Senin, 08 April 2013

Dream Comes True

Menara Air di Kampus ITB Ganesha (Sumber foto : fakmil14.blogspot.com)
Setiap kali melewati menara air di samping Perpustakaan Pusat ITB pikiranku selalu teringat peristiwa 16 tahun silam. Menara air merupakan salah satu landmark ITB yang jelas ku ingat ketika mendaftar ulang UMPTN (sekarang SNMPTN) tahun 1996.  Kuingat dengan jelas pula Jurusan Biologi ITB merupakan salah satu pilihan yang aku ambil pada UMPTN tersebut.  Sayang aku belum berhasil. Mimpi untuk kuliah di kampus dengan menara air yang aneh ini melayang dan dengan terpaksa saat itu aku menunda keinginan untuk mengenakan jaket almamater berwarna biru tua yang legendaris itu.  Ketidakberhasilanku tidak membuatku mengubur mimpi itu.

Gagal kuliah di Bandung mengarahkan langkahku lebih ke barat.   Tahun 2003 aku berhasil menyelesaikan strata satu  dari salah satu kampus di sana. Kampus yang juga mempunyai menara air dengan arsitektur yang hampir sama 

Menara Air UI Depok (Sumber foto : jurnalpopuler.blogspot.com)
Dinamika hidup berjalan begitu dinamis.  Kisah hidup begitu berwarna bak lukisan yang terkadang abstrak, begitu susah kupahami. Banyak episode kehidupanku yang terkadang membuat aku tertunduk malu.  Kembali ke tanah kelahiran dan mencoba mencari peluang hidup di sana membuat aku tak merasakan lagi bagaimana rasanya atmosfir mudik manakala lebaran tiba.
Entah karena do’a orang tua tapi yang jelas merupakan kehendak yang Kuasa aku mendapat pekerjaan tetap di daerah kelahiranku.  Ayahku dulu pernah menyatakan bahwa pekerjaan di kampung sendiri itu lebih baik, sebuah pernyataan yang berujung dialog panjang. Kini aku merasakan kebenaran dari pendapat ayahku. Di kampung uang memang tidak bergemerincing kencang! Tapi banyak hal dalam hidup yang tidak dapat dinilai dengan uang.
Tahun 2012  seolah mengalami dejavu. Menara air berbentuk payung di samping Perpustakaan Pusat ITB kembali kulihat. Masih tetap sebuah menara air yang aneh! Perbedaannya aku sekarang bukan untuk mendaftar ulang UMPTN. Aku telah menjadi seorang mahasiswa Magister Informatika Institut Teknologi Bandung dengan beasiswa dari sebuah kementerian. Pada Tahun 1996 Jurusan Informatika ITB merupakan jurusan paling top dengan passing grade paling tinggi.  Tingkat persaingannya membuat aku kehilangan selera untuk menjadikannya salah satu pilihan.
Impossible is nothing, itulah quotes iklan adidas yang ku tempel di dinding kamar. Ternyata itu kualami itu sekarang.  Dulu serasa mustahil untuk memasuki kampus ini apalagi belajar di program studi yang sangar itu.  Tapi sekarang kujalani dan ternyata dengan segala usaha dan do’a semua berjalan cukup baik. Terkadang kita terlalu yakin dengan hitung-hitungan logika kita. Padahal hidup ini bukan hanya kita, ada Tuhan yang jauh lebih mengetahui apa yang terbaik buat kita.  Jangan pernah berhenti berjuang. Jangan pernah berhenti bermimpi.  Sebab tak semua mimpi berakhir dengan tersadar, kadang ada mimpi yang menjadi nyata. Dream Comes True. 

1 komentar:

Suheryana Bae mengatakan...

Mudah-mudahan sahabatku yang cerdas ini dapat beasiswa S3. Cekaplah ka Jepang oge ...

Menyisakan Ketidakpercayaan

Bulan-bulan terakhir ini banyak sekali pembelajaran hidup. Terima kasih telah memberikan bahan untuk belajar. Sangat berharga sekali. Sering...