Kamis, 24 Desember 2015

Muludan (2), Tumpeng Ua

Salah satu legenda Muludan dulu bagi saya adalah Tumpeng Ua. Kakak perempuan bapak. Sekarang keduanya sudah tidak ada! Karena ia tidak dikaruniai anak, maka kedekatan saya dengan ua sudah seperti orang tua sendiri. Main bersama, diajar mengaji, dipijitin sebelum tidur adalah sesuatu yang tidak akan terlupakan. 

Kembali ke Tumpeng Ua.  Muludan adalah momen sakral bagi kami. Ketika muludan akan dilaksanakan maka segala sumber daya dikerahkan untuk meramaikan muludan! mensyiarkan muludan! Hayam dipeuncit balong dibedahkeun! begitu semboyannya! Untuk acara Muludan Kolot di Mesjid Jami, Ua suka bikin tumpeng! Tumpengnya unik dan rasanya mantaps! Ikan Nilem dan Mujaer kecil yang dimasukin dan dimasak bersama tumpengnya menghasilkan perpaduan rasa ajib! Maknyus pokoknya. Sayang Tumpeng Ua kini hanya jadi kenangan. 

Lepas dari permasalahan khilafiahnya saya mengharapkan momen Muludan tetap dilestarikan. Hal-hal yang baiknya diteruskan dan yang sekiranya bertentangan dengan dasar-dasar agama kita dikoreksi. Point pentingya adalah kita mengaktualisasikan kembali perjuangan Rasulullah! dakwahnya, jihadnya, sikap politiknya, akhlaknya, etos kerjanya! Harus komprehensif. Jangan diambil sebagian dibuang sebagian. 

Tidak ada komentar:

Bangsa yang Kejam

Tak sampai nalarku untuk mengerti mengapa di era modern dimana konon peradaban sedemikian maju ada entitas bangsa yang berlaku demikian barb...