Sabtu, 10 Februari 2018

Membuat Keputusan, Sebuah Seni Kepemimpinan

Salah satu seni bernilai tinggi dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan. 
Kalau tidak mampu membuat keputusan jangan menjadi pemimpin, jadi pengikut yang taat saja.
Tapi seni yang paling tinggi adalah bagaimana menatakelola sumberdaya untuk memastikan  keputusan itu dapat dijalankan dengan baik. 
It's fundamental of management!
Untuk itulah kemampuan itulah sehingga pemimpin diberikan berbagai fasilitas dan privacy nomor satu.
Tidak cukup hanya mengintruksikan,
atau hanya sekedar memerintahkan.
Kontrol dan evaluasi harus juga dijalankan.

Bahwa keputusan itu tidak akan bisa membuat semua orang bahagia itu adalah sebuah hukum alam. Orang akan menilai sebuah keputusan dari sudut pandang kepentingannya. 
Jangankan keputusan manusia, banyak yang menyalahkan hukum dan takdir Tuhan ketika tidak sesuai dengan keinginan dan kepentingannya.

Ketika sebuah keputusan telah dibuat dengan mengerahkan  segala kapasitas yang ada, mempertimbangkan berbagai faktor, memperhatikan berbagai kepentingan, dan didasari niat untuk kebaikan .... tinggal berserah diri kepada Alloh!
Bagi kaum beriman, disinilah esensi bahwa pemimpin itu ketakwaannya harus lebih.
Ada kekuasaan Tuhan dalam setiap kejadian.
Sehingga dalam teologi yang saya pahami.
Kekuasaan itu jangan dicari.
Kalau kekuasaan datang diamanahkan kepada kita.
Jalankan semampu kita, ikhtiar dan tawakal.
InsyaAlloh, Tuhan akan membantuk kita.
Mungkin ini musykil dan malah mustahil dalam dunia birokrasi.

Jangan pedulikan mereka yang berseberangan! 
Memilih menjadi pemimpin adalah memilih untuk menderita. 
Mewakafkan kapasitas dirinya untuk kebaikan orang-orang yang dipimpinya. 
Merelakan waktu pribadinya untuk mendengar dan menyelesaikan segala keluh kesah!

Menjadi pemimpin adalah takdir. 
Sudah tertulis di Lauhil Mahfudz! 
Alam demokrasi membuat kepemimpinan menjadi sebuah kontestasi. 
Demokrasi pula yang memberikan peluang bagi berbagai latar belakang potensi dan identitas untuk maju menjadi pemimpin. 
Memimpin tidak lagi menjadi hak istimewa warna, agama, profesi dan ideologi politik tertentu. 
Selama ia memenangi proses pemilihan, ia berhak menjadi pemimpin.
Dinamika proses pemilihan itulah yang kadang-kadang mengkhianati asas-asas demokrasi itu sendiri.

Libidoku untuk menjadi pemimpin hampir-hampir hilang. 
Kesadaran bahwa banyak hal yang harus diperbaiki pada diri ini. 
Do'a terbaiku semoga kita mendapat pemimpin terbaik di semua tingkatan yang mampu memfasilitasi kita untuk dapat beribadah dengan baik, berusaha dan bekerja dengan tenang dan mendidik anak sarana dan prasarana yang berkualitas.

Senin, 08 Januari 2018

Monopoli Keburukan

Selepas hari sepenggalah naik, diskusi Forum Balkon kembali digelar. Semacam coffe break memutus otot dan otak yang mulai menegang. Topiknya kembali sekitar perpolitikan, lokal, regional bahkan nasional. Maklum kabupaten dan provinsiku akan menggelar pilkada serentak 2018. Mau ga mau kami juga ikut memantau. Walaupun netral tapi kami tetap punya hak suara. Diskusi ini hanyalah untuk sharing informasi dan teori politik yang kami punya. Sangat amatir dan tidak sepenuhnya dapat dipercaya heheheh.

