Kamis, 25 September 2014

Tegaknya Musholla Kami


Salah satu tempat yang menurutku cukup ngangenin di lingkungan Dishubkominfo Kabupaten Ciamis adalah bangunan kecil di sudut barat komplek kantor, musholla. Sebuah musholla tanpa nama bergaya joglo yang menurutku cukup representatif, bersih dengan tempat wudhunya yang memadai. Dengan tidak bermaksud sok suci apalagi sok alim, bagiku keberadaan tempat shalat merupakan salah satu hal penting.  (suatu saat nanti aku ingin sampai pada maqam bahwa aktifitas pekerjaanku hanyalah pengisi waktu untuk menunggu waktu shalat tiba….) Ya rabb letakkanlah dunia ditanganku, jangan dihatiku.

 Mushola Dishubkominfo Kabupaten Ciamis

Senin, 22 September 2014

Generasi Sumpah Serapah

Entah kenapa anak cikalku mendesak terus beli layangan. Kemarin, mulai dari bangun tidur terus ngoceh nanyain kapan dibeliin. Akhirnya sehabis ashar bermodal Rp. 10.000, 00 kami dapat tali layangan (kenur) beserta tempatnya (gogolong) dan 2 buah layangan ukuran kecil. Walaupun ragu akan kemampuan diri nerbangin layangan tapi demi anak tercintah ya gimana lagi.

Tiba di sawah yang mengering karena kemarau kami mulai beraksi. Di sekeliling kami juga banyak anak-anak yang lagi bermain layangan. Di daerah saya (Sukamaju Cihaurbeuti) bermain layangan istilahnya adalah meras. Istilah yang rumit untuk diartikan. Karena hari beranjak senja angin mulai tidak teratur. Layangan kami ga terbang-terbang (atau memang aku ga bisa maininnya ya). Sumpah serapah kudengar jelas dari anak di samping yang layangannya juga turun kembali. Dengan kata-kata kasar memaki angin dan menyalahkan layangannya.  Trenyuh dan mengurut dada! Pendidikan ternyata tak mampu merubah mereka. Generasi pemarah yang terbiasa hidup mudah dengan belaian siaran tv dan playstation.

Pelajaran hari ini:mayoritas bangsa ini memang kurang shabar dan kalau gagal cenderung menyalahkan yang lain.

Sabtu, 20 September 2014

Pembelajaran dari Permainan Sepakbola (1)

Sebagai miniatur mini sebuah kehidupan, permainan ini selalu menghadirkan nilai. Dalam 10 menit Arsenal bisa unggul 3 gol padahal sebelumnya permainan dapat dikatakan seimbang. jual beli serangan dan peluang yang hampir berimbang.  

Gol pertama adalah awal petaka. Gol ini memecahkan konsentrasi Aston Villa dan kolaborasi Oziel dan Welbeck kembali menghasilkan gol, 2 menit dua gol. Agak tidak biasa terjadi di sebuah pertandingan liga Inggris. Lini pertahanan Villa makin panik yang berujung gol ketiga, sebuah gol diri.

Poin pembelajarannya:
Tiap hari dalam kehidupan adalah sebuah pertempuran, jangan kehilangan konsentrasi!fokus pada target dan tujuan. Kehilangan konsentrasi akan membuat kepanikan, dan kepanikan akan bermuara pada terciptanya kesalahan sendiri.

Kamis, 18 September 2014

Dejavu yang Tak Sempurna

Aku kembali ke Operation Room Setda Kabupaten Ciamis pada waktu yang berbeda, tema yang berbeda dan "unit tempur" yang berbeda. Beberapa tahun yang lalu kami biasa mengadakan rapat di ruangan ini untuk tema keamanan ketertiban dan kenyamanan. Hari ini kami berkumpul untuk tema teknologi informasi dan komunikasi, presentasi aplikasi telekonferensi dari sebuah provider.

Kekhawatiran terbesar ketika kita ikut terlibat dalam penyelenggaraan suatu acara/kegiatan adalah minimnya peserta atau orang yang kita undang tidak hadir. Alhamdulillah hampir 90% hadir dan acara berjalan on time dan on the track.  Setidaknya untuk menyosialisasikan TIK sehingga terbangun sebuah kesadaran/awareness.

Pelajaran hari ini :
"bahagia itu tidak selalu berarti punya peran besar dan jadi orang besar tapi lebih kepada bagaimana memahami, melakukan, menikmati dan mengikhlaskan peran yang sedang kita jalani"

Razia Oh Razia

Kemarin adalah hari yang penuh warna!Ketika sedang bertempur dan dikejar waktu untuk suatu tugas, eh terkena razia operasi gabungan Kepolisian dan Samsat. Padahal beberapa jam sebelumnya kami lewat malah di apresiasi sama pak petugas (mungkin karena pakai motor rakyat dan "pakaian tempur" kami tak terhalang jaket. Pasalnya ya belom bayar pajak Mio kami tercintah!maaf ya bapak-bapak samsat dan Indonesia tercinta, bukan ga ingin apalagi ga mau bayar, tapi situasi dan kondisi yang memang belum memungkinkan (aduh menyedihkan banget ya gw). 

