Sabtu, 04 Juli 2020

Dari Pemilu Ke Pemilu


Ikut Pemilu pertama kali tahun 1997.
Beruntung pernah merasakan atmosfer Pemilu terakhir era orde baru. 
Pemilu yang masih diikuti oleh dua partai dan satu golongan.  
Saat itu mulai binal berpolitik. 
Memilih partai yang tidak mainstream beli kaosnya pula (aneh kan) kaya pendukung klub sepak bola. Merasakan juga mulai ada aroma-aroma perlawanan terhadap rejim orde baru. 
Ada gerakan Megabintangnya Moedric Sangidu,
ada  isu OTB (Organisasi Tanpa Bentuk). 
Misteri gerakan-gerakan ini dapat dipahami beberapa dekade kemudian. Mereka yang dulu berseberangan kini ada di pusaran kekuasaan.

Pemilu 1999 hasrat politik makin binal.
Era reformasi memberikan kebebasan pemuasan kebutuhan informasi politik dan gerakan politik. Banyak partai baru, banyak pilihan. 
Mulai partisan dan baperan dalam berpolitik. 
Euforia berpolitik. Tiap orang bebas mengekspresikan keyakinan politiknya. 
Tiap rumah bebas mengibarkan bendera partai politik. 
Pergulatan partai lama dan partai baru atau partai lama balutan baru. PDIP yang beruntung mendapat ekses euforia itu. 
Citra sebagai kelompok yang didzalimi semasa orde baru dan jualan wong cilik membuat banyak orang terkesan. 
Angkat 33,7% menjadi pencapaian yang belum dapat dipecahkan pada sampai 4 kali pemilu pasca orde baru. 
Sayang Megawati gagal jadi presiden. 
Pemenang Pemilu digagalkan strategi poros tengah.

Pemilu tahun 2004 mengalami orgasme politik, 
saat itu selain mencoblos aku juga dicoblos. 
Bergelut dengan  politik praktis. 
Menjadi caleg dari sebuah partai politik.
Dinamika hidup yang menjadi bagian perjalanan hidup.

Tahun 2009 sudah tak lagi aktif berpolitik, bahkan beberapa tahun sebelumnya.
Ditakdirkan menjadi abdi masyarakat. 
Tetapi pilihan politik tetap tidak berubah.

Kukusan.....Sebuah Bagian Perjalanan (2)

Bersama Babeh (Owner Wisma Felicia)

Kita biasa memanggilnya Babeh,
Entah siapa nama aslinya. 
Ia adalah salah satu orang yang berjasa dalam  hidup saya, hidup kami. 
selama menuntut ilmu di perantauan.
Babeh orang Betawi asli.
Gaya bahasa dan perilakunya ga beda jauh sama Babe Sabeni di Si Doel Anak Sekolahan. 

Bagi saya Wisma Felicia (selanjutnya disebut Felicia) bukan sekedar kos-kosan!
Ia seolah jadi rumah kedua.
Jujur saja, betah ngekost disana!
Selain uang kostnya terjangkau,
Infrastrukturnya lumayan.

Felicia juga memberi pelajaran tentang keragaman!
Felicia ibarat sebuah melting pot.
Ada Pak Ciek dari Meulaboh, Aceh!
Bang Sabarkita Purba dari Sumatera Utara!
Bang Erizal dari Sumbar!
Puang Khaerudin Kiramang dari Sulsel!
Mas Syihab dan Mas Fahmi dari Jawa Timur!
Emil dan Wiskan dari Riau!
Om Kerry, Om Adit, Mas Anen.
Wisnu, Adi, Makhiryana (My Room mate), Vijay, Miko.
Bob Chow (Maulana Hasanudin), Wahyu Bodong, Bagus, Yari.
Yanuar Wangwung, Revi (ga ngekost di Felicia sih tapi sering datang, berbagi cerita).
Mas Edi, Mas Don, Budi dan klan Tegalnya!
dan teman-teman lainnya.
Semua mengajarkan saling menghargai,
Tepo seliro.... harmoni!
Belajar hidup, toleransi dan menjaga perasaan.
Ada gesekan wajar, karena merupakan dinamika!