Aku mengkritik pendapat temanku yang begitu fanatik membenci warna tertentu dalam preferensi politiknya. Fanatik itu boleh, tapi tidak boleh membutakan kita tentang bagaimana bersikap objektif. Membenci warna tertentu tidak serta merta berartu membela nilai tertentu dan memilih warna tertentu tidak serta merta mempertahankan nilai tertentu. Politik adalah kepentingan. Naif bila kita memahami politik sebagai keajegan nilai, keistiqomahan bersikap. Kenyataan membuktikan disatu daerah warna tertentu tidak bersatu, tapi di lain daerah toh bergandeng tangan mengusung kandidat untuk merebut kekuasaan. Kalau istiqomah tentu tidak akan seperti itu.

Kebaikan itu tidak dimonopoli warna tertentu pun ketidakbaikan tidak dimonopoli oleh pihak tertentu. Ia adalah bagian dari kehidupan yang dapat hinggap pada siapa saja dan kapan saja, sejalan dengan iman yang naik turun. Tiap orang dan tiap warna pasti punya kebaikan. Kita tidak boleh memakai standar ganda dalam berkebaikan.

Sabtu, 06 Januari 2018

Belajar dari Mohamed Salah

Mohamed Salah dan Istri (Sumber gambar: Golazo TV)
Melihat Mohamed Salah dan istrinya yang berhijab berada di bench Liverpool merupakan sebuah hal yang menarik. Itu merupakan pemandangan unik dan tidak biasa di bench salah satu klub papan atas Eropa! Bagi saya Salah adalah seorang moslem ambassador! Sebuah contoh objektif bahwa prestasi itu memang melahirkan penghargaan! Juga bukti nyata bahwa kapasitas akan membuat anda dihargai secara universal, tidak peduli apa suku, ras dan bahkan keyakinan anda. 

Bukan maksud melebih-lebihkan tapi konsistensi relijiusitas seorang Salah di pentas kompetisi sepakbola terbaik di dunia  melahirkan kekaguman! Ia merupakan etalase bagi ungkapan “begitulah seharusnya seorang muslim”. Hidup berdampingan secara damai dengan yang lain! Bersahabat erat dengan berbagai kalangan! Mempunyai etos kerja, kapasitas untuk bersaing! Salah setidaknya dapat merubah persepsi kurang baik terhadap Islam! Sekaligus menarik orang untuk mempelajari dan bahkan untuk menjadi seorang muslim. 

Tulisan ini bukan ekspresi Inferiority complex syndrome tapi lebih kepada motivasi bahwa seorang muslim itu harus punya kapasitas untuk bersaing.... bekerja dan berfikir keras! Bukan menjadi muslim yang gemar mengeluh dan mencari musuh, menyalahkan orang lain dan mencaci maki keadaan yang tak kunjung berpihak. 

Selasa, 02 Januari 2018

Tahun Baru, (Model Pembayaran) Gaji Baru

Slip Gaji Waktu Bertugas Di Kecamatan Cihaurbeuti
Mulai bulan ini pembayaran gaji via rekening Bank Jabar... cara baru!
selamat tinggal slip gaji!
(bingung buat penganut aliran slip gaji ganda wkwkwwk)
kini ga harus lagi ke bendahara gaji!
pasti ada plus minusnya!
akan ada culture shock
akan ada kebingungan
tapi hanya pada awalnya saja...
kedepan akan menjadi biasa!
business as usual!

Uhh hari pertama bekerja di tahun 2018
selalu disertai harapan!
mudah-mudahan diberikan kesehatan, keberkahan dan kebahagiaan!
diri dan jiwa yang semakin kuat menghadapi berbagai tantangan!
ibadah yang semakin berkualitas
jejaring yang semakin luas
ilmu yang semakin bermanfaat
hati yang semakin damai dan bersyukur
aamiin yra~

Jumat, 29 Desember 2017

2017

2017 sebentar lagi berganti
Ah tahun yang penuh kenangan
2017 adalah saksi genap 40 tahun umurku!
sebuah titik balik!
Awal baru perjalanan karir birokrasi, menjadi seorang Widyaiswara
Ya aku ingin menjadi seorang Resi,
Bukan sebuah pelarian.... apalagi lari dari tantangan...bukan sama sekali!
Dimanapun dan jadi apapun tantangan cobaan dan kesulitan itu pasti ada!
Ini hanyalah sebuah pilihan
Jawaban atas sebuah gairah

Angin Desember berdesir lembut!
tapi tak mampu mengusir gerah
Gerimis perlahan membasahi tanah!
tapi pertiwi tetap menyimpan bara
huhhhh...mungkin karena ulah mereka yang berburu kuasa.

