Rabu, 12 November 2014

Alih-Alih Ahli Batu Ali

Entah trend atau fashion disamping musim memelihara burung, saat ini lagi musim memakai batu ali (batu akik). Bukan aksesoris baru pun bukan budaya baru. Habit memakai batu ali sudah semenjak dulu ada.  Entah filosofisnya seperti apa yang jelas, pandanganku tidak lebih dari sebuah nilai estetika. Sebuah seni dalam menghias diri sehingga sudah sewajarnya kita memandang batu ali dengan pandangan yang nalar logis. Tidak mistis atau magis. 

Karena sedang berada pada  puncak popularitas, kurva harga batu ali juga memperlihatkan trend yang menanjak. Malah terkadang harganya (menurutku) diluar kewajaran. Entah faktor apa pengereknya, jenisnya, usianya, bentuknya, warnanya atau nilai magisnya (ini yang harus dihindari).

Aku kurang menyukai memakai batu ali. Kesan batu ali sebagai aksesoris orang yang telah berumur membuatku kurang tertarik. Selain itu mitos, mistis dan magis yang kadang menyertai batu ali yang membuatku tidak berusaha berinteraksi lebih dekat. Tapi hal ini tidak mengurangi respekku pada mereka yang tengah ramai berbatu ali selama diletakkan pada porsi dan posisi yang sewajarnya. Aksesoris untuk memperindah diri....tidak lebih! jangan sampai alih-alih demi sesuatu yang sipatnya aksesori diri kita mengorbankan hal lain yang justru merupakan substansi diri!


Selasa, 11 November 2014

Secarik Kertas di Sampul Loose Leaf

Imajinasi membawaku ke masa-masa indah di Jurusan Administrasi Niaga Politeknik UI. Proses pendidikan yang kujalani tapi tidak kujiwai. Tapi ternyata justru Ijazah jurusan inilah yang aku pakai untuk  syarat administrasi mengikuti ujian untuk menjalani profesi yang ku kini jalani. Untuk menambah motivasi aku kuketik sajak Kahlil Gibran dan kutempel di sampul kertas loose leaf yang biasa kupakai untuk mencatat. Inilah kutipan sajaknya:

Ada sesuatu yang lebih mulia
dan lebih tinggi
daripada KETENARAN
Sesuatu itu adalah KARYA BESAR
yang membawa ketenaran itu.

Aku merasa dalam diriku
suatu tenaga tersembunyi
yang hendak membenahi ketelanjangannya
dengan sebuah pakaian yang indah,
yaitu KARYA BESAR itu.

Inilah yang membuat aku
merasa bahwa
kehadiranku di dunia ini
untuk menuliskan namaku
pada wajah kehidupan ini
dengan HURUF-HURUF BESAR

Perasaan semacam ini menyertaiku
SIANG MALAM ...

Sajak itu ternyata tidak mampu membuat prestasi kuliahku lebih baik. Nilai C dan D lebih senang mengakrabiku. 2.53 IP kumulatifku. Cuma terpaut 0,3 dari ambang batas minimal!menyedihkan tapi membanggakan!sebab untuk mendapat nilai itu tidak mudah!tidak ada perbaikan!kuliah harus pakai sepatu, baju berkerah, tidak boleh terlambat, ancaman DO, Ospek Tiga Episode, Latsamapta!Poltek Oh Poltek! Kawah Candradimuka!
 

Senin, 10 November 2014

Pahlawan dan Pecundang




Pahlawan itu terkadang hidupnya sering dicaci maki sementara pecundang biasanya dikelilingi puja puji...

Pahlawan itu tidak ragu untuk dibenci dan dimusuhi sementara pecundang itu anti benci, anti kritik dan anti koreksi..


Pahlawan itu keringatnya untuk orang lain sementara pecundang hidup dari keringat orang lain...


Pahlawan itu nalar dan darahnya untuk hidup orang lain sementara pecundang memakan nalar dan  menghisap darah orang lain...


Pahlawan itu terbiasa hidup dalam sepi, terasing karena berusaha memegang jati diri sementara pecundang biasanya hidupnya selalu ramai karena pandai merubah diri, mengikuti angin berhembus....


Pahlawan itu tidak pernah mencari panggung cukuplah ruang kagum dan simpati di hati mereka yang punya nurani...


Sikap pahlawan dan pecundang itu bisa ada di diri aku dan kamu!diri kita dan mereka .....

