Siang menjelang sore bergegas ke kota tetangga, memenuhi janji untuk menghadiri pertemuan panitia reuni akbar alumni SMA-ku. Terlambat, karena sebelumnya juga silaturahmi dengan teman-teman SMP-ku, arisan bulanan sekaligus persiapan reuni alumni. Agenda ahad ini padat merayap!
Memasuki pinggiran kota berpapasan dengan rombongan kampanye pemilihan kepala daerah. "Mudahan ga ada insiden apapun!", gumanku. Bagaimanapun berpapasan dengan kerumunan massa mempunyai potensi resiko. Dentuman suara musik dari soundsystem yang dipasang di mobil pick up seolah menebar "ancaman kuasa". Sorak sorai peserta kampanye dan suara keras knalpot motor seolah pakem mutlak sebuah kampanye yang melibatkan masa. Orang-orang bejibun di pinggir jalan dan seorang anak kecil tampak mengibar-ibar bendera sebuah parpol. Gembira dengan kepolosannya.
Makin menuju pusat kota, cuaca terasa semakin panas. AC mobil serasa hanya menghembuskan angin. Maklum mobil tua. Atau mungkin panasnya persaingan perebutan kuasa telah mengalahkan sejuknya udara pendingin ini.
Ah kekuasaan itu memang menggoda!
Kekuasan itu genit!
Kekuasaan itu seperti gemerlap lampu
dari jauh tampak indah
tapi ketika didekati dan dimiliki
kalau tanpa kemampuan mengelola yang mumpuni
Akan menyilaukan, sehingga banyak yang gelap mata!
Tentu senang punya banyak pengikut
pasti bangga dielu-elukan massa!
Kepuasan tersendiri, yang untuk itu orang rela mengorbankan banyak hal!
Libido untuk berkuasa memang menggairahkan, walau banyak orang yang terjebak!
Fakir kuasa! bentuk kefakiran yang tak banyak orang mampu menghindarinya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar