Jumat, 28 November 2014

Seorang Sahabat Saya yang Amat Kaya (Oleh: Miranda Risang Ayu)

Ia kini tinggal di daerah Limbangan. Saya tidak tahu persis berapa kilometer jarak Limbangan dari Semarang. Limbangan itu kota kecil. Dari ceritanya, saya membayangkan bahwa ia pun tinggal bukan di tengah, tetapi di pinggir kota Limbangan. Jadi, setelah naik bus antarkota, ada beberapa jenis kendaraan lagi yang harus dipakai untuk mencapai rumahnya, mungkin termasuk angkutan pedesaan. Pada kali terakhir saya bertemu dengan dia, saya berjanji ingin mengunjungi dia. Saya merindukan kebersamaan dengan dia tahunan silam, ketika ia dan saya masih mahasiswa, tinggal di rumah kontrakan sederhana yang hampir sama, hanya punya beberapa lembar baju kusam untuk kuliah dan kain sifon pasar penutup rambut yang dirapikan pinggirannya dengan modal Rp. 300 Rupiah di tukang obras. Ketika itu, keseringan antara dia dan saya selalu memunculkan kesanggupan bersama untuk tertawa amat nikmat ketika piring tembikar kesayangan saya pecah atau rok batik tercantiknya robek sehingga tidak bisa dipakai lagi. Ia senantiasa bilang, "Yang 'tidak ada' baru barang kesayangan, belum orang yang dicintai, belum nyawa sendiri".

Saya bahkan tidak pernah tahu jumlah nilai akhir yang didapatnya ketika dia diwisuda sebagai sarjana ilmu peternakan. tak pernah ada topik alamat perkantoran yang akan dituju untuk melamar pekerjaan membuat dia dan saya duduk berduaan lama.  Saya kenal kecerdasan alamiahnya, kerajinannya, dan kerinduannya yang murni kepada Tuhan dalam pergaulannya sehari-hari, sehingga angka-angka yang tertera dalam transkrip nilai akademiknya menjadi tidak begitu penting. Keberhasilan dan kegagalan bisa membuatnya tersenyum, dan itulah sebaik-baikya "ilmu" yang telah didapatnya dalam usianya yang masih amat muda.

Bahwa kemudian toga membuat dia dan saya masuk ke dalam lapisan menengah intelektual, itu benar. Tetapi, saya memilih tetap di Bandung dan dia mengikuti suaminya di Limbangan. Masih sama-sama berkerudung, daya mulai terbiasa bersepatu tumit tinggi sedang ia berterompah. Sementara itu saya berangan tentang studi di Australia, kambing-kambing perliharaan dan anak didiknya nun di balik gunung sana tampaknya sudah mulai menjadi buti-butir tasbih yang nyata.

Malam itu saya bertemu dia di Bandung. Tangan saya masih menjinjing berkas penelitian dan pelatihan. sedangkan dia, perutnyalah yang menjinjing kehidupan untuk ketiga kalinya. dengan bahagia dia mengomel bahwa besok perjalanannya ke Limbangan pasti riuh rendah. Saya? apa yang bisa saya ceritakan dari target-target saya yang berhimpitan di dalam agenda? saya kira, jika malaikat adalah manusia, mereka tentu sudah mulai mengomel tingkah saya yang sok penting tentang kehidupan,. Jika semua adalah titipan, apa artinya sepatu tumit tinggi, uang, kesempatan dan gelar tanpa keterampilan yang makin baik dalam mengingat-Nya?
Sahabat saya itu, dengan sadar telah memilih untuk tidak menjadi apa-apa justru ketika berbagai peluang struktural bisa saja diraupnya. Sementara itu, bagi saya, agenda sudah hampir menyaingi Al Quran literer, kesahajaan hidupnya mungkin telah membuat huruf-huruf Al Quran bahkan telah mulai menampakkan diri di sudut-sudut hati dan ufuk-ufuk cakrawala, setiap pagi dan petang.
Pilihannya untuk hidup secara bersahaja justru telah membuatkan kaya oleh karunia-Nya untuk melakukan ibadah yang terbesar, yakni mengingat-Nya dengan baik setiap saat. Sungguh mewah untuk merasa tidak memiliki apa-apa, tetapi dimiliki oleh-Nya.

Selasa, 25 November 2014

Cirahong! Sensasi yang Tak Kunjung Padam

KA Lodaya, Solo Balapan-Bandung Melintas di Jembatan Cirahong
Walaupun entah yang keberapa puluh kali!Moment melewati jembatan Cirahong pasti menawarkan sensasi tersendiri, apalagi ketika berbarengan dengan datangnya kereta api. Sedikit memacu adrenalin. Terkadang aku ingin melintasinya dengan berjalan kaki, mencoba sesekali. Jembatan Cirahong tersebut merupakan salah satu saksi hidup sebuah adikarya teknik sipil negeri kincir angin. Menyaksikan kekokohan dan kekuatannya pasti menyisakan decak kagum. Pun ketika terjadi gempa berkekuatan 7,3 SR pada tanggal 2 September 2009 jembatan ini tidak mengalami kerusakan. Menurut saksi mata jembatan ini hanya bergoyang kiri kanan sebagai respon atas gempa yang cukup besar tersebut. Dibuat pada tahun 1893 dan diperkuat pada tahun 1954 jembatan ini mempunyai dua manfaat, jalur atas untuk Kereta Api dan lorong di bawahnya untuk mobil dan motor.

Sembari mengagumi unik, kokoh, kuat dan awetnya konstruksi Jembatan Cirahong pasti sebagian kita ada yang iseng membandingkan dengan karya teknik sipil sekarang. Mengapa bangunan sipil jaman Belanda mayoritas kuat, kokoh dan tahan lama?.........ingin tahun jawabnya? Jangan tanyakan pada orang di bawah ini! Sebab dia bukan ahli teknik sipil apalagi ahli nujum!dia tidak pernah merasa jadi ahli sesuatu, dia hanya berusaha untuk mencari tahu tentang segala sesuatu!walau terkadang dengan tahunya dia terbelenggu dalam ramai yang terasa sunyi///pfuihhhhhhhhh.......

Tampak Atas Jembatan Cirahong

Kamis, 20 November 2014

Aku Tidur Maka Aku Ada!

# Bukan ingin tidur terus tapi terjaga kandang membuat jiwaku memberontak!
# Tidur itu tidak pernah berbohong apalagi dipura-purakan!pura-pura tidur adalah tindakan menyiksa diri!seolah berada di dunia lain padahal dengar dan rasanya masih ada!
# Tidur itu natural, tidak bisa direkayasa oleh kamar yang mewah atau kasur yang empuk!hanya perlu jiwa yang tenang!
# Tidur itu jujur!berbohong atas nama tidur maka bisa jadi anda tidak dapat tidur!bisa juga anda akan ada yang menidurkan
# Jangan pernah membenci orang yang tidur !bencilah orang yang pura-pura tidur!seperti bencinya pengamen yang diapresiasi dengan pura-pura tidur oleh penumpang bus!dinikmati lagunya tapi  tak dihargai selayaknya!
# Tidur itu bukan sikap politik, sejauh ini belum ada protes dengan mogok tidur
# Belum ada orang yang dihukum karena tidur! Kecuali salah tempat dan teman tidur!
# Jangan salahkan tidurnya!salahkan posisinya!
# Banyak orang yang tidur padahal sebenarnya bekerja dan banyak pula orang yang bekerja padahal sebenarnya tidur......
Pusingkan......

Rabu, 19 November 2014

#Eh Dulu Pernah Ada Puisi Ini!

Sajak Reformasi

WS Rendra
Karena kami makan akar,
dan terigu menumpuk di gudangmu…
Karena kami hidup berhimpitan,
dan ruangmu berlebihan…
maka kita bukan sekutu

Karena kami kucel,
dan kamu gemerlapan…
Karena kami sumpek,
dan kamu mengunci pintu…
maka kami mencurigaimu

Karena kami terlantar di jalan,
dan kamu memiliki semua keteduhan…
Karena kami kebanjiran,
dan kamu berpesta di kapal pesiar
maka kami tidak menyukaimu

Karena kami dibungkam,
dan kamu nrocos bicara…
Karena kami diancam,
dan kamu memaksakan kekuasaan…
maka kami bilang TIDAK kepadamu

Karena kami tidak boleh memilih
dan kamu bebas berencana…
Karena kami bersandal,
dan kamu bebas memakai senapan…
Karena kami harus sopan,
dan kamu punya penjara…
maka TIDAK dan TIDAK kepadamu

Karena kami arus kali,
dan kamu batu tanpa hati,
maka air akan mengikis batu


Universitas TRISAKTI, Jakarta 13 Mei 1998

Senin, 17 November 2014

Lagu Angin


.............
yang diharap tidak ada
yang ada tidak diharapkan
kesadaran hidup adalah pemberontakan
(hidup tidak hanya untuk hidup)
kita hidup untuk menerima kehidupan
kita harus belajar berdamai dengan mimpi
kita harus berkaca di dalam sepi
.............
(Sawung Jabo, Jockie S, WS. Rendra)

Kamis, 13 November 2014

Menjadi Pembicara Publik...Bakat atau....

Pernah terobsesi mampu berpidato seperti Ir. Soekarno. Pernah juga bermimpi berorasi seperti Adolf Hitler. Pernah juga ingin meniru gaya Gede Prama, Abdullah Gymnastiar atau memiliki kemampuan presentasi sekaliber Steve Jobs. Intinya ingin jadi pembicara publik yang baik. Mampu menyihir khalayak dengan untaian kosakata yang menghujam rasa atau bahasa tubuh yang menebar pesona.  Kemampuan itu apakah merupakan bakat alami atau skill yang dapat dilatih? Jawabannya pasti akan beraneka rupa, yang jelas kolaborasi antara bakat dan seringnya berlatih akan membuat public speaking anda semakin menakjubkan.

Berbicara di depan umum memang sesuatu yang tidak mudah.  Pengalaman yang akan membuat kita dapat menguasai panggung. Kita harus mempunyai kosakata yang mumpuni dan intonasi yang menarik. Kehilangan kata-kata, terkesima dengan disertai oleh keringat dingin merupakan pengalaman yang pernah kualami.  Hal itu terjadi karena kurang persiapan dan mental yang tidak siap atau terlalu siap.

Memberikan presentasi tentang suatu topik jelas butuh skill tersendiri. Selain kita harus menguasai topik, kepercayaan diri yang cukup mutlak dimiliki. Kalau masalah gaya, jadilah diri anda sendiri. Meniru yang sempurna hanya akan membuat anda tidak ada. Yang terpenting adalah anda harus mempunyai passion. Gairah tentang apa yang anda ucapkan. Satu hal lagi yang akan membuat materi yang anda sampaikan berbekas di hati khalayak adalah pembicaraan yang dari hati dan bukti (bersatunya kata-kata dengan perbuatannya).

Public Speakingku masih jauh dari sempurna. Masih memerlukan pendalaman dan jam terbang..!terus belajar kakak!tidak ada kata sempurna dan impossible is nothing!



Rabu, 12 November 2014

Alih-Alih Ahli Batu Ali

Entah trend atau fashion disamping musim memelihara burung, saat ini lagi musim memakai batu ali (batu akik). Bukan aksesoris baru pun bukan budaya baru. Habit memakai batu ali sudah semenjak dulu ada.  Entah filosofisnya seperti apa yang jelas, pandanganku tidak lebih dari sebuah nilai estetika. Sebuah seni dalam menghias diri sehingga sudah sewajarnya kita memandang batu ali dengan pandangan yang nalar logis. Tidak mistis atau magis. 

Karena sedang berada pada  puncak popularitas, kurva harga batu ali juga memperlihatkan trend yang menanjak. Malah terkadang harganya (menurutku) diluar kewajaran. Entah faktor apa pengereknya, jenisnya, usianya, bentuknya, warnanya atau nilai magisnya (ini yang harus dihindari).

Aku kurang menyukai memakai batu ali. Kesan batu ali sebagai aksesoris orang yang telah berumur membuatku kurang tertarik. Selain itu mitos, mistis dan magis yang kadang menyertai batu ali yang membuatku tidak berusaha berinteraksi lebih dekat. Tapi hal ini tidak mengurangi respekku pada mereka yang tengah ramai berbatu ali selama diletakkan pada porsi dan posisi yang sewajarnya. Aksesoris untuk memperindah diri....tidak lebih! jangan sampai alih-alih demi sesuatu yang sipatnya aksesori diri kita mengorbankan hal lain yang justru merupakan substansi diri!


Bangsa yang Kejam

Tak sampai nalarku untuk mengerti mengapa di era modern dimana konon peradaban sedemikian maju ada entitas bangsa yang berlaku demikian barb...