Dulu saya pengagum Goenawan Mohamad (GM) dan pembaca setia Majalah Tempo tentunya. Foto Copian di atas merupalan salah satu karya GM yang terus ku kenang. Copian itu sudah lecek...maklum sudah hampir dua dekade dan sering ditempel di dinding kamar kosan, Dikopi dari Bunga Rampai Catatan Pinggir GM, koleksi Perpustakaan UI. Schole, Catatan Pinggir yang mengkritisi dunia pendidikan kita, dulu dan sekarang. Saat itu seolah pembenaran bagiku untuk mengkritisi sistem perkuliahan di Politeknik UI yang rigid! Padahal aku aza yang males bangun pagi dan pulang sore!
Gaya bahasa menulisku dalam banyak hal banyak dipengaruhi GM dan Temponya. Tempo dulu memang unik, Majalah Berita yang bercita rasa sastra. Kritik yang dibangun tidak berhadapan secara diametral dengan apa yang dikritiknya, bersayap! Walau kritik terhadap pembelian kapal bekas Jerman Timur memang sangat vulgar dan menyasar seseorang (saat itu aku belum bisa membaca orientasi politik seorang GM). Membaca berita yang mengkritisi kebijakan orde baru saat itu adalah sebuah kemewahan! Membacanya terasa sueger bak minum es kelapa muda siang bolong di pinggir jalan! Rubrik favoritku adalah Catatan Pinggir dari sang maestro, GM. Membaca Catatan Pinggirnya membuatk seolah jadi demagok. Kutipan-kutipan dari tokoh-tokoh politik, moral dan sejenisnya yang kadang tak kupahami betul menjadi daya tarik catatan ini. Hal yang mempengaruhiku untuk sering menggunakan kata-kata tak populer dan cenderung berat dalam keseharianku. Setidaknya aku terlihat intelek! bhahahahah!.
Sepertinya GM dan Temponya kini sudah berubah! !Atau aku yang berubah? Entahlah!. Kuncinya tetap pada "kepentingan". Adagium bahwa "kepentinganlah yang abadi" sepertinya cocok untuk menggambarkan situasi ini. GM dan aku berbeda kepentingan (ceileh!). GM punya nilai dan kepentingan-kepentingan yang harus diperjuangkan, begitu juga aku. GM kini seperti tengah menikmati hasil pertaruhannya dulu.