Rabu, 24 Nopember 2004
Mengikuti Seleksi CPNSD Kabupaten Ciamis. Tempatnya sekarang di SD Linggasari I (SD Bebedilan I). Di tempat ini pula, sekitar tahun 1989 pernah mengkuti lomba Bidang Studi IPS Tingkat Kabupaten Ciamis......ga jadi juara hikshikshiks....tapi dapat pengalaman istimewa. Anak SD kampung yang baru kenal istilah PR (Pekerjaan Rumah) ketika menginjak SMP mendapat kesempatan ikut lomba tingkat kabupaten, jelas sebuah kemewahan.
Sebetulnya pada akhir tahun 2003 pernah juga ikutan seleksi CPNSD dengan formasi yang sama DIII Kesekretariatan. Tempatnya testnya di SMPN I Ciamis. Seleksi saat itu terasa sangat istimewa karena ditinjau langsung oleh H. Oma Sasmita, SH.,M.Si, Bupati Ciamis saat itu.
Minggu, 26 Agustus 2018
Kamis, 23 Agustus 2018
Operasi Appendixitis
Di Ruang Perawatan RS TMC Tasikmalaya Pasca Operasi , 12 Mei 2018 |
Belum lagi ketakutan akan peritonitis, pecahnya usus buntu karena peradangan yang akan membuat proses operasi akan semakin kompleks. Akhirnya setelah ditimbang-timbang dan kondisi yang juga tidak kunjung membaik akhirnya kuputuskan untuk dioperasi, Menyempurnakan ikhtiar.
Setelah berkonsultasi dengan dokter bedah, diputuskan operasi appendixitis akan dilaksanakan pada pada hari Sabtu 12 Mei 2018. Uh Ini kali pertama dioperasi. Pernah sih pada tahun 2009 di cath, tapi rasanya tidak setegang sekarang. Pikiran berpetualang kamana-mana. Menghitung kemungkinan ini itu.
Sekitar pukul 07.00 an mulailah proses itu. Dibius dengan Spinal Anestesi, supaya kerja jantung tidak terlalu berat kata dokter spesialis jantung. Selama operasi jantung full sadar dan mendengar gemerincing alat-alat operasi dan pembicaraan dokter bedah dan kru-nya. Darahku yang kehitaman menarik perhatian mereka.
Tidak sakit dan alhamdulillah proses operasi berjalan lancar.
Setelah berkonsultasi dengan dokter bedah, diputuskan operasi appendixitis akan dilaksanakan pada pada hari Sabtu 12 Mei 2018. Uh Ini kali pertama dioperasi. Pernah sih pada tahun 2009 di cath, tapi rasanya tidak setegang sekarang. Pikiran berpetualang kamana-mana. Menghitung kemungkinan ini itu.
Sekitar pukul 07.00 an mulailah proses itu. Dibius dengan Spinal Anestesi, supaya kerja jantung tidak terlalu berat kata dokter spesialis jantung. Selama operasi jantung full sadar dan mendengar gemerincing alat-alat operasi dan pembicaraan dokter bedah dan kru-nya. Darahku yang kehitaman menarik perhatian mereka.
Tidak sakit dan alhamdulillah proses operasi berjalan lancar.
Pasca operasi terjadi insiden. Aku mengalami sesak.
Kesadaran menurun.
Sepertinya karena meminum Oxycodone. Obat pereda nyeri tingkat tinggi.
Mungkin tidak cocok karena aku punya kelainan jantung dan Hipertensi Paru.
Rabu, 22 Agustus 2018
Angkringan
Angkringan di Depan Stasiun Maos Cilacap |
Pertama menyicipi kuliner angkringan sekitar lima tahun yang
lalu, di pelataran depan Stasiun Maos Cilacap. Menjelang keberangkatan ke
Bandung setelah mlaku-mlaku di sekitaran tanah Cilacap. Sambil menunggu kereta
berangkat, Mas Annas tuan rumah sekaligus local partner kita selama di
Cilacap mengajak menikmati suasana angkringan.
Hidangannya khas dan sederhana. Ada berbagai jenis gorengan, sate-satean, tahu tempe, nasi bungkus dan lain-lain. Ada beberapa makanan dan
minuman yang terasa agak asing bagi saya yang punya lidah Sunda. Menunya juga
sederhana. Bapak penjualnya ramah. Suasana yang mencerminkan cita rasa dan
suasana kebatinan yang penuh kesederhanaan. Sesuai dengan makna dan epistemologi
angkringan itu sendiri.