Tapi setelah mendapat sedikit "ujian ketenangan batin" tersebut, sang mio mendapat sesuatu yang tidak biasa!Pimpinan kami berkenan menaikinya ke suatu tempat.  Wah grogi juga ternyata membonceng beliau!Tapi akhirnya selamat sampai tujuan.

Pelajaran hari kemarin
"Masa depan adalah suatu rahasia, bahkan kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam hitungan jam dan bahkan beberapa menit ke depan"

Sabtu, 06 September 2014

My September, My Life, an Epic.....! Part 3

Musim Haji tahun ini bertepatan dengan bulan September, bulanku!Selain ketika momen mudik, pemberangkatan haji merupakan salah satu saat kita dapat menikmati kemacetan di Ciamis. Jujur saja bahwa menunaikan ibadah haji merupakan salah satu hal yang ingin dicapai dalam hidup kami.  Ada perasaan haru ketika melihat orang berhasil memenuhi panggilan Tuhan, pergi ke tanah suci. Lebih haru lagi ketika menafakuri orang yang bercita-cita dan berusaha keras untuk  pergi haji. Ada loper koran, tukang pijat, tukang gorengan......mereka bisa, mengapa kami tidak!
 
Menjelang usia 40 aku harus mulai melihat ke bawah. Begin at fourty bagiku ya harus mulai mawas diri, sadar diri dan mengukur diri. Mengingat kembali filosofis hidup yang telah beberapa tahun berada di kamar lupa. Bercengkrama dengan kitab suci. Membaca kembali buku-buku yang menghidupkan ruhiah!


Kamis, 04 September 2014

My September, My Life, an Epic.....! Part 2

Sudah sewajarnya aku memandang September dengan penekanan lebih. Selain bulan dengan "aroma kiri" dengan efek traumatiknya seperti yang diulas sebelumnya,  di bulan ini 37 tahun yang lalu aku dilahirkan. Dua orang berpengaruh (versiku) yang lahir di bulan yang sama  adalah SBY dan Iwan Fals. SBY mulai mempesonaku kala menjadi Kaster TNI, retorikanya bagus!saat itu  aku pernah menulis bahwa orang ini cocok jadi RI1, cuma sayang baju ijo (maklum saat itu masih jadi aktifis tingkat kos-kosan heheheh). Pilpres 2004 malah lebih terpesonakan lagi, aku jadi tim sukses SBY-JK!, pernah berjabat tangan pula, cukup menjadi sebuah kebanggaan bagi seorang mantan politisi lokal!

Iwan Fals jelas "dulu" sosok idola. Dia adalah salah satu orang yang fotonya berkesempatan menghiasai dinding kamarku, selain Bung Karno, Timnas Belanda dan .....Luna Maya. Syair-syair Lagu-lagu Iwan Fals seolah pupuk yang menumbuhkembangkan kepekaan sosial, budaya, cinta dan politik. Dulu Bang Iwan adalah simbol perlawanan terhadap rejim yang berkuasa.  Tapi kenapa ya sekarang ko kurang greget gitu ya (ini menurutku lho ya).  Harapan saya mudah-mudahan Bang Iwan tidak lupa dengan lagu "Bongkar" sampai kapanpun dan dalam situasi bagaimanapun!

Bang Iwan juga yang pernah menginspirasiku kuliah di Sekolah Tinggi Publisistik (Lenteng Agung)  jadi jurnalis, sesuatu yang masih menjadi mimpi hingga kini.(aku pernah berlomba sama teman kos dulu, dia nanti dapat nobel fisika dan aku dapat pulitzer!mimpi....paling-paling kini aku dapat karya satya kesetiaan 30 tahun!

Itulah dua orang "besar", orang virgo! (taraf klasifikasi saja sih, sebab aku tidak percaya zodiak). Akankah sejarah akan menulis namaku dengan huruf besar?Akankah orang mengenangku sebagai orang besar? sejujurnya,libido untuk jadi sesuatu yang "BESAR" sudah lama mati (jadi ketua OSIS adalah jabatan politik tertinggi yang pernah aku raih heheheheheh), aku hanya ingin menjadi hamba yang baik bagi Tuhanku, aku hanya ingin memberi makna lebih bagi sekelilingku, memberi manfaat lebih bagi keluarga dan umat manusia!

