Tentang Tangan

Mereka tampak seperti bertentangan,

Padahal dulu bergandengan tangan .

#hening

HUT RI Ke 79

Hari ini adalah ulang tahun proklamasi kemerdekaan Indonesia yang ke-79!

Wah sudah lama juga ya kita merdeka.

Kalau ditanya kapan peringatan HUT RI yang paling berkesan!

Tahun 1995.

HUT Emas Kemerdekaan RI.

Saat itu kelas dua SMA.

Gegap gempita!

Lihat iklannya di TVRI,

wuih merindung!

Bangga dan penuh harap Indonesia akan semakin jaya.

Ekonomi bertumbuh.

Kehidupan sosial politik stabil (kecuali bagi yang terpinggirkan karena beda arah ideologi, idealisme dan pemikiran).

Peta jalan kehidupan jelas....sekolah lalu kerja.

Jadi tim sukses atau aktifis politik berbalas jasa belum dikenal dalam nomenklatur pekerjaan saat itu.

Namun seperti laiknya kehidupan...

dunia itu berputar.

Tidak terbayangkan tiga tahun kemudian akan terjadi perubahan rejim.

Reformasi.

Namun setelah dilihat dan dirasakan reformasi itu intinya adalah redistribusi.

Diksi dan narasi yang menyertai hanyalah pemanis.

Ikut Lomba Apa Agustusan Sekarang?

Apakah ikut lomba makan kerupuk
Ataukah ikut dimakan sang kemaruk!

#hening

Bintang Ayah!

"Yah, kenapa ayah dapat bintang hari ini?'.
Emang jasa ayah apa bagi negara ini?

Bulan Agustus

"Yah, kenapa raja-raja itu harus tinggal di istana?".

Tapi kata Pak Ustadz, konon Khalifah Umar bin Khatab itu tidak punya istana.

Ironis

Kenaikan pangkat dan jenjang jabatan dan tentunya penghasilan kadang tidak diikuti dengan kenaikan kesadaran untuk berkontribusi lebih banyak dan mengambil tanggung jawab lebih besar.

Default atau setelan bawaaan sifat manusia itu ingin menang sendiri, ingin enak sendiri. Beban dan tanggung jawab diusahakan untuk orang lain. Tapi ia berusaha terlihat berperan besar dan mengambil beragam manfaat dari keringat orang lain. 

#senyuminaza

Pertunjukan Politik

Hari-hari ini pertunjukan politik makin seru.
Tapi politik makin tidak menarik.

Sikapi dinamika politik dengan biasa-biasa saja.

Mereka adalah aktor ulung.

Penulis skenarionya kelas dunia.

Sutradaranya menguasai berbagai taktik dramaturgi politik.

Kita hanya dituntut untuk menjadi penonton yang cerdas.

Ya kita hanya penonton.

Tidak lebih.