Tampilkan postingan dengan label Harian Bisnis Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Harian Bisnis Indonesia. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 05 September 2020

Cuti Tahunan

sumber gambar : kamuslengkap.com

Pertama tahu cuti tahunan itu ketika jadi karyawan magang di Harian Bisnis Indonesia.
Di Bagian SDM.
Ngurusin absensi karyawan.
Termasuk annual leave, cuti tahunan.
Kalau tidak masuk tanpa alasan juga langsung potong cuti.
Cukup vital karena berhubungan dengan uang makan. 

Masih inget kadang banyak karyawan yang sulit konfirmasi.
Maklum wartawan, pola kerjanya mobile 
dan jam kerjanya tidak office hour.
Akhirnya nyalahin.
Malah sampai dianjing-anjingin.
Orangnya dan namanya sampai sekarang masih inget.
Bukan dendam!
Tapi bo ya jangan gitu-gitu amat.

Sekarang di birokrasi juga aturan percutian lebih jelas dan transparan.
Memakai aplikasi malah.
E-cuti.
Sebagai suatu hak,
Selama prosedurnya benar.
Cuti menjadi sesuatu yang mudah diperoleh.

Lima belas tahun lebih di dunia birokrasi.
baru dua tahun belakangan ini bisa menikmati cuti.
Entah karena rajin kerja atau apa.
Belum pernah cuti besar.
Cuti tahunan pun kadang tidak habis dipakai.
Alhamdulillah tata kelola cuti PNS sekarang lebih baik.

Cuti itu perlu dan penting.
Walau tidak banyak orang yang tahu,
kadang tuntutan "pengabdian" (aku suka sekali istilah ini),
tidak pernah mengenal cuti.

Selasa, 01 September 2015

Nostalgia Sang Ataper! (Ekspedisi Lampung IV)

KRL Bekas di Stasium Purwakarta
Gerbong-gerbong bekas KRL yang ditumpuk bak kardus di sisi Stasiun KA Purwakarta seolah memaksaku menarik ingatan ke masa 15 tahun ke belakang. Beberapa atap bekas gerbong itu pernah aku naiki. Gerbong yang berwana birulah favoritku kalo naik atap kereta, mudah naiknya dan nyaman diatasnya. Sadar sepenuhnya bahwa itu berbahaya. Tapi seperti hal lainnya, terkadang kita dipaksa keadaan. Mengharap kereta tak penuh di jam sibuk bak pungguk merindukan bulan. Naik menempuh resiko dan tantangan lebih baik dari pada bertahan dalam ketidakpastian.  Uluran tahan ataper lain yang membantu naik ke atas KRL seolah bahasa solidaritas tingkat tinggi yang hanya bisa dimaknai oleh mereka yang mengalami.

Masa-masa magang di Harian Bisnis Indonesia antara tahun 2000-2001 memaksaku untuk mengikuti ritme hidup di Ibukota. Berdesakan berebut ruang. Semua seperti memburu waktu. Dinamika hidup yang memaksa diri untuk tunduk. Nyeker dari Stasiun Kota (Beos) ke Depok karena sepatu diembat maling di Musholla Stasiun, ditangkap Polsuska karena tidak beli karcis, KRL dan ekosistemnya adalah mozaik hidup yang menarik untuk dikenang. Sekarang KRL (Commuter Line) lebih tertib, beberapa langkah lebih maju. 

sumber foto :www.antaranews.com


Bangsa yang Kejam

Tak sampai nalarku untuk mengerti mengapa di era modern dimana konon peradaban sedemikian maju ada entitas bangsa yang berlaku demikian barb...