Langsung ke konten utama

GJS dan Diskusi Reformasi Birokrasi


Akhirnya selesai juga gelaran acara Gerak Jalan Sehat dalam rangka HUT Emas Smandatas, alhamdulillah acara berjalan dengan lancar. Dua jempol buat jajaran panitia dan semua pihak yang telah mendukung acara ini. Walau kontribusi saya cuma do'a dan harapan, tapi ya ikut senang juga. Melihat antusias teman-teman alumni (akang-akang, teteh-teteh dan ade-ade) ikut memberi aura positif, agar hidup tetap semangat dan optimis.  

Disela Pelaksanaan Gerak Jalan Sehat dalam rangkaian HUT Emas Smandatas bertemu dengan Kang Ismail Hakim. Sudah lebih dari dua dekade tidak bertemu. Ia adalah kakak kelas sekaligus kakak Kang Irwan Nurwandi, sahabat saya semenjak SMP.  Sambil menikmati Bubur Ayam Dadaha (ini biasanya jadi menu kalau kita praktek renang di Dadaha) kita ngobrol panjang. Berdiskusi tentang kehidupan. Sebagai sesama birokrat kita berbagai tentang harapan. Prinsip hidup yang relatif sama tentang sebuah nilai hakiki membuat obrolan semakin intens.

Hal penting yang dapat digarisbawahi dari sharing tersebut tentang bagaimana kita bisa berperan dalam perbaikan organisasi. Beliau bercerita tentang metamorfosa di tempat kerjanya, sebuah instansi di lingkup Kementerian Keuangan. Dulu di intansinya, orang yang tidak mau menerima "sesuatu" di luar penghasilan resmi dianggap orang aneh [jadi ingat aku juga sepertinya pernah dianggap orang aneh, walau aneh yang lain hehehehe], dan sekarang orang yang mau menerima "sesuatu" di luar penghasilan resmi dianggap orang aneh justru disebut orang aneh. 

Kita juga diskusi panjang tentang reformasi birokrasi. Lesson learnt-nya adalah kompensasi yang berupa materi tidak akan serta merta membuat kinerja menjadi meningkat dan perilaku koruptif pergi menjauh. Konon reformasi birokrasi yang berbasis kompensasi materi di instansinya pernah mengalami kegagalan. Padahal proses reformasi birokrasi di Kementerian keuangan telah berjalan mulai dari tahun 2002. 

Satu hal yang jangan dilupakan dalam implementasi reformasi birokrasi adalah menyentuh sisi spiritual pegawai. Organisasi harus mampu menyentuh hati SDM yang ada didalamnya. Menyentuh sisi terdalam nurani seorang manusi, kesadaran akan tanggung jawab termasuk didalamnya pertanggunjawaban di hadapan Mahkamah Robbaniyah!. Kemampuan menata hati akan membuat kita bekerja lebih ikhlas, nyaman dan tidak bergantung materi. Ia juga berpesan tentang bagaimana memanfaatkan setiap momen untuk berdakwah dan menularkan virus positif ke lingkungan. 

Absen secara elektronik merupakan awal dari implementasi reformasi birokrasi. Mekanisme ini akan memaksa pegawai tetap berada di lingkungan kerja. Setelah presensi optimal barulah kita berbicara pembagian kerja. Persoalan saat ini bukan kekurangan pegawai, tapi ada orang yang overload dan banyak pegawai yang melalui hari tanpa output yang jelas. Tidak ada yang tak mungkin, impossible is nothing!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENSIUN, PURNABAKTI, PURNATUGAS DAN PURNAWIRAWAN

Hari ini di kantor ada perpisahan rekan kerja yang akan memasuki masa pensiun mulai bulan Oktober besok.  Masa kerja lebih dari tiga puluh tahun jelas merupakan sebuah prestasi, melewati dan mengalami berbagai macam dinamika birokrasi atau minimal berhasil melawan segala kejenuhan. Banyak istilah yang mengacu  pada berakhirnya masa kerja, ada purnabakti, purnatugas dan purnawirawan artinya pasti sama, pension!kecuali purnawarman, itu merupakan nama raja dulu dan dipakai sebagai salah satu nama jalan di Bandung. Pensiun bukan momok yang menakutkan itu adalah alur perjalanan karier! Aku sampai ga ya ke usia pensiun! mudah-mudahan Alloh SWT Sang Pemilik Kehidupan memberikanku kenikmatan hidup dan kebarokahan hidup!sama seperti usia Rasululloh SAW pun bagiku sudah sangat beruntung. Aamiin ya robbal a'lamiin! Selamat buat Ibu Nani Hernani, Kasubag TU Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Ciamis yang hari ini memasuki usia pensiun. Beliau pensiun denga

Area Patimuan, Situs Cagar Budaya Karang Kamulyan

Salah satu tempat yang menarik di Situs Cagar Budaya Karang Kamulyan Ciamis adalah Patimuan. Situs Cagar Budaya Karang Kamulyan berada di Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis persis di samping jalan nasional jalur selatan perbatasan Kecamatan Cijeungjing dan Cisaga.  Aliran Sungai Cimuntur Aliran Sungai Citanduy Patimuan merupakan pertemuan dua sungai besar; Sungai Cimuntur dari arah utara dan Sungai Citanduy dari arah barat. Patimuan juga tidak lepas dari sejarah Ciung Wanara yang kesejarahannya terangkum di situs Cagar Budaya Karang Kamulyan. Sungai Cimuntur terlihat lebih keruh bila dibandingkan dengan air Sungai Citanduy. Ini terkait dengan tingkat erosi yang lebih tinggi di Daerah Aliran Sungai Cimuntur. Pertemuan Sungai Cimuntur dan Citanduy Ikan-ikan khas Citanduy dan Cimuntur seperti Bebeong dan Balar masih bisa didapatkan oleh para pemancing. Memancing Situs Cagar Budaya ini perlu lebih dioptimalkan lagi pengelolaannya. Selain tempatnya yang str

Lodong Kosong Ngelentrung!

Kami menyebutnya Lodong. Terbuat dari bambu, biasanya bambu jenis Gombong atau Bitung. Lodong ini adalah untuk menampung air nira Kawung (Aren ) yang nantinya diolah menjadi gula. Sehabis dipakai biasanya disterilkan dengan diasapin di hawu (perapian tradisional). Kalau di Bahasa Indonesia ada peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya nah di Bahasa Sunda paribasa "Lodong Kosong Ngelentrung" artinya mirip "orang yang banyak bicara biasanya ga ada isinya". Sigay Selain lodong, piranti terkait prosesi membuat gula adalah sigay. Sebatang kayu yang digunakan sebagai tangga untuk menaiki pohon aren.