Senin, 21 Maret 2022

Omicron Oh Omicron

Minggu tanggal 07 Maret makan goreng ayam dengan sambal tolenjeng....pedas!
Senin paginya tenggorokan sakit....ah paling karena kemarin makan pedas.
Masuk kerja seperti biasanya.
Pulang badan sudah agak kurang enak sih....nafas sambil pakai masker terasa agak panas.
Di mobil sopir Gocar-nya cerita beberapa minggu yang lalu ia terkena Omicron.
Dengar cerita tersebut aku sekarang tidak panik dan tidak takut.

Sebelum Maghrib ketiduran sebentar.
Terbangun badan mulai tidak enak,
"Duh nyesel tidur sore!", begitu pikirku.

Badan sudah mulai tidak enak,
tapi karena ada acara yang harus kupastikan instrumennya, hari Selasa aku tetap masuk.
Menjelang siang badan makin ga enak.
Wah harus pulang nih kayanya.

Malamnya badan makin tidak enak.
Kuputuskan minum paracetamol.
Meriang walau masih dalam batas yang dapat aku tahan.
Tenggorokan masih sakit.
Badan terasa linu-linu dan pegal-pegal.
Apakah ini Omicron?
Apa yang diceritakan Driver Gocar hampir semua terasa.

Memutuskan untuk cuti sakit.
Jaga-jaga...menjaga diri sendiri dan orang lain.
Minum vitamin dan antibiotik.
Nafsu makan mulai berkurang.

Hari Kamis 10 Maret pegal linu dan meriang mulai berkurang.
Batuk mulai ada tapi jarang.

Tidak dipastikan dengan PCR atau antigen engga sih.
Tapi sepertinya aku terserang Covid.
Anosmia.
Kotoran kucing di halaman belakang rumah tidak tercium bau-nya.
pun sabun mandi.
Minyak kayu putih masih tercium walau agak samar2. 


Jumat, 18 Maret 2022

Jumatan yang Tak Biasa

Hari Jumat ini, Mesjid di lingkungan tempat kerjaku tidak menyelenggarakan Shalat Jumat.
Ada kegiatan di luar, sehingga kurang jamaah laki-laki.
Saya memutuskan untuk Shalat Jumat di Mesjid sekitar.
Bissmillah....laa haula wala quwwata illa billah.
Aku sudah siap dengan segala kemungkinan.
Alhamdulillah ada beberapa rekan.
Kalau ada apa-apa, ada teman.

Sepuluh menit sebelum waktu Jumatan dimulai,
mulai berjalan pelan menuju mesjid.
jujur serasa mo pergi jihad.
Kalaupun terjadi apa-apa toh aku sedang melaksanakan perintahnya.
Ini adalah kali kedua Jumatan di tempat yang agak jauh.

Akhirnya sampai juga di Mesjid.
Sudah hampir empat tahun lebih tidak Shalat Jumat di Mesjid ini.
Semenjak hipertensi paruku mulai menampakkan gejala.
Mobilitasku menjadi terbatas.
Kliyengan dan perasaan mau pingsan yang kadang menyerang,
membuatku banyak berhitung tentang resiko.

Kupilih di teras belakang mesjid.
Berharap angin dan situasi yang tidak terlalu penuh.
Bagi banyak orang....pandemi is over.
Hanya beberapa orang yang terlihat memakai masker.

Khutbah Jumat kulewati dengan lancar.
Tidak terlalu panjang.
Lanjut shalat aku masuk barisan,
di paling belakang.
Tidak memakai masker.
Alhamdulillah imam tidak membaca surat yang panjang.
Di antara jamaah memang kan banyak yang memiliki keterbatasan.
Termasuk aku.

Shalat Jumat beres.
Shalat sunat bakdiyah ah.
Tiba-tiba aku ingin menangis
dan tak bisa aku tahan.
Mengingat keterbatasan diri ini.
walau kuterima dengan ikhlas
tapi aku ingin seperti dulu lagi.
Air mata mulai keluar.
Dan alhamdulillah 
Kepala yang biasanya berat terasa agak ringan.
Alhamdulillah.
Mudah-mudahan membaik.
Langkah pulang ke tempat kerja lebih ringan.
The beautiful day.
Jumat Berkah.

Minggu, 06 Maret 2022

Spion yang Mulai Kusam

Memasuki Bulan Maret.
Ramai tentang Serangan Umum Satu Maret 1949.
Sebentar lagi ramai tentang Supersemar.
Surat Perintah Sebelas Maret 1966.

April relatif aman.
Tidak ada moment sensitif.

Mei mulai menghangat
Hari Buruh plus Ulang Tahun Reformasi.

Juni seputar polemik Hari Lahir Pancasila.

Juli adem ayem

Agustus sibuk HUT RI
bersatu sebentar

September rame lagi.
Polemik yang tak kunjung usa,

Terus begitu....
Tiap tahun.

Melihat Kaca Spion yang mulai kusam.

Bangsa yang terus menerus memperebutkan dan mempermasalahkan masa lalu tidak akan pernah bisa merebut masa depan (Syarif Thoyibi. 2022)

Menyisakan Ketidakpercayaan

Bulan-bulan terakhir ini banyak sekali pembelajaran hidup. Terima kasih telah memberikan bahan untuk belajar. Sangat berharga sekali. Sering...