Sekarang adalah saat dimana pahlawan dan pecundang hampir tidak mempunyai titik beda

sebab hari ini adalah saat dimana  pahlawan bisa jadi pecundang dan sang pecundang bisa jadi pahlawan!

tergantung siapa yang memahlawankan dan mempercundangkan!

Pahlawan itu tidak takut "dihilangkan" , calon pecundang pasti takut kehilangan...

Fisiknya mungkin  bisa dihinakan, dipenjarakan, diasingkan....tapi pemikirannya, sikapnya dan prinsipnya, tidak akan dapat dikalahkan!

#igauan  pahlawan kesiangan sehabis apel hari pahlawan.

Sabtu, 08 November 2014

Aku dan DNA Petani

Berkebun!itulah aktifitas yang sering dilakukan ketika pulang kerja atau di saat libur. Sejatinya bukan hobi atau aktifitas baru. Mengolah tanah dan menanaminya sudah sejak dulu sering dilakukan. Memandangi pepohonan di kebun itu menyejukan jiwa. Kebahagiaan itu sebenarnya tidak ribet dan tidak mahal, ilalang dan semak belukar pun kalau dipandang dengan seksama dan dibarengi dengan hati yang penuh syukur akan indah dan menenteramkan. Melihat ikan mujaer berebut makanan di kolam kecil pun ketika ditopang oleh rasa yang lapang dan qona'ah jelas akan lebih membahagiakan.

karena pernah bermimpi berkarir di kota besar beralas karpet berselimut pendingin udara (walaupun pernah ngalamin juga sih waktu magang di Harian Ekonomi Bisnis Indonesia) aku dulu tidak pernah memaknai lebih bidang-bidang tanah dan pepohonan. Menyesal juga mengapa dulu ga nanem ini itu. kalau dilakukan mungkin sekarang sudah jadi landmark. Alm ayah punya pohon kelapa genjah, yang menurut beliau benihnya di dapat dari Golat Panumbangan sewaktu menuntut ilmu agama di sana, atau pohon salam yang ditanam ibu ketika masa awal menikah dengan ayah.

Ternyata menanam itu membahagiakan! kebahagian membuncah ketika benih dan bibit yang kita tanam tumbuh!Apalagi kalau menurut sebagian orang, tanaman itu susah tumbuhnya! Lahan sempit di belakang rumahku mulai padat dengan aneka tanaman. Tanaman obat seperti Binahong, Sambiloto, Kunyit, Temulawak, Panglay atau tanaman sayuran seperti tomat, cabe, pakcoy, leunca dan lain-lain.  Jadi teringat konsep warung hidup dan apotek hidup! konsep dari rejim yang pernah aku kritisi. menurutku inilah konsep awal untuk kita berdikari, berdiri di atas kaki kita sendiri. memenuhi sendiri kebutuhan yang dapat dipenuhi sendiri, tidak bergantung kepada orang lain. 

Tomat




Pakcoy
Ayah ibuku adalah petani, leluhur-leluhurku juga petani. Bulu taneuh!ada DNA petani di jiwa dan ragaku!aku bangga! dengan rejeki yang Alloh karuniakan melalui tanah dan pepohonan, air dan hayawan pulalah aku dapat sampai di titik sekarang! walhamdulillah!




Bobotoh Jauh

Ikut senang karena Persib akhirnya meraih juara ISL 2014. Penantian panjang yang penuh dinamika perjuangan akhirnya menemui takdirnya. Sukses adalah kolaborasi antara usaha dan do'a, pertautan antara faktor langit dan faktor bumi.


Terima kasih atas kebahagian yang telah dibagikan kepada seluruh warga Jawa Barat! Adrenalin yang terpacu melatih emosi.

Terus berjuang untuk permainan terbaik. Sebab sepakbola tidak hanya menang dan kalah!Ia adalah cermin kehidupan. Permainan terbaik tidak selalu berhasil menaklukan lawan tapi percayalah permainan terbaik akan mampu memenangkan hati lawan dan orang-orang!