Dari berbagai literatur, konon kata Angkringan (berasal dari
bahasa Jawa angkring yang dapat diartikan sebagai alat dan tempat jualan
makanan keliling yang pikulannya mempunyai bentuk yang khas, yaitu berbentuk
melengkung ke atas). Angkringan juga dapat dipersonifikasikan sebuah gerobak
dorong untuk menjual berbagai macam makanan dan minuman di pinggir jalan di
Jawa Tengah dan Yogyakarta
Ketika berbicara tentang sejarah angkringan maka mau tidak
mau kita harus menyebut nama Mbah Pairo. Dari sosok inilah sejarah angkringan
bermula. Mbah Pairo adalah pionir konsep angkringan di Jogjakarta pada sekitar tahun
1950-an. Ia adalah perantau dari Cawas, sebuah kawasan di Klaten. Keterbatasan
sumber daya yang ada didaerah asal memaksa ia untuk mengadu nasib di
Jogjakarta. Dari latar belakang inilah angkringan sering dinisbahkan sebagai
semangat perjuangan untuk merubah nasib, menaklukan kemiskinan. Romantisme
kehidupan yang mencerminkan kerja keras dan keuletan.
Di Ciamis juga akhir-akhir ini banyak yang kuliner yang
mengadopsi konsep angkringan. Di seputaran Alun-Alun Ciamis dan sekitarnya
mudah kita temui angkringan-angkringan yang menambah khasanah wisata kuliner di
Kota Manis. Sesuatu yang lima tahun kebelakang tidak ada akan kita temui, entah sebuah akulturasi budaya, atau strategi pemasaran belaka!
Jumat, 10 Agustus 2018
Ma'ruf Amin Effects
Mohon maaf tidak melengkapi nama beliau dengan sebutan gelar keagamaan. Bukan bermaksud tidak menghargai maqom keilmuan, kesholehan dan ketokohan dan pencapaian lain yang telah dicapai oleh beliau. Hanya kebutuhan agar judul tulisan ini lebih seksi saja, lebih eye and hear catching!
Lepas dari segala kontroversinya pemilihan Pak KH. Ma’aruf Amin sangat strategis dari berbagai kepentingan. Pertama dari figur, kapasitas dan popularitas segmental Pak KH. Ma’aruf Amin adalah untuk melengkapi kondisi eksisting Pak Joko Widodo (Jokowi). Seperti yang pernah dikatakan oleh Mahatma Gandhi bahwa orang akan mencari atau meminta sesuatu yang tidak dimilikinya. Sebagian opini publik mempersepsikan bahwa pemerintah sekarang ini kurang bersahabat dengan umat Islam. Walaupun kenyataannya tidak sepenuhnya benar, toh sikap itu hanya terkait terhadap warna Islam yang mana. Secara umum hubungan Islam dan Negara di Indonesia baik-baik saja, tetap harmonis. Tapi setidaknya untuk kepentingan elektoral, keberadaan Pak KH. Ma’aruf Amin sebagai cawapres Pak Joko Widodo dapat mereduksi pandangan tersebut.
Kedua pemilihan Pak KH. Ma’aruf Amin juga akan mempunyai efek positif terhadap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Diakui atau tidak walaupun dari beberapa survey yang dilakukan PDIP masih unggul, PDIP cukup khawatir dengan distigmakan sebagai partai pendukung penista agama. Walaupun PDIP tidak sendirian mendukung Ahok dalam Pilkada DKI, entah kenapa getah paling banyak justru diterima PDIP. Hasil Pilkada serentak 2017 dan 2018 setidaknya mengamini fenomena tersebut. Karena Pilpres 2019 akan berbarengan dengan Pileg maka aura positif religiusitas Pak KH. Maruf Amin akan dirasakan PDIP, setidaknya berupa berkurangnya sentiment negatif dan stigma yang tidak menguntungkan.
Ketiga diharapkan Pak KH. Ma’aruf Amin akan menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa yang hampir 4 tahun terakhir banyak mengalami goncangan. Dinamika demokrasi berbuntut perselisihan berkepanjangan di tingkat pendukung. Ini tidak sehat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam suatu wawancara ketika dalam masa kandidasi Cawapres Pak Jokowi, Pak KH. Ma’ruf Amin pernah menyatakan bahwa, “Kalau untuk kepentingan bangsa dan negara memanggil harus siap!”. Untuk menyatukan kembali bangsa inilah mungkin kepentingan bangsa dan negara yang dimaksud. Keberadaan Pak KH. Ma’ruf Amin juga diharapkan dapat mengeliminasi gesekan-gesekan bernuansa SARA di berbagai tingkatan.
Siapapun yang terpilih nanti mudah-mudahan yang terbaik bagi bangsa ini. Pak Prabowo dan Pak Jokowi adalah orang hebat dan baik. Pak Sandiaga Salahuddin Uno dan Pak KH. Ma’ruf Amin juga hebat dan baik. Mudah-mudahan dinamika demokrasi ini menemui tujuan akhirnya menciptakan masyarakat adil dan makmur, sejahtera lahir dan batin.
Rabu, 08 Agustus 2018
Penjahit Keliling
Saya tidak sempat menanyakan namanya apalagi asalnya. Kita hanya berusaha bertukar senyum ketika kebetulan bertemu. Gang Kecil di depan rumah saya menjadi rute wajibnya ketika bekerja berkeliling menjual keterampilannya menjahit.
