Tampilkan postingan dengan label Hukum 10000 jam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hukum 10000 jam. Tampilkan semua postingan

Jumat, 16 Juni 2017

10000 Jam Lebih Jadi PNS!


Menurut Pak Budi Rahardjo dalam tulisannya (Sepuluh Ribu Foto), ada satu teori yang menyatakan bahwa kalau seseorang mengerjakan sesuatu sudah 10000 jam atau 4.8  tahun maka orang tersebut akan mempunyai kemampuan yang cukup dalam bidang tersebut sehingga bisa dikatakan sebagai ahli! Saya sudah melewati milestone tersebut sebagai seorang ambtenaar.  Jam terbang saya sebagai seorang birokrat sudah lebih dari 10000 jam sudah  lebih dari 20000 jam malah sudah berhak mendapat Satya Lencana Kesetiaan 10 Tahun (tapi saya belum dapat nih, kan lumayan buat angka kredit) !Lalu, apakah saya cukup ahli sebagai seorang Pangreh Praja! Susah juga jawab pertanyaan itu! Telah menjadi pakarkah saya?

Yang jelas perjalanan waktu selama satu dekade tersebut telah memberikan banyak pengalaman! Tambahan ilmu dan kesempatan belajar! Semakin mengerti dan memahami apa dan bagaimana dunia birokrasi! Belajar dalam sebuah dinamika kehidupan. Sepuluh ribu jam lebih jadi ambtenaar akhirnya dapat membenarkan apa yang pernah dinasehatkan seorang syeikh lebih dari setengah abad yang lalu "Janganlah engkau berambisi menjadi pegawai negeri. Anggaplah itu sebagai pintu rejeki yang paling sempit. Akan tetapi jangan menolak bila diberi peluang untuk itu, dan jangan meninggalkannya kecuali bertentangan dengan tugas-tugas dakwah".

Sepuluh ribu jam jadi lebih PNS (ditulis dengan huruf besar bukan maksud sekedar mengindahkan EYD, tetapi harapan memang layak ditulis dengan huruf besar) lebih banyak disibukan dengan ikhtiar menjaga hati tetap hidup. Kaki yang ringkih dan jiwa yang tak sempurna ini tertatih-tatih untuk dapat berdiri mempertahankan sejumput idealisme yang masih tersisa. Perjuangan itu pula yang kadang membuatku terasing dan atau mungkin "diasingkan". Sudah biasa aku menghadapi cibiran, pandangan sinis dan perilaku tidak menyenangkan. Bertebaran onggokan senyuman yang tak mampu kumaknai dengan pasti. Entah ketulusan atau "mupuas".

Episode hidup ini  mengingatkan pada salah satu judul masterpiece Pramudya Ananta Toer, "Nyanyi Sunyi Seorang Bisu" Aku mengagumi Pram sebagai seorang Maestro Sastra, tidak lebih! untuk ini mudah-mudahan aku ga dianggap "kiri". Ya, aku tak lebih dari seperti nyanyi sunyinya seorang bisu dalam sebuah keramaian! kalau Pram bercerita tentang ketidakberdayaannya menghadapi kesewenangan dan kezaliman sebuah rezim. Aku masih sangat beruntung bila dibanding Pram!
Aku tidak menghadapi sepatu lars dan popor senjata!
Aku tidak mendengar bentakan perintah bercampur amarah, caci maki serta sumpah serapah!
Aku tidak berada di Pulau Buru!
Aku masih bisa menulis! (walau kadang ada perasaan takut juga hihihi).

kata orang aku seperti bisu karena kurang mampu berbicara dengan bahasa yang banyak digunakan orang!
konon katanya aku seperti tuli karena kurang mau mendengar bahasa kebanyakan orang!
katanya aku seperti lumpuh karena berusaha tidak  melakukan apa yang dilakukan banyak orang.
banyak yang bilang aku orang aneh....koppig alias keras kepala!
ya begitulah, kata orang, yang belum tentu tepat benarnya!

Sebenarnya asaku sederhana saja, aku  hanya ingin "dimanusiakan"
dan butuh ruang untuk belajar menjadi manusia....manusia yang merdeka jiwa dan raganya!
Aku mencintai daerah ini, negeri ini, tanah ini......bangsa ini! dengan cara yang sederhana dan nyaris tanpa basa-basi sehingga terkadang salah dimengerti!

Cihaurbeuti, 31 Desember 2015. Kisah dibalik penggenapan sembilan bulan!

Menyisakan Ketidakpercayaan

Bulan-bulan terakhir ini banyak sekali pembelajaran hidup. Terima kasih telah memberikan bahan untuk belajar. Sangat berharga sekali. Sering...