Rabu, 29 Oktober 2014

Oleh-Oleh dari Jogja (Sushi Pertamaku)

Akhirnya sempat juga nyicip sushi. Pada ajang CCIO dan Temu Alumni CIO 2014 indera perasaku merasakan sensasi makanan khas Jepang itu. Karena bagiku ini adalah moment istimewa dalam perjalanan hidup, ya yang mesti dikenang dan didokumentasikan:


Perasaan takut salah muncul ketika mengambil item-item sushi dan mulai menikmatinya. Beruntung temanku terus mendampingi dan memberikan taushiahnya terkait ritual nyicip sushi. Matur nuwun sanget Mas Kurniawan Budi Santoso. Saat seperangkat sushi mulai kukunyah pelan lidah dan otakku mungkin sedang sibuk untuk memberikan respon dan mendefinisikan kesimpulan. Kesimpulannya enak walau masih sulit untuk membedakannya dengan rasa lemper hehehehehe. Tapi wasabinya sangat unik, rasanya nendang, menyentak sampai ke otak. Ritual ini diakhiri dengan mengunyak jahe, menurut sang mentor itu adalah untuk menetralisasi rasa sushi sehingga manakala nyicip makanan lain rasanya tidak akan terpengaruh rasa sushi. Ini penampakkannya.


Hidup adalah sebuah perjalanan. Ketika ada kesempatan untuk merasakan sesuatu yang baru atau melihat sesuatu yang baru, selama itu tidak bertentangan dengan syariah!mengapa tidak dicoba!dokumentasi dan diseminasikan!barangkali bisa memberikan manfaat!

Senin, 27 Oktober 2014

Sensasi Perbatasan Ciamis-Majelengka (Tanjakan Jahim, Situs Batu Kendang dan RM Pak Daeng)

Tanjakan Jahim adalah sebuah kosakata yang pertama kudengar dari keponakanku yang berprofesi sebagai seorang pengemudi. Sebagai pengemudi truk dia bercerita bagaimana beratnya untuk mendaki dan menuruni jalur yang merupakan jalur alternatif Tasikmalayan-Ciamis-Majelengka. Akhirnya pada hari Rabu (22/10-2014) aku kesampaian juga melewatinya. Tanjakan yang curam dan terjal dengan kiri kanan semak belukar. Konon katanya kata Jahim itu mengasosiasi kata Jahannam untuk melambangkan betapa beratnya tersebut bagi para pengendara. Di sebelah kiri jalur pendakian dari arah Cibeureum Sukamantri Ciamis ada Situs Batu Kendang, kumpulan batu yang mirip kendang/Gendang. http://indonesiana.tempo.co/read/20902/2014/08/20/yopisetiaumbara/situs-budaya-batu-panjang-butuh-penelitan. Sayang saya tidak sempat mengabadikan objeknya.

Tanjakan Jahim







Tugu Perbatasan Kabupaten Ciamis dan Majalengka
Selepas pendakian yang melelahkan maka puncak dari tanjakan tersebut adalah tugu perbatasan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Majalengka. Tugu itu kusam seperti tidak terpelihara. Saat dilewati jalan yang masuk wilayah Ciamis kondisinya mulus baru diaspal ulang sementara yang masuk wilayah Majalengka kondisinya kurang baik. Tapi katanya kondisi tersebut bergiliran, kalau yang wilayah ciamis kurang baik yang majalengka baik dan sebaliknya.
Luwak apa Luak ya?

Rumah Makan Pak Daeng
Setelah masuk wilayah majalengka maka kita akan memasuki jalur yang menurun. Di turunan itu juga ada tempat makan yang menarik, RM Pak Daeng. Tempatnya sangat sederhana.  Menunya seperti kebanyak tempat makan di tatar Sunda, akan menjumpai Pepes Ikan dan Ayam, bakar Ikan. Bakar Asin, lalapan, dan sambal dadak. Sambalnya khas sekali, agak mirip dengan sambalnya RM Warung Jeruk dan RM Mergosari.  Tempat cuci tangannya juga unik, pancuran air  jernih yang terus mengalir! Entah karena lapar atau atau memang enak yang jelas bukan hal aneh jika kita menambah nasi 2-3 kali (nasinya sendiri adalah Sangu Akeul, Nasi yang dimasak bukan dengan magic com). Suasana bertambah mantap dengan disajikannya Kopi Luak, istilah yang identik dengan Kopi Luwak.  Sebagai penikmat kopi dapat disimpulkan bahwa kopi luak pak daeng memang mantap!

Uang Merubah Orang

Uang merubah orang. Ya betul, Menyaksikan dan merasakan. Tidak semuanya, hanya beberapa orang.  Walau masih ada tanya. Apakah memang berubah...