Setelah membaca tulisannya Pak Budi Hermawan berjudul Teh Hangat saya juga jadi ikut bertanya, "Quo Vadis Bangkom ASN?"
Sebelum dilanjutkan saya mempunyai sebuah hipotesis abal-abal (walaupun hasil perenungan dan observasi mendalam) :
Ketika Penerimaan ASN dilaksanakan dengan menerapkan sistem meritokrasi yang baik berupa proses CAT dan seleksi-seleksi lanjutan lainnya dan passing grade yang kompetitif maka 70% permasalahan pengembangan kompetensi ASN telah diselesaikan.
Jadi kuncinya ada di penerimaan ASN yang meritokratik.
Tahapan Test ASN itu tidak hanya CAT saja tapi harus ada wawancara plus praktek kerja. Repot dan rumit....pasti! Tapi itu juga kalau mau hasil yang maksimal.
Dan satu lagi kesejahteraan yang proporsional, adil dan tidak diskriminasi.
Hipotesis ini didasarkan:
SDM yang baik yang lahir dari sistem rekrutmen yang meritokratik secara natural dan organik akan berusaha untuk mengembangkan dirinya masing-masing.