Tampilkan postingan dengan label CPNS. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label CPNS. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 17 November 2018

Test CPNS

Kartu Peserta Test CPNS 

Sebetulnya jadi PNS itu ya ingin ga ingin. Sehabis lulus SMA pernah ikut test STPDN, bapakku terobsesi banget anaknya jadi praja STPDN (dulu APDN). Mungkin beliau terpesona kegagahan oleh alumni APDN yang pernah praktek di desa atau yang bertugas di kecamatan. 
Gagal (sepertinya ada permasalahan dengan kesehatanku).
jadi aku ikut UMPTN saja. 
Eh gagal juga.

Sehabis mendapatkan ijazah diploma dan strata satu, seperti teman-teman lain cita-cita ya bekerja di seputaran Sudiraman MH Thamrin.... eh nyangkutnya magang di Wisma Bisnis Indonesia, Slipi. Tapi setidaknya pernah merasakan atmosfir bekerja di ibukota.

Dulu test CPNS belum pakai CAT (Computer Assisted Test), masih test manual menghitamkan lingkaran jawaban dengan pensil 2B. Metode test biasa, Ebtanas, UMPTN dan SIMAK diberbagai Perguruan Tinggi memakai metode itu. Setelah menjawab dengan maksimal harapan selanjutnya lembar jawaban bisa dibaca scanner dengan baik. Selanjutnya berdo’a mudah-mudahan nilai yang didapat lebih baik dari peserta  yang lain.

Soalnya seputar wawasan kebangsaan/sejarah, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, TPA dan seputar program studi. 

Tahun 2003 mengikuti test serupa. Gagal, belum takdirnya. Tahun 2004 ikut lagi. Mencoba lagi. Selalu ada harapan bagi mereka yang terus berusaha dan berdoa.

Masih di kabupaten dan formasi yang sama. Formasi Tenaga Teknis Administrasi Persyaratan DIII Lulusan Program Studi Kesekretariatan IPK Minimal 2,50. Pas banget dengan Ijazah yang ku pegang Program Studi Kesekretarian dan Administrasi Perkantoran, program studi yang dulunya agak aku sesali. Aku merasa program studiku kurang maskulin. Ternyata akhirnya ada hikmah dibalik itu, program studi yang jarang sehingga ketika test berlangsung sainganku hanya sekitar 11 orang.
IPK-ku pun pas-pasan banget…. Hanya terpaut 0,3 dari syarat minimal. Ya IPK DIII-ku hanya 2,53 (tapi dari Politeknik Universitas Indonesial lho….. sombong dikit boleh ya). Ga berbeda dengan tahun sebelumnya, tingkat keyakinanku bisa menjawab benar 70%-an soal.


Test usai sudah. Aku tidak berharap banyak. Kuputuskan untuk kembali ke Jakarta.Kembali melamar pekerjaan. Kembali rajin membuka Karir.com, Koran Kompas edisi Sabtu dan Minggu. Membikin dan mengirimkan lamaran. Hidup kembali penuh penantian….dering telepon menjadi sesuatu yang dirindukan.

Akhir Desember keluarga dan teman memberi tahu bahwa namaku ada dikoran….aku lolos test CPNS….. Wah massa!
Alhamdulillah!

Senin, 25 September 2017

CAT (Computer Assisted Test)


Konon jaman dulu selembar ijazah sekolah menengah apalagi perguruan tinggi adalah jaminan masa status sosial yang lebih baik. Saat itu tidak semua orang berkesempatan untuk menempuh pendidikan yang baik. Hanya mereka yang berdarah biru dan golongan saudagarlah yang punya kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang lebih. 

Jaman telah berubah. Jumlah penduduk semakin meningkat sementara sumber daya pemuas kebutuhan manusia semakin terbatas. Kondisi ini otomatis melahirkan persaingan hidup, struggle for life. Sesuai dengan kaidah Darwinian maka yang kuatlah yang akan bertahan, survival of the fittes.  

Dulu selembar ijazah juga berarti jaminan pekerjaan yang layak. Kini ketika jumlah lulusan Perguruan Tinggi lebih banyak dibanding lapangan kerja yang ada maka hal itu tidak ada lagi. Selembar Ijazah adalah modal awal untuk memasuki pintu persaingan lain yang lebih mengerikan. Bersaing dengan orang lain yang bisa jadi punya kapasitas sama atau bahkan lebih. Ketika The Fittes-nya banyak maka saringan-saringan baru telah disiapkan. Cerdas saja tidak cukup, sehat saja tidak cukup....makin banyak metode untuk benar-benar melahirkan calon pegawai yang paripurna. Sosok pegawai yang digadang-gadang mampu menjadi tenaga baru untuk mewujudkan organisasi yang lebih efektif dan efisien.

Hari ini kita menyaksikan jutaan angkatan kerja di Indonesia mengadu kemampuan untuk berkompetisi mengisi lowongan di beberapa pos pemerintahan, menjadi ambtenaar. Profesi yang kembali menjadi idola di era sekarang ini. Dulu profesi ini adalah profesi yang ekslusif. Sekarang informasi dan kesempatan untuk menjadi pangreh praja terbuka lebar, tidak dimonopoli oleh pihak-pihak dan golongan tertentu. 

Seiring perkembangan  jaman, testing menjadi seorang CPNS sekarang memakai sistem CAT (Computer Assisted Test). Sistem seleksi dengan memakai bantuan komputer untuk mendapatkan kandidat dengan nilai standar yang dikehendaki. Sistem ini lebih transparans. Kita dapat melihat langsung skor peserta secara real time. Mudah-mudahan ikhtiar ini dapat menjadi modal untuk mewujudkan reformasi birokrasi. 

Bangsa yang Kejam

Tak sampai nalarku untuk mengerti mengapa di era modern dimana konon peradaban sedemikian maju ada entitas bangsa yang berlaku demikian barb...