Rentang waktu 1997-2003 terasa singkat.
Penghuni datang silih berganti.
Berbagai moment yang penuh bersama!
Ngopi bareng
(dulu kopi belom ngetrend kaya sekarang, masih sekelas kopinya warkop atau kopi sachet yang diulek pake bungkusnya, pulpen atau penggaris).
Lapar bareng!
Makan bareng!
Maen CM2 bareng-bareng!
Merokok bareng!
Diskusi yang hanya bisa diakhiri dengan azan shubuh,
Musik yang berisik!
dan Babeh tidak pernah komplen. 

Jumat, 03 Juli 2020

100 Tahun ITB


Hari ini genap 100 tahun.
Bukan ITB nya sih,
tapi Perguruan Tinggi Teknik. 
Technische Hoogeschool te Bandoeng.
Cikal bakal ITB. 

Waktu SMA sangat terobsesi masuk ITB, 
terus melanjutkan ke MIT malah (kalo punya cita-cita jangan nanggung). 
Waktu itu mengagumi Bung Karno, jadi pengen juga sealmamater dengan beliau.

Dulu merasa ITB hanya selemparan batu dari SMAN 2 Tasikmalaya,
Eh ternyata gagal masuk, bahkan hanya untuk jurusan Biologi-nya sekalipun.
Mimpi itu perlahan-lahan terlupakan.
Belajar berdamai dengan kenyataan.....
Diri ini ternyata tidak terlampau pandai dalam pelajaran eksakta.

Enam belas tahun kemudian ada kesempatan
untuk kembali ke jalan Ganesha nomor 10.
Mendalami ilmu Informatika
Magister CIO (Chief Information Officer)
Beasiswa dari Kementerian Kominfo.
Seleksinya hanya TPA dan TOEFL,
lulus walau nilainya pas-pasan. 

Pasti banyak yang bertanya (ga sampai nyinyir sih)
Kenapa banyak orang yang begitu bangga dengan almamaternya?
bukankah itu bukan jaminan paripurna kecerdasannya!
bukan jaminan mulus perjalanan karirnya,
bukan jaminan kesuksesan bisnisnya.
pun ia bukan jaminan masuk surga!

Menjadi alumni kampus terkenal apalagi  top tier university itu adalah sebuah pencapaian!
Dan betapa untuk sampai ke pencapaianitu penuh dengan kegetiran,
terutama bagiku yang serba medioker....ya kapasitas intelektual ya kapasitas financial.
Hanya tekad yang membuat bertahan dan mencoba menyelesaikan putaran. 

Bagi saya Universitas itu bak sebuah padepokan!
Kita diajarkan untuk selalu menghormati berbagai jenis semua padepokan!
Menghargai berbagai ilmu pengetahuan!

Sejatinya tidak low tier padepokan!
Di hadapan tuhan semua orang akan ditanya sama.....sejauhmana ilmu yang kita punya kita amalkan! 


Minggu, 28 Juni 2020

Memotret Indonesia di Layar Media Sosial


Dari dulu dinamika Ipoleksosbud hankam itu  ada
dengan adanya media sosial jadi terasa dekat dan terasa

Dari dulu konflik politik itu ada
kini melalui media sosial
orang bebas berpendapat
menyatakan sikap dan afiliasi politiknya
ada yang ekstrem
ada yang cari aman
ada juga ya tidak peduli (sambil ngintip mana yang bakal menang dan paling menguntungkan).

Dulu konflik ideologi itu juga ada
sejarah 74 tahun Indonesia merdeka juga banyak diwarnai dengan konflik ideologi
yang kadang memanas dan berdarah-darah.
Permasalahan ideologi di Indonesia seperti api di dalam sekam!
konflik ideologi muaranya ya di konflik politik.
yang kalau tidak pandai mengelolanya akan memicu colateral damage!

Begitu juga dengan ekonomi.
konflik masih tetap dan selalu ada
selama belum terwujudnya keadilan sosial
dan masih tingginya kesenjangan
sikap curiga dan syak wasangka akan selalu ada. 





