Langsung ke konten utama

Semua Adalah Musyafir (By Salim A Fillah)

Petunjuk Jalan 
Syahdan, seorang musyafir mengunjungi rumah  seorang ‘alim besar di suatu kota, yang dengan amat memesona baru saja menyampaikan sebuah khutbah Jumat nan tersimak dengan khusyu’. Memasuki sebuah ruangan dalam bangunan amat bersahaja, dia tak menemukan apapun selain senym yang tulus, air yang sejuk dan sajian siang yang dihulur dalam wadah bersahaja.  Ketika mengedarkan mata, selain alas yang diduduki, taka da benda lain yang lazim mengisi rumah! Kosong, tapi terasa lapang. Melompong tapi tak hampa. “Wahai Syaikh?", tanyanya memberanikan diri, “Dimanakah perabotan dan perkakas rumah tangga anda?”. Orang arif itu tersenyum,” Ah iya! Nah, dimana pula perabotanmu, anakku?”. Lho saya ini kan hanya berkunjung”, jawabku sambil heran atas pertanyaannya. “ Sama anakku..heheh…sama”’ terkekeh Sang Syeikh. “ Aku juga hanya pengunjung di dunia ini”.

Ada makna yang sungguh dalam pada perbincangan ini. Seakan ia pengejawantahan sabda Rasululloh SAW. Kepada Ibnu Umar RA yang direkam Imam Bukhari,” Jadilah engkau di dunia bagai orang asing”, ujar beliau. “Atau musyafir yang menyeberangi jalan”. Sayyidina Abdullah Ibn “umar menggarisbawahi dengan menyatakan,” Jika kau berada di waktu sore jangan menunggu pagi. Jika kau berada di waktu pagi jangan menunggu waktu sore”.  Ini penekanan tentang waktu pulang yang rahasia, seringnya tiba-tiba, dan penjang serta rumit perjalanannya di sebalik pintu bernama maut!

Barangkali setiap orang punya kiat masing-masing untuk menjaga hakikat makna ini di dalam hati. Adalah Imam Asy Syafi’i selalu berjalan dengan bertelekan tongkat mesti usianya masing muda dan tubuhnya masih perkasa. Beliau masyhur dapat menunggang kuda tanpa pelana semberi memegangi kupingnya, jika membidikan 10 anak panah tak satupun lepas dari sasarannya.


Maka seseorang bertanya,” Buat apa engkau bertongkat padahal umurmu masih belau dan badanmu tampak kuta?”, “Untuk senantiasa mengingatkan diri”, ujar beliau sembari tersenyum”. “Bahwa aku ini hanya musyafir yang mampir, singgah untuk mengabdi saja, tidak selamanya. 

Komentar

Suheryana Bae mengatakan…
Bagaimana mungkin orang yang berjalan ke barat mengetahui timur. So kita mau berjalan ke mana ?

Postingan populer dari blog ini

PENSIUN, PURNABAKTI, PURNATUGAS DAN PURNAWIRAWAN

Hari ini di kantor ada perpisahan rekan kerja yang akan memasuki masa pensiun mulai bulan Oktober besok.  Masa kerja lebih dari tiga puluh tahun jelas merupakan sebuah prestasi, melewati dan mengalami berbagai macam dinamika birokrasi atau minimal berhasil melawan segala kejenuhan. Banyak istilah yang mengacu  pada berakhirnya masa kerja, ada purnabakti, purnatugas dan purnawirawan artinya pasti sama, pension!kecuali purnawarman, itu merupakan nama raja dulu dan dipakai sebagai salah satu nama jalan di Bandung. Pensiun bukan momok yang menakutkan itu adalah alur perjalanan karier! Aku sampai ga ya ke usia pensiun! mudah-mudahan Alloh SWT Sang Pemilik Kehidupan memberikanku kenikmatan hidup dan kebarokahan hidup!sama seperti usia Rasululloh SAW pun bagiku sudah sangat beruntung. Aamiin ya robbal a'lamiin! Selamat buat Ibu Nani Hernani, Kasubag TU Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Ciamis yang hari ini memasuki usia pensiun. Beliau pensiun denga

Area Patimuan, Situs Cagar Budaya Karang Kamulyan

Salah satu tempat yang menarik di Situs Cagar Budaya Karang Kamulyan Ciamis adalah Patimuan. Situs Cagar Budaya Karang Kamulyan berada di Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis persis di samping jalan nasional jalur selatan perbatasan Kecamatan Cijeungjing dan Cisaga.  Aliran Sungai Cimuntur Aliran Sungai Citanduy Patimuan merupakan pertemuan dua sungai besar; Sungai Cimuntur dari arah utara dan Sungai Citanduy dari arah barat. Patimuan juga tidak lepas dari sejarah Ciung Wanara yang kesejarahannya terangkum di situs Cagar Budaya Karang Kamulyan. Sungai Cimuntur terlihat lebih keruh bila dibandingkan dengan air Sungai Citanduy. Ini terkait dengan tingkat erosi yang lebih tinggi di Daerah Aliran Sungai Cimuntur. Pertemuan Sungai Cimuntur dan Citanduy Ikan-ikan khas Citanduy dan Cimuntur seperti Bebeong dan Balar masih bisa didapatkan oleh para pemancing. Memancing Situs Cagar Budaya ini perlu lebih dioptimalkan lagi pengelolaannya. Selain tempatnya yang str

Lodong Kosong Ngelentrung!

Kami menyebutnya Lodong. Terbuat dari bambu, biasanya bambu jenis Gombong atau Bitung. Lodong ini adalah untuk menampung air nira Kawung (Aren ) yang nantinya diolah menjadi gula. Sehabis dipakai biasanya disterilkan dengan diasapin di hawu (perapian tradisional). Kalau di Bahasa Indonesia ada peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya nah di Bahasa Sunda paribasa "Lodong Kosong Ngelentrung" artinya mirip "orang yang banyak bicara biasanya ga ada isinya". Sigay Selain lodong, piranti terkait prosesi membuat gula adalah sigay. Sebatang kayu yang digunakan sebagai tangga untuk menaiki pohon aren.