Kamis, 23 November 2017

Bengberetean

Bengberetean

Buah Bengberetean Matang

Entah apa nama ilmiahnya, namun kami menyebutnya Bengberetean, salah satu jenis Berry liar yang bisa kita temui di kebun, atau tebing-tebing sungai. Bahagia sekali dulu waktu kecil ketika ke kebun pas Bengberetean berbuah, merahnya ranum menggugah selera, walaupun rasanya tidak manis-manis amat.

Pohonya berupa perdu dengan duri-duri di batangnya. Penasaran akhirnya nanam di pekarangan rumah. Eh, ternyata tumbuh baik dan berbuah. Ibu saya komentar "lah, nu kieu-kieu wae dipepelak!", tapi tak kuasa mungkin mencegah keinginan anak bungsunya heheheh. Jadilah kita nunggu Bengberetean matang, walau harus berlomba dengan patukan ayam!

Senin, 06 November 2017

Standar Ganda


Kalau sepeda motor kita disimpan dengan memakai standar ganda maka akan lebih kokoh dan lebih menghemat ruang. Tapi kalau kita bersikap dan bertindak atas dasar standar ganda sejatinya hanya akan lebih memperjelas siapa dan termasuk golongan apa diri kita. Bagi penikmat retorika mungkin terpukau tapi bagi orang yang menghargai integritas, standar ganda-er adalah laku nyata hipokrit. Kalau menurut Wikipedia, standar ganda adalah sebuah ukuran standar penilaian yang dikenakan secara tidak sama kepada subjek yang berbeda dalam suatu kejadian serupa sehingga menimbulkan kesan tidak adil.

Dalam dunia per-standar gandaan, baik buruk, hitam putih, etis dan tidak etis, beradab dan biadab sebuah realitas tergantung kepentingan.  Dunia per-standar gandaan terkadang tidak lebih dari bersilat lidah, ngeles tingkat tinggi dengan dibumbui oleh argumen-argumen statistik. Pelaku standar ganda perlu tebal muka dan tata kelola mimik wajah yang mumpuni. Bagi yang merasa masih amatir dalam mengelola perbedaan antara hati, kata dan perbuatan sebaiknya jangan berkecimpung dalam dunia per-standargandaan.

Standar ganda juga kini telah merambah nilai-nilai baik dan buruk .
Baik dan buruk sekarang bukan lagi tentang nilai, tetapi tentang siapa yang melakukan. Keburukan  kalau dilakukan oleh "orang kita" maka itu bukan keburukan. Hal ini setidaknya terlihat dari sikapnya yang diam membisu, pura-pura lupa dan tidak tahu. Kalau "mereka" yang melakukan keburukan...woh jangan tanya! Mereka jadi target bully-an!

Tapi ketika "orang kita" melakukan kebaikan maka akan ada sanjungan setinggi langit. Walaupun sejatinya kebaikan itu merupakan sesuatu yang sudah sewajarnya dan seharusnya, hal normatif yang bisa dilakukan oleh semua orang. Kerja nyata melawan korupsi misalnya, kalau bukan dilakukan "orang kita" maka seolah tiada, dianggap kerja pura-pura, cari muka bahkan mengada-ada.

Sementara cuap-cuap yang kita juga tidak tahu kapan akan menjadi nyata, tampak seperti karya besar dan tidak biasa. Mungkin karena terbiasa bekerja di pabrik kata-kata. Atau mungkin juga karena sering menjual kebaikan "kita" dan keburukan "mereka".  Fatsunnya adalah musuk tidak pernah berbuat benar dan kita tidak pernah berbuat salah.
Gening hirup teh ngagedekeun wae mumusuhan atuh lur!

Kemenangan

Euforia kemenangan itu singkat...tidak lama! Setelahnya tuntutan-tuntutan yang nyaris tiada akhir! Fiddunya wal akhirat!