Minggu, 27 Mei 2018

Kerja Politik vs Kerja Ikhlas


Karena citra dihadapan manusia adalah hal krusial dalam politik maka setiap kerja politik harus diumumkan, dipublikasikan. Apa yang telah dicapai dan apa yang telah dikerjakan harus diberitahukan agar menjadi bukti sahih bahwa ia telah bekerja dan mampu bekerja. Filosofi bahwa  tangan kiri  tidak usah tahu ketika tangan kanan melakukan kebaikan kehilangan eksistensinya dalam konteks kontenstasi politik. Kita tidak usah heran ketika timbul saling klaim atas sebuah keberhasilan, masing-masing pihak merasa paling berjasa! Kereta keberhasilan memang mengundang banyak gerbong untuk bergabung.

Sejatinya sebuah kerja itu tidak independen. Sebuah hasil itu tidak lahir dari kerja individual. Ia muara dari sebuah kerjasama dan kerja bersama. Gotong royong dalam arti yang sebenarnya. Sebuah bangunan berdiri karena susunan pasir-pasir kecil yang kalau dipecah lagi  terdiri dari gabungan partikel kecil. Namun khalayak terkadang hanya melihat yang besar...pimpinannya! Keringat pekerja-pekerja kasar hanya dihitung untuk kalkulasi biaya yang habis urusan ketika upah dibayarkan. Itulah mengapa banyak orang ingin jadi pemimpin! Walaupun banyak dari mereka yang menikmati popularitas di atas kerja keras anak buah dan bersembunyi di balik kesalahan anak buah ketika kegagalan menimpa.

Urusan keikhlasan memang bukan urusan kita. Kita tidak berhak memvonis ia ikhlas atau tidak, biarlah itu menjadi urusan ia dengan Sang Khalik. Kita hanya bisa meraba dari sinyal-sinyal panca indera. Sang Mukhlisun konon tidak lagi memperdulikan apresiasi manusia. Ia tidak lagi menghitung-hitung amal dan perannya. Ia menghindari panggung dan tepuk tangan manusia. Ia terus bekerja dan terus  waspada bahwa riya itu seperti semut hitam diatas batu hitam di malam yang gelap.

Sabtu, 26 Mei 2018

Tadabbur Tafakur dan Tasyakur (1)

Ujian keshabaran dan keimanan itu sejatinya adalah ketika kita menderita sakit. Apalagi ketika menderita sakit yang menurut medis "dekat" dengan kematian. Sebetulnya kita harus terus mengingat kematian dan bukankah dalam sebuah hadist juga dikatakan bahwa orang yang paling cerdas itu adalah orang yang selalu mengingat kematian dan mempersiapkan bekal untuknya. Tapi ketika sakit yang timbul adalah ketakutan. Peperangan batin antara menerima takdir dan mempertanyakan takdir. Upaya untuk berserah dan bertawakal mendapat perlawanan hebat bisikan-bisikan syetan dan lintasan-lintasan hati yang memberontak. Betul bahwa dikarunia qolbun salim adalah nikmat yang besar sekali, beruntung kita jika mendapatkannya. Pemasrahan kita terhadap apa yang Alloh takdirkan merupakan kunci. 

Jumat, 25 Mei 2018

Mengakrabi Kematian

Hikmah yang dapat kupetik dari dinamika kesehatan yang kujalani akhir-akhir ini adalah belajar mengakrabi kematian. Sesuatu yang sebelumnya hanya sebatas ingat-ingat lupa. Sebelumnya kematian dianggap masih jauh. Bagaimana ga seperti itu, wong dalam shalat pun pikiranku masih dikuasai dunia. Thulul amal begitu menjangkiti. Kita sibuk merencakan ini itu. Ntar mau ini ini itu!


Kematian yang dulu masih sayup-sayup kini serasa dekat. Dan sejatinya pun sebagai mahluk memang kita harus memandang kematian itu dekat. Pagi belum tentu kita ketemu sore dan hari ini belum tentu kita bertemu besok. Namun ya itu tadi, kita seringnya lupa. Kerlap kerlipnya dunia membuat kita terlena. 


Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh Al Albani).

Aku merasa sakitku sepertinya tidak seberapa dengan merasuknya penyakit wahn, cinta dunia dan takut mati. Itu yang membuat kita menghadapi kematian. Sesuatu yang sejatinya tidak bisa kita lawan, kita majukan atau kita mundurkan! Itu sudah ada dalam blue print hidup kita yang telah sejak lama Alloh tentukan. Bagiku bukan kematian yang aku takutkan, tapi episode setelah kematian! Fase perjalanan setelah kematian! Selamat atau celaka! Allohumma inni as aluka husnul khotimah! aamiin yra! 
Tetiba aku merasa aku merasa ibadahku merasa jauh dari cukup!
Belum berbuat banyak bagi agama dan orang lain!
Astaghfirullah! Ya Alloh beri aku kesempatan untuk mendapatkan Keridhoan-Mu! Menambah akfititas-aktifitas penghambaanku! Aamiin yra!

Menyisakan Ketidakpercayaan

Bulan-bulan terakhir ini banyak sekali pembelajaran hidup. Terima kasih telah memberikan bahan untuk belajar. Sangat berharga sekali. Sering...