Langsung ke konten utama

Aidit...Nasib Sebuah Nama!

September menjelang usai. 
Menjelang akhir September imajinasi ini selalu mengembara ke belakang! September 1965, tepatnya 30 September 1965. Kurun waktu yang banyak merubah arah perjalanan hidup bangsa ini. Banyak yang menyebut tragedi. Banyak pula yang menyebut konspirasi. Lepas dari semua polemik dan kontroversi yang ada,  kita harus belajar dari peristiwa yang terjadi di masa lalu. Sejarah memang  tidak akan terulang. Tapi terkadang ia hadir dalam bentuk dan pelaku yang berbeda.

Ingat September ingat peristiwa 30 September. Pasti ingat Partai Komunis Indonesia. PKI, sebuah partai besar saat itu dengan massa dan underbouw yang militan. Organisasi yang progresif revolusioner. Meraih suara empat besar pada Pemilu 1955 merupakan bukti sahih partai ini diterima masyarakat. Di pertengahan tahun 1960an tentu jumlah kader dan simpatisan partai ini semakin meningkat. Mewakili unsur Komunis dalam konsep Nasakom merupakan bukti pengakuan eksistensial terhadap PKI.

Ingat PKI pasti akan mengingat D.N Aidit. Ia adalah adalah Ketua CC. PKI yang berhasil menjadikan PKI sebagai kekuatan politik yang disegani saat itu. Tapi tragedi 30 September 1965 menyeret PKI pada sejarah kelam. Sebagai kekuatan politik ia menerima hukum besi ayunan pendulum kerja politik yang hanya mengenal menang dan kalah. Menang berkuuasa kalah terpuruk. 

Kekalahan tersebut juga telah mengeliminasi sebuah nama dari khasanah nama-nama yang biasa dipakai di Indonesia. Saya kira sejak tahun 1966 sampai sekarang tidak ada lagi orang tua yang menamai anaknya dengan nama Aidit..... paling banter ada nama Adit atau Aidil!

Sekali lagi politik itu hanya mengenal menang dan kalah. Jika menang yang 10 persen pendukung fanatiknya akan mendapat kejayaaan dan 10 persen penentangnya akan menderita. Sementara 80 persennya adalah masa mengambang dan akan ikut pemenang! Nanglu...Menang Milu!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENSIUN, PURNABAKTI, PURNATUGAS DAN PURNAWIRAWAN

Hari ini di kantor ada perpisahan rekan kerja yang akan memasuki masa pensiun mulai bulan Oktober besok.  Masa kerja lebih dari tiga puluh tahun jelas merupakan sebuah prestasi, melewati dan mengalami berbagai macam dinamika birokrasi atau minimal berhasil melawan segala kejenuhan. Banyak istilah yang mengacu  pada berakhirnya masa kerja, ada purnabakti, purnatugas dan purnawirawan artinya pasti sama, pension!kecuali purnawarman, itu merupakan nama raja dulu dan dipakai sebagai salah satu nama jalan di Bandung. Pensiun bukan momok yang menakutkan itu adalah alur perjalanan karier! Aku sampai ga ya ke usia pensiun! mudah-mudahan Alloh SWT Sang Pemilik Kehidupan memberikanku kenikmatan hidup dan kebarokahan hidup!sama seperti usia Rasululloh SAW pun bagiku sudah sangat beruntung. Aamiin ya robbal a'lamiin! Selamat buat Ibu Nani Hernani, Kasubag TU Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Ciamis yang hari ini memasuki usia pensiun. Beliau pensiun denga

Area Patimuan, Situs Cagar Budaya Karang Kamulyan

Salah satu tempat yang menarik di Situs Cagar Budaya Karang Kamulyan Ciamis adalah Patimuan. Situs Cagar Budaya Karang Kamulyan berada di Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis persis di samping jalan nasional jalur selatan perbatasan Kecamatan Cijeungjing dan Cisaga.  Aliran Sungai Cimuntur Aliran Sungai Citanduy Patimuan merupakan pertemuan dua sungai besar; Sungai Cimuntur dari arah utara dan Sungai Citanduy dari arah barat. Patimuan juga tidak lepas dari sejarah Ciung Wanara yang kesejarahannya terangkum di situs Cagar Budaya Karang Kamulyan. Sungai Cimuntur terlihat lebih keruh bila dibandingkan dengan air Sungai Citanduy. Ini terkait dengan tingkat erosi yang lebih tinggi di Daerah Aliran Sungai Cimuntur. Pertemuan Sungai Cimuntur dan Citanduy Ikan-ikan khas Citanduy dan Cimuntur seperti Bebeong dan Balar masih bisa didapatkan oleh para pemancing. Memancing Situs Cagar Budaya ini perlu lebih dioptimalkan lagi pengelolaannya. Selain tempatnya yang str

Lodong Kosong Ngelentrung!

Kami menyebutnya Lodong. Terbuat dari bambu, biasanya bambu jenis Gombong atau Bitung. Lodong ini adalah untuk menampung air nira Kawung (Aren ) yang nantinya diolah menjadi gula. Sehabis dipakai biasanya disterilkan dengan diasapin di hawu (perapian tradisional). Kalau di Bahasa Indonesia ada peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya nah di Bahasa Sunda paribasa "Lodong Kosong Ngelentrung" artinya mirip "orang yang banyak bicara biasanya ga ada isinya". Sigay Selain lodong, piranti terkait prosesi membuat gula adalah sigay. Sebatang kayu yang digunakan sebagai tangga untuk menaiki pohon aren.