Rabu, 03 September 2014

My September, My Life, an Epic....! Part 1

Di rentang waktu tahun 1987 sampai dengan tahun 1993 bagiku Bulan September adalah Bulan Horor. Peristiwa G30SPKI adalah taglinenya! Pemutaran Film Pengkhianatan G30SPKI di TVRI seolah menjadi acara paling dihindari manakala memasuki Bulan September.  Penayangan Film G30SPKI setiap malam 1 Oktober di stasiun  televisi yang hanya satu-satunya saat itu, menjadi momok yang menakutkan. Dari sudut pandang kini aku baru sadar betapa dahsyatnya indoktrinasi rejim orde baru terkait peristiwa itu. Sebelum kami mempunyai televisi masih terbayang jelas bagaimana kami dimobilisasi untuk menyaksikan Film G30SPKI melalui layar tancap Departemen Penerangan di alun-alun desaku. Film yang berakhir shubuh itu merupakan salah satu film yang tidak pernah aku tonton sampai tamat. Selain panjang, ketakutan tak mampu menghapus rasa penasaranku. Mungkin karena saat itu aku masih anak-anak (dan ternyata ini gunanya ada batasan umur dalam setiap tontonan), aku merasa trauma (soak/Sunda).  Perasaan itu terus terjadi sampai menjelang masuk SMA. Saat dimana mulai bisa memahami bagaimana sebuah film dibuat. Satu hal selain visualitas dari Film Pengkhianatan G30SPKI adalah efek musikalitasnya yang legendaris. Menyayat hati sekaligus menakutkan!. Efek traumatik juga dipengaruhi oleh buku koleksi ayahku yang menurutku sangat berpengaruh "Dari Hati Ke Hati". Sebuah buku yang menceritakan peristiwa G30SPKI dari kacamata para istri Pahlawan Revolusi. Buku yang cukup respresentatif tentang kronologis peristiwa tersebut di tempat kejadian. Dapat dibayangkan bagaimana memory effect sebuah buku yang tergolong berat  dan "seram" dibaca oleh seolah anak kecil yang baru belajar membaca. 

Peristiwa G30SPKI sayup-sayup ku dengar. Lubang Buaya, Gerwani, Pemuda Rakyat, Gestapu, Mahmilub adalah kosakata yang sering kudengar dari Ayah dan Ibuku kalau bercerita tentang tragedi 1965. Kata-kata yang baru aku pahami ketika menginjak Sekolah Menengah. Di Mushola kecil di samping rumah dalam perbincangan menjelang shalat isya adalah saat dimana para orang tua kami bercerita tentang dinamika politik masa lalu. DI/TII dan PKI menjadi topik yang membuat hilang kantuk dan waktu sela antara dzikir Maghrib dan adzan Isya terasa singkat sekali.  Bagaimana Ua bercerita  menembaki gerombolan DI/TII dengan senapan dorlok, dibakarnya kampung Cikujang Beet oleh Gorombolan (orang tua kami menyebut DT/TII dengan istilah Gorombolan mungkin karena datangnya selalu bergerombol), cerita mengungsi manakala hari beranjak malam, atau seseorang dengan golok panjangnya yang berjaga di alun-alun kecamatan pasca peristiwa penculikan para jenderal adalah sepenggal cerita singkat yang masih terngiang sampai sekarang. Ada beberapa peristiwa penting sebenarnya yang terjadi di kampung kami, pembakaran pos tentara oleh gerombolan DI/TII di Sampalan (salah satu bukit Gunung Sawal), Penyerbuan tentara Belanda/Agresi Militer Belanda II dimana salah satu kakak ayahku menjadi korban kebiadaban tentara Belanda (ironis mengapa aku kok mengidolakan Timnas Belanda), penambangan timah hitam yang merupakan satu-satunya di Indonesia (fakta ini membuatku terobsesi untuk membuat film dokumenter "Expedisi Lobang Timah") dan lain-lain.

Awal September memaksaku untuk mengingat akhir September 1965.  Masa yang bisa jadi merupakan awal dari keterpurukan sekarang (kalau menganggap kita tengah terpuruk) atau fondasi kegemilangan Indonesia sekarang (kalau memandang Indonesia sekarang sebagai sebuah wajah kegemilangan). Bukankah baik dan buruk itu tergantung siapa dan atas dasar kepentingan apa!. Tidak dalam posisi untuk memvonis siapa salah siapa benar!toh aku bukan saksi sejarah apalagi pelaku sejarah. Di alam mahsyarlah kita kelak akan menyaksikan kebenaran absolutnya. Bukan katanya, menurut, berdasarkan, dan bebeberapa kosakata lain yang menggambarakan kenisbian.  Aku hanya menyaksikan buku-buku tebal berjilid merah, menumpuk di salah satu ruangan kantorku dulu. Kini buku-buku itu telah berdebu dan nyaris tak terawat. Padahal buku itu dulu pernah menjadi buku sakti yang bisa membuat seseorang terpuruk, seperti seorang pria tua yang bolak-balik ke kantor kami dulu menuntut keterangan bahwa dia tak selayaknya ada di salah satu halaman buku tebal dan berdebu itu. Aku hanya termangu sambil tafakur kecil sambil mengingat sebuah kutipan yang aku juga sudah lupa siapa yang mengatakan  tapi kalimatnya masih jelas "bahwa sejarah masih tetap ditulis oleh mereka yang menang!".



Menyisakan Ketidakpercayaan

Bulan-bulan terakhir ini banyak sekali pembelajaran hidup. Terima kasih telah memberikan bahan untuk belajar. Sangat berharga sekali. Sering...