Menjelang Pilpres eskalasi suhu politik semakin meninggi. Baik di level elit ataupun massa akar rumput. Baik di level praktisi, fans dan simpatisan bahkan yang ga punya hak suara sekalipun. Saling menghujat, menjatuhkan, memaki dan lain-lain. Beberapa media massa dan pengamat sudah kehilangan netralitasnya, entah kenapa! Tanyakan saja pada rumput yang disabit.
Mengapa harus sebegitunya! Benarkah karena idealisme atau pragmatisme, atau riwayat kebencian akut dan paranoid yang telah lama mendarah daging. Media sosial ramai dengan perang kata-kata. TL ku di FB dan Twitter mulai ramai dengan seliweran puja-puji, caci-maki. Share link dan gambar berupa pendapat yang menguatkan! atau kutipan berupa dasar yang melemahkan. Mungkin mereka menganggap status, link, share komentar dan pilihan dia akan membuat banyak orang berlaku dan berpikiran sama. Kecuali orang yang memang punya kepentingan (minimal takut beda dengan opini publik yang telah terbangun dan itu lepas dari benar ataus salah), rasa-rasanya mayoritas kita sudah cerdas memilih. Dalam memutuskan untuk memilih paling tidak ada tiga kata kunci : objektifitas, ideologi, pragmatisme (baca:kepentingan termasuk uang didalamnya) serta kebencian dan ketakutan.
"bangsa ini akan kembali terjerumus pada lubang yang sama, setelah diceraiberaikan ketika pilpres 2014, Pilkada DKI 2017, sepertinya akan kembali diporakporandakan pada Pilpres 2019". Ko Pileg tidak dihitung!
Sekali lagi!selamat menyiksa diri karena sikap suka dan tidak suka.
Selamat merasa benar sendiri!
Selamat mencari-cari kenyataan yang dipaksakan!
tapi kita harus ingat, demokrasi adalah anak kandung kapitalisme
Yang mempunyai sumber daya yang besarlah yang punya peluang besar untuk menang
Mudah-mudahan suara kita tidak dipinjam oleh oligarki, mereka yang mempunyai sumber daya besar!
Kita hanya "seperti" berharga ketika kampanye, selanjutnya oligarkilah yang bekerja!
Mudah-mudahan suara kita tidak dipinjam oleh oligarki, mereka yang mempunyai sumber daya besar!
Kita hanya "seperti" berharga ketika kampanye, selanjutnya oligarkilah yang bekerja!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar