Jumat, 22 Maret 2013

Mengelola Fikiran

Terkadang jiwa ini lelah karena terlalu banyak berfikir.  Kalau berfikir dalam koridor yang normal dan semestinya ya tidak ada masalah. Permalalahan terjadi manakala terlalu overload dalam berfikir. Sesuatu yang mestinya tidak kita fikirkan kita fikirkan juga. Akibatnya energi banyak tercurah pada hal yang terkadang tidak perlu.

Kadang saya merenung buat apa memikirkan mereka yang tidak ada hubungan langsung dengan kita.  Buat apa memikirkan kisruh PSSI dan cenderung berpihak pada salah satu blok.  Apa gunanya memikirkan perpolitikan nasional yang carut marut.   Apa gunanya selalu mengharapkan MU kalah dan AC Milan selalu menang.  Hah kadang diri saya ini lucu.

Rabu, 20 Maret 2013

SIAPA BILANG KULIAH DI ITB BERAT

Yang benar itu berat sekali.  Minggu-minggu ini adalah minggu yang berdarah-darah.  Tugas-tugas dan Ujian Tengah Semester tanpa ampun menghantam raga dan jiwa ini. Ah ini bukan berkeluh kesah kawan....ini adalah resiko dari sebuah pilihan.  Ginseng terbaik biasa tumbuh di tanah yang paling tandus.

Aku menyadari sepenuhnya bahwa pilihan ini adalah upaya untuk mengupgrade kualitas diri.  Menyadarkan pribadi yang hampir-hampir terlena dan terjebak di zona nyaman. Mengingatkan kembali  jiwa ini bahwa sebenarnya dapat berbuat lebih. Tidak sekedar menjalani rutinitas yang terkadang menumpulkan jiwa dan intelektualitas.

Kamis, 28 Februari 2013

SEMANGAT TERUS LUR!

Atmosfer kuliah di ITB makin terasa. Menekan mental dan menguras energi. Tapi ini adalah jalan yang harus ku tempuh. Walau mungkin bukan bijih besi terbaik lagi. Aku lebih seperti pagar besi yang mulai berkarat yang terus terkena hujan.  Terkadang aku berfikir bagaimana dengan generasi ITB pada massa sebelum millenium baru.....perjuangan dan beratnya kuliah di kampus ini membuat aku berdecak kagum.

Aku hanya bersaing dengan ratusan orang, bukan ribuan orang
Aku tidak mengalami masa orientasi mahasiswa baru yang menuntut ketegaran lahir batin
Aku hanya mengumpulkan puluhan SKS....mereka ratusan
dan mereka bisa!

Aku juga pasti bisa
toh makan makanan yang sama dan hidup di langit yang sama!

Rabu, 27 Februari 2013

PARTAI POLITIK ITU BERNAMA MEDIA MASSA

Mungkin terdengar aneh. Apalagi bagi mereka yang begitu percaya bahwa pers yang NETRAL merupakan salah satu indikator demokrasi.  Karena telah kehilangan NETRALITAS itulah yang membuat saya tidak percaya lagi bahwa media masa sekarang merupakan salah satu indikator demokrasi. Di era informasi sekarang, media masa adalah corong yang sangat efektif untuk menyuarakan kepentingan.  Teori oligarki kekuasaan semakin mengukuhkan keberadaannya manakala kita menguak profil pemilik modal yang berada di balik sebuah media massa.

Mengeksplorasi kesalahan lawan politik. Memberitakan kegiatan partai politik yang diusung sang pemilik modal. Mereka lupa bahwa frekuensi media elektronik yang mereka adalah milik publik. Anugrah kelebihan capital yang mereka miliki seolah membuat mereka abai akan hak-hak publik.

AKU DAN MAINAN PERAHU KLOTOK



Bunyi klotok-klotok klotok-klotok di gerbang Mesjid Salman sejenak menghentikan langkahku. Rupanya bunyi itu  berasal dari mainan perahu klotok yang dijual seorang lelaki paruh baya.  Ingatan terhadap anakku membuatku berniat untuk membelinya.  Dengan sedikit tawar-menawar yang berakhir pada diserahkannya selembar uang sepuluh ribuan membuat mainan itu pindah ke dalam tasku.
Antusias jagoan kecilku menyeruak manakala mainan itu diperlihatkan menghapus segala lelahku menempuh perjalanan Bandung-Ciamis. Mulutnya tak berhenti nyerocos bertanya tentang mainan perahu klotok itu. Namun sayang entah apa sebabnya perahu itu tak kunjung  unjuk kebolehan. Mungkin tangkinya bocor atau aku kurang memahami mekanisme kerjanya yang jelas raut kekecewaan terpancar jelas di wajah jagoan kecilku.
Mainan perahu klotok adalah mimpi masa kecilku. Aku pernah marah sama orang tuaku karena keinginanku untuk dibelikan mainan itu tidak mereka gubris.  Sikap bapakku ketat dalam soal mainan.  Satu prinsip yang selalu ditanamkan oleh ayahku katanya beli mainan itu seperti membeli sampah.  Lebih baik beli makanan. Akhirnya mainan perahu klotok dan truk-trukan selalu menjadi impian sampai habis masa kecilku.
Entah sebuah pelampiasan dari keinginan yang dulu tidak terwujud atau ketidakkuasaanku menolak keinginan anakku, sebagian besar keinginan anakku untuk membeli mainan selama masih ada dalam jangkauan daya beliku selalu terlaksana.  Benar apa yang dikatakan ayahku dulu. Tumpukan mainan yang rusak atau korban kebosanan anakku menumpuk di sudut kamar.  Nyaris hanya kepuasan sesaat dan mungkin saja bahasa kasih sayang kami dalam bentuk mainan dipahami salah oleh anakku. Pembelian mainan anak hanya taktik sederhana menghentikan kemarahan atau kekecewaan anak.  Nilai edukasinya tidak terlalu signifikan bila dibandingkan dengan pengorbanan yang dikeluarkan.
Memang simalakama tetapi kita harus mampu bersikap. Manajemen pendidikan anak harus dikuasai dengan baik. Kita harus mampu mengelola setiap keinginan anak dan juga mengelola ekspresi  kasih sayang kita kepada anak dengan teknik yang edukatif dan konstruktif.  Sekarang aku dapat memahami sikap orang tuaku dulu dengan positif mengapa mereka dulu tidak terlalu memanjakanku. Thanks Mom n Pap!.

Jumat, 01 Februari 2013

VARA AQIILA NOORSYARIF


Vara Aqilla Noorsyarif, anak keduaku, lahir secara normal pada  tanggal 16 Januari 2013 di Rumah Sakit Permata Bunda Ciamis pukul 16.30. Tinggi badan 50 cm dan berat 3.7 kg.

Wellcome my daughter!Allhamdulillah. thanks to God!give me ability to care of this mandate!

Menyisakan Ketidakpercayaan

Bulan-bulan terakhir ini banyak sekali pembelajaran hidup. Terima kasih telah memberikan bahan untuk belajar. Sangat berharga sekali. Sering...