Tampilkan postingan dengan label Bedug. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bedug. Tampilkan semua postingan

Jumat, 29 Mei 2015

Kohkol, Nongtrongan, Jumaahan dan Sangu Ketan


Bedug dan Kohkol (sumber: badriahbadriah.wordpress.com)

Pada dekade tahun 1980an aura agung dan sakral hari Jumat masih bisa kita rasakan. Hari jumat sebagai rajanya hari (sayyidul ayyam) betul-betul dipahami dan dimaknai lebih dibanding hari-hari lainnya. Hal ini karena ada sebuah ibadah yang hanya dapat dilakukan pada hari itu, Shalat Jumat. Begitu istimewa sampai salah satu nama surat dalam Kitab Suci Al Quran ada yang bernama Al Jumuah!. Para orang tua kita, bapak, kakek dan para leluhur lainnya berislam dengan begitu sederhana. Totalitas dan loyalitas mereka pada agama ini mereka filosofiskan dan praktekan dalam kehidupan sehari-hari. Filosofis leluhur yang dituturkan turun temurun adalah :
"ulah loba teuing ngadengekeun raramean/musik/lagu dunya, sok maehkeun hate jeung bisi teu kabagean raramean akherat", "Ulah loba teuing seuseurian di dunya bisi ceurik di akherat"
pitutur yang sangat sulit untuk dilaksanakan. Kita menganggap musik dan lagu untuk hiburan dari penatnya kehidupan dan tertawa untuk menghilangkan stres. (padahal sumber stress kita cari sendiri).

Hari jumat bagi mereka adalah hari istimewa. Malamnya diisi dengan membaca Al Quran. Surat Yaasiin, Al Kahfi, Al Waqiah seolah menjadi menu wajib. Paginya jam 09.00an sudah terdengan bunyi nongtrongan di Mesjid Jami dan di Surau Aki Lebe . Nongtrongan adalah bunyi dari kohkol yang dipukul dengan irama yang khas. Yang paling fantastis adalah sehabis nongtrongan Aki Lebe dan beberapa yang lainnya sudah datang di mesjid jami!pahala besar bagi mereka yang paling pertama datang ke mesjid mereka praktekan betul! Lha saya sekarang, datang sebelum adzan berkumandang itu sudah lumayan. Mungkin saya terlalu sibuk atau terlalu tidak taat!aku harus istighfar atas istighfarku!

Aki Lebe bagi saya adalah legenda ketaatan. Masih terbayang sehabis shalat jumat berkeliling silaturahmi ke kerabatnya. Pergi ke surau di pagi buta hanya bertemankan lampu cempor. sedangkan aku kini. Kondisi jaman yang telah terang benderang, air mengalir lancar tapi ketaatan itu seolah tersumbat!astaghfirullah!

Hal lain yang kukenang adalah sangu ketan, nasi ketan yang dimasak ibu khusus hari jumat. bertabur kelapa rasanya maknyosssss!

Bangsa yang Kejam

Tak sampai nalarku untuk mengerti mengapa di era modern dimana konon peradaban sedemikian maju ada entitas bangsa yang berlaku demikian barb...