Sabtu, 16 Agustus 2025

Renungan 17 Agustus

Ketika kecil, 17 Agustus adalah momen yang menggetarkan.
Sakral!
Masih ingat, pagi-pagi buta 17 Agustus dimandiin Ibu!
Sementara di kampung sebelah suara dogdog/reog sudah membahana.
Mereka akan pawai!

Gapura di ujung gang sudah dihias.
Makanan khas digantungkan horizontal.
Nanti akan diambil oleh peserta pawai.

Kalau pawai Agustusan itu yang paling diingat adalah Alm. Letnan Didi.
Ia tentara betulan. 
Beliaulah narator pawai dari dusunnya, Cikujang Hilir. 
Diiringi dentuman meriam karbit dan pekik merdeka,
Narasi tentang perjuangan dikumandangkan.
Sangat menjiwai!
Mungkin karena pelaku sejarah.
Kita seperti terbawa ke masa perjuangan. 

Jaman orde baru pawai agustusan temanya ya kemerdekaan.
Jarang bahkan hampir tidak ada yang berupa kritikan.



Sabtu, 09 Agustus 2025

Rejeki Itu Alloh yang Mengatur

Tok tok tok...
"Wah tukang cuanki lewat nih pikirku!".
Sudah lama ga jajan cuanki. 
Kusiapkan mangkok.
Namun pas ke depan ternyata tukang siomay! bukan tukang cuangki.
Aduh!
Mau balik kanan sudah terlihat.
"Betapa terlukanya Mang Siomay kalau melihat saya ga jadi beli!". Gumamku. 

Sambil melihat Mang Siomay menyiapkan pesanannku. 
Aku melihat kuasa Tuhan dalam memberikan rejekinya. 
Dari belakang, terlihat bagian punggungnya basah dengan peluh.
"Mungkin saya ditakdirkan Tuhan untuk menjadi jalan rejekinya!".
Walaupun tadinya saya tidak berniat beli Siomay.

#lessonlearnt
Rejeki itu Alloh yang mengatur, yang penting kita bergerak, berusaha, berikhtian, berdo'a.

Rabu, 30 Juli 2025

Juli

Juli hampir pergi.
Tapi bayangan itu bergeming!
Tak mau pergi!
Atau tak boleh pergi. 






Selasa, 29 Juli 2025

Ideologi Itu Damai Tapi Sejarah Itu Kejam

Dulu tidak tega melihat visualisasi para penghuni kamp-kamp konsentrasi pada jaman Nazi .
Kini visual-visual tersebut terpotret di Gaza.
Delapan dekade setelahnya.
Belum lama. 
Dulu konon korbannya 
Sekarang pelakunya.
Idelogi itu damai tapi sejarah itu kejam. 
Dejavu....
Di era HAM dan peradaban manusia yang konon makin maju.
Manusia masih tetaplah hewan yang berpikir. 
Keserakahan dan ego.



Selasa, 22 Juli 2025

Quo Vadis Bangkom ASN

Setelah membaca tulisannya Pak Budi Hermawan berjudul Teh Hangat saya juga jadi ikut bertanya, "Quo Vadis Bangkom ASN?"
Sebelum dilanjutkan saya mempunyai sebuah hipotesis abal-abal (walaupun hasil perenungan dan observasi mendalam) :
Ketika Penerimaan ASN dilaksanakan dengan menerapkan sistem meritokrasi yang baik berupa proses CAT dan seleksi-seleksi lanjutan lainnya dan passing grade yang kompetitif maka 70% permasalahan pengembangan kompetensi ASN telah diselesaikan.
Jadi kuncinya ada di penerimaan ASN yang meritokratik. 
Tahapan Test ASN itu tidak hanya CAT saja tapi harus ada wawancara plus praktek kerja. Repot dan rumit....pasti! Tapi itu juga kalau mau hasil yang maksimal.
Dan satu lagi kesejahteraan yang proporsional, adil dan tidak diskriminasi. 
Hipotesis ini didasarkan:
SDM yang baik yang lahir dari sistem rekrutmen yang meritokratik secara natural dan organik akan berusaha untuk mengembangkan dirinya masing-masing.

Jumat, 11 Juli 2025

Kenikmatan Dunia itu Fana

Salah satu pembelajaran yang di dapat dari usia yang hampir mendekati setengah abad adalah tentang kefanaan kenikmatan dunia. 
Menikmati sebatang rokok, nikmatnya hanya sebatas ketika kita sebat saja.
Sedangkan dampat tar, nikotin, CO2 yang menempel di tubuh, tidak langsung hilang.
Malah akan menjadi lebih lama ketika telah berdampak pada kerusakan organ. 
Begitu juga dengan maknyusnya makanan enak!
Bangganya jadi juara!
Nikmatnya ejakulasi!
Tidak lama. 
Akhirnya hanya jadi cerita dan kenangan. 

Bagaimana tentang kesedihan!
Atau sakit!
Kalau yang feeling base itu bisa dimaintenance.
Tapi kalau sakit itu relatif lama. 



Minggu, 08 Juni 2025

Dunia yang Mengecil

Ketika kita ujian masuk sebuah perguruan tinggi,
Kamu diam-diam bersaing dengan banyak orang.
Dari berbagai daerah, beragam sekolah asal!
Untuk dapat diterima dijurusan yang diinginkan.

Ketika diterima,
Kamu diam-diam bersaing dengan banyak mahasiswa.
Satu kelas!
Untuk dapat menjadi yang terbaik.

Ketika kamu lulus perguruan tinggi.
Kamu diam-diam bersaing dengan lulusan-lulusan perguruan tinggi lain.
Persaingannya sebentar dan tidak terasa,
Karena sebelumnya tidak saling mengenal.

Ketika misal kamu diterima dan masuk dunia kerja,
Kamu akan ada didunia baru.
Di dunia sebenarnya.
Dengan berbagai karakternya dan latar belakangnya.
Dalam kontek ini, EQ dan social cultural skill kamu lebih diperlukan. 

Akan banyak persaingan
baik terasa atau tidak terasa.
Sebab ada manusia yang ditakdirkan tidak mau.
Tidak mau kalah,
Ingin selalu terdepan baik dalam karir maupun pendapatan.

Berbahagialah ketika kita ditakdirkan ada dilingkungan yang guyub.
Yang saling mengayomi dan tidak menganggap kita sebagai saingan. 


Pak Karno dan Pak Harto

Pernah memuja Soekarno? Pernah... Membahas dan membaca segala sesuatu tentang Soekarno di masa orde baru adalah seksi. Pernah membenci Soeha...