Kukusan...Bagian Perjalanan Hidup (1)

Rumah Petak Tumbuh (RPT).
Sumber foto: Ayahzaid.blogspot.com

Bulan pertama kuliah di Politeknik Universitas Indonesia (sekarang Politeknik Negeri Jakarta),
Ngekost daerah Kukusan Kelurahan, biasa disingkat Kukel. 
Kosannya sederhana, biasa disebut RPT (Rumah Petak Tumbuh).
Kukusan saat itu masih hijau, sejuk. 
Tapi kadang ada aroma tidak sedap dari peternakan Sapi. 

Tidak lama ngekost di RPT ini. 
Hanya sebulan. 
Berikutnya pindah ke Wisma Felicia,
masih di bilangan Kukusan, antara Kukusan Kelurahan dan Kukusan Teknik. 

Kamarnya banyak, sekitar 13an.
Ada yang dari FT, FE, FMIPA, FISIP malah ada yang dari Gunadharma.
Senang bisa bergaul dengan banyak orang dengan banyak latar belakang.
Hitung-hitung belajar di dunia nyata. 

Di Felicia juga merupakan kosan paling lama.
Mulai dari 1997 sampai dengan tahun 2003, walau pernah interupted juga sih.
Pernah sebentar di Dempo dan di daerah Srengseng Sawah,
tapi ya itu, ketika ga betah balik lagi ke Felicia. 

Relasi Rekreasi dan Media Sosial

Booming piknik!
trend berwisata.

booming juga pada buat destinasi wisata,
bagus, kreatif dan menangkap peluang. 

Kadang aku mikir, 
kalau di banyak tempat ada destinasi wisata,
Ntar siapa yang nikmatinnya. 

Kadang nanya juga,
apa sih sebenarnya mereka berekreasi!
apakah sekedar menyemarakan khazanah dunia selfie!

Pada dasarnya manusia itu (termasuk saya) :
Ingin eksis
ingin dilihat
ingin di dengar
terus sekarang ada media sosial
Klop.

Dulu mau masuk media untuk mempublikasi sesuatu itu susah!
Masuk koran ga gampang
masuk tv apalagi!
Kini bisa diposting di instagram, facebook, twitter, youtube dan lain-lain!
hanya bermodal konten dan kuota.
tidak ada ada batasan asal jangan pornografi, amoral, kekerasan dan SARA. 

Bagaimanapun berekreasi itu penting. 
untuk mencharge jiwa yang lelah 
relaksasi otot-otot yang telah bekerja keras
makin banyak tempat destinasi wisata makin baik


Trend Ngevlog...Gue Tetap Ngeblog


Alasannya sih memang sepertinya ga bakat ngevlog.
Pemalu saya...mesti bicara sendiri di ruang publik
Hi.....gaesss!
Sebernarnya vlog ga harus gitu juga sih!
Selain keterbatasan infrastruktur buat ngevlog,
Juga keterbatasan mobilitas.

Jadi ya tetap ngeblog,
ada ga ada yang baca.
Passionnya emang dinulis!

Lagian aku orangnya ga seneng jadi follower.
Kurang senang ikut-ikutan!
Musim a ikut a
trend b ikut b
waktu lagi musim Batu Akik, ga pake batu akik!
sekarang lg musim sepedahan......ga ikut2an (jangankan naek sepeda naek tangga aza saya  mesti ngatur napas heheheh).
senang atau ga senang ya karena emang senang dan ga senang!
Senang Milan ya emang suka za!
Ga suka Juve, ya karena suka Milan.....
Ga ade embel-embel biar diakui atau benefit duniawi lainnya.
peribahasa bareng kambing ya harus mengembik 
agak kurang berlaku buat saya
walau kadang buat safety aku lakuin juga!
walau batin tersiksa. 

Menyisakan Ketidakpercayaan

Bulan-bulan terakhir ini banyak sekali pembelajaran hidup. Terima kasih telah memberikan bahan untuk belajar. Sangat berharga sekali. Sering...