kopi menjadi minuman mahal, setidaknya bagi masyarakat lingkungan pedesaan. Pada momen acara kenduri baik khitanan, pernikahan atau malam takbiran barulah kopi disediakan. Walau tanpa komposisi takaran yang jelas antara kopi dan gula serta diseduhnya pun dalam teko, kopi tetap menjadi minuman langka.

Ketertarikanku pada kopi adalah pada Kopi Robusta Cap Burung Holung produksi salah satu toko di Tasikmalaya. Kopi giling pertama yang kukenal dan kunikmati adalah. Sebagai anak-anak saat itu belum bisa menilai rasa kopi, hanya dapat membedakan rasa manis dan pahit, maka itulah rasa kopi. Ketika menginjak SMA kembali mencoba kopi, Kopi Kapal Api menjadi pilihan. Karena takarannya yang agak banyak, sampai membuat dada berdebar-debar. Mungkin belum biasa sehingga tubuh perlu beradaptasi.

Sewaktu ngekost dan kuliah di Depok minum kopi menjadi kebiasaan. Segelas kopi sehabis makan membuat saya mampu menahan lapar lebih lama. Kondisi yang sangat berarti bagi anak kost. Kopi favorit saat itu adalah Kopi Cap Liong Bulan. Segelas kopi liong racikan Mang Warkop dari Sumedang di Pertigaan Jalan H. Kodja seolah menjadi keajaiban dunia yang ke delapan. Saat itu juga mulai berkenalan dengan Kopi Nescafe. Plus Krimer Nescafe kopi ini memberikan pengalaman lain. Hal penting lain adalah Gelas Kecil Nescafe yang legendaris. Mulai saat itu takaran gelas kecil Nescafe menjadi patokan saya dalam menyeduh kopi.

Sekarang minum kopi bak ritual yang harus saya lakukan tiap hari. Minimal satu gelas. Tiap berkunjung ke suatu daerah selalu berusaha untuk membeli kopi yang khas dari daerah tersebut. Atau minta oleh-oleh kopi kepada teman yang sedang berkunjung atau ada di daerah yang secara tradisi mempunyai sejarah kopi yang kuat. Kopi Cap Kapal Layar Padang Pariaman, Kopi Dempo, Kompi Lampung dan Kopi Aroma Bandung adalah kopi-kopi tradisional yang pernah saya nikmati. Ada sensasi khas pada tiap-tiap kopi. Kopi adalah khasanah kuliner Indonesia yang harus kita banggakan. Bagi saya kopi adalah inspirasi dan semangat! Seperti tagline iklan kopi di Kota Bandung!”Ngopi heula lur meh semangat”!

Label: , , , , , ,

1 Komentar:

Pada 12 Maret 2016 pukul 17.42 , Blogger Hello mengatakan...

Coba deh, kopi Gamong. Kopi khas desa Gamong, kec. Kaliwungu, Kudus. Kopi ini telah terbukti secara turun temurun mampu menghilangkan rasa kantuk yang bener bener manjur. Biasanya cuma diminum kalo ada acara hajatan di desa-desa.

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda