Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

Di Sebuah Ruang Tunggu

Ruang Tunggu (ilustrasi) Hari ini adalah giliran kontrol. Satu bulan satu kali bersilaturahmi dengan dokter yang merawat. Ibadah, semaksimal mungkin menyempurnakan ikhtiar. Ruang tunggu pasien adalah tempat yang menakjubkan. Sambil menunggu panggilan baik untuk pemeriksaan awal atau pemeriksaan dokter, kita bisa banyak tafakur di sini. Kumpulan orang yang sedang ditakdirkan Alloh SWT untuk sakit menampilkan berbagai macam pembelajaran. Di sini pula kita dapat melihat berbagai karakter manusia, baik yang sedang sakit atau yang mengantarnya. Ada yang shabar ada juga yang kurang shabar. Ada yang ceria, muka menekuk, sedih, dan ada yang biasa-biasa saja. Di ruang tunggu pula saya berkesempatan belajar pada salah seorang pasien. Sama-sama berstatus pasien dokter Spesialis Jantung. Di sangka lebih tua karena badannya yang tinggi besar plus rambut yang gondrong diikat, eh ternyata ia lebih muda 5 tahun dari saya. "Jantung saya lemah, cepat capai!", begitu keluhan ringk

Memposting Keikhlasan

Seiring perjalanan waktu ketika memosting sesuatu di media sosial hati dan pikiran ini jadi sok alim dan sok bijak. "Apa niat saya di balik postingan ini?". Apakah ingin dilike, diberi komentar, diberi pujian. memposting sesuatu dengan berselimut keikhlasan itu menurutku yang imannya pas-pasan sulit sekali. Penyakit sum'ah (ingin didengar), ingin dilihat, dan riya berkolaborasi menggerogoti niat baik. Kita rata-rata memposting kebaikan....kesenangan. Jarang-jarang kita memposting musibah yang menimpa.

Phlebotomi

Proses Phlebotomi Akhirnya ngalamin juga diplebo.  Awalnya ada perasaan takut ini takut itu. Ternyata plebotomi bukan suatu yang menakutkan. Secara sederhana phlebotomi adalah proses mengeluarkan darah untuk suatu keperluan. Dalam khasanah thibbun nabawi , phlebotomi dikenal dengan terapi  Al Fashdu . Aku menderita polisitemia sekunder . Haemoglobin (Hb) pada darahku tinggi, lebih dari nilai normal berdasarkan pemeriksaaan lab. Akibatnya darah menjadi kental, hal ini ditunjukkan dengan nilai Hematokrit yang juga melebihi batas normal. Hal ini diakibatkan karena kelainan jantung yang aku punya. Darah kekurangan oksigen sehingga sumsum tulang merespon dengan memerintahkan untuk memroduksi sel darah merah lebih banyak. Gejala yang dirasakan adalah pusing ( dizzy)   dan kadang limbung/kleyengan seperti mau pingsan. Karena darah kental ini juga menyebabkan tekanan pembuluh darah di paru-paru menjadi tinggi. Dalam istilah medis dikenal dengan Hipertensi Paru. Pulmonary Hypertensio

UI, Sebuah Dejavu

Tahun 1995 pertama melihat landmark Universitas Indonesia. Saat itu sedang ngikut Latihan Kepemimpinan di PPPG Bahas Srengseng, melawati bunderan UI studi banding ke SMA 8 Jakarta. Tak berbayang tahun 1997 bisa menjadi mahasiswanya. Mahasiswa Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Universitas Indonesia. Hidup kadang mengalami dejavu. Kembali mengakrabi bunderan UI, dan suara sirene perlintasan Kereta Api Listik yang dulu dikirain suara apa. Merasakan atmosfer salah satu top tier pendidikan tinggi di Indonesia bagi saya sebuah kemewahan. Seorang anak kampung dengan banyak keterbatasan.  Jujur saja kuliah di sini adalah lebih berat di sisi perjuangan hidupnya. Survive dari hari ke hari. Maklum sistem kuliah di Politeknik tidak memungkinkan untuk banyak beraktifitas di luar. Secara akademis bisa diikuti walau dengan tergopoh-gopoh. Dapat nilai A sangat sulit disini. Mungkin karena sayanya kurang rajin (dan kurang cerdas) hehehehe.  Kuliah di sini di kurun waktu 1997-1998 b