Memakai sepeda yang dimodifikasi dengan mesih jahit dan selembar kecil tripleks berwarna hijau berisi sedikit tulisan iklan, jadilah ia seorang penjahit keliling. Inovasi ini sudah lama ada seperti juga tukang sayuran keliling yang kini banyak menggunakan sepeda motor. Keluar masuk jalan kecil di kampung-kampung pinggiran. Prinsip mendatangi konsumen merupakan strategi mereka untuk survive.
Penjahit merupakan profesi salah satu profesi yang sepi peminat. Jarang orang yang bercita-cita jadi penjahit. Mungkin profesi ini kurang prestise. Padahal Nabi Idris AS saja bekerja sebagai penjahit. Jumlah penjahit sekarang ini semakin sedikit sehingga hampir tiap penjahit overload. Jarang kita mendapatkan jasa penjahit yang tepat waktu. Tapi ya bagaimana lagi, kita memang sangat memerlukan jasa mereka.
Kalau perlu perbaikan kecil, vermak dan lain-lain ya mending ke tukang jahit keliling. Efektif dan efisien. Hanya kehadirannya tidak dapat diprediksi. Berkat jasa tukang jahit keliling banyak baju yang tidak jadi beralih menjadi lap. Celana yang kekecilan dapat dipakai lagi. Berhemat sekaligus menghargai sebuah sandang. Bukan tidak mampu membeli. Tapi upaya sederhana untuk berkontribusi terhadap keberlangsungan bumi.
Sabtu, 04 Agustus 2018
KA Serayu, Dulu dan Kini
Dipalak oleh pengamen di antara Stasiun Cikampek - Karawang adalah momen yang tidak terlupakan ketika naik Kereta Api Serayu. Tapi itu dulu, pertengahan Mei 1998 ketika aksi-aksi mahasiswa makin menuju titik kulminasi. Di jalan-jalan menjelang meninggalkan Jakarta kulihat ramainya mahasiswa berdemo, menaiki Metromini sambil berteriak-teriak mengibarkan bendera organisasi! Uh betapa heroiknya mereka. Aku memilih pulang, karena uang sudah hampir habis dan perkuliahan mulai terganggu terkait situasi sosial politik yang semakin memanas. Toh aku juga bukan siapa-siapa, hanya seorang pengeras yel-yel, penambah tepuk tangan dan penggenap kepalan tangan! Jaket almamaterku tidak pernah mencium gas air mata apalagi bersentuhan dengan peluru tajam!.
Memilih naik kereta karena saat itu naik kereta merupakan moda transportasi yang murah. Dengan karcis berbentuk kertas tebal kecil jarak Jakarta-Tasikmalaya dapat dilalui dengan biaya Rp. 4.000an. Tapi kita jangan mengharapkan kebersihan, kenyamanan apalagi keamanan. Copet dan pengamen bebas berkeliaran, bercampur dengan para pedagang asongan. Kereta api ekonomi saat itu seperti kurang mendapat perhatian. Tapi karena mudah tetap saja penuh, apalagi kalau musim mudik dan liburan.
Kini kereta api yang mengambil nama sebuah sungai di Jawa Tengah itu sudah berubah. Rutenya juga sudah berubah kalau dulu hanya sampai Kroya sekarang sampai Purwokerto. Mungkin hanya arsitektur tempat duduknya saja yang masih seperti dulu, Kurang ergonomis, apalagi kalau terisi penuh. Kita harus duduk tegak sepanjang perjalanan.
Pelayanannya pun telah berubah, dengan tarif per Agustus 2018 sebesar Rp. 63.000,00 kita dapat menikmati perjalalan full AC dan jumlah penumpangnya pun sesuai dengan kapasitas tempat duduk. Tidak ada pedagang asongan dan bebas asap rokok. Kecuali karena force majeur frasa "kereta terlambat dua jam cerita lama" tinggal kenangan.
Sabtu, 21 Juli 2018
Nyaleg itu Gimana Gitu! (Pengalaman dari Daerah)
Gedung DPRD Kabupaten Ciamis |
Saya pernah mengikuti prosesi untuk dapat beraktifitas di gedung di atas. Dulu lebih dari satu dasawarsa yang lalu. Mungkin salah satu “kecelakaan” dalam perjalanan sejarah
hidup ini adalah pernah ikut nyaleg. “Kecelakaan” yang positif tentunya. Bagi
saya dan rangkaian hidup saya yang hampir kesemuanya ada dalam bingkai kesederhanaan, Nyaleg jelas merupakan sesuatu
yang mewah. Bagaimana tidak mewah adik kelas waktu kuliah yang kerja di KPU
Pusat sampai bilang, wah akang ikut nyaleg ya! Nama saya ada dalam lembaran
negara, buku besar dokumentasi perjalanan demokrasi Indonesia yang kita cintai
ini. Bolehlah saya bangga-bangga dikit.
Ketika nama lengkap ada di lembaran surat suara Pemilu Tahun 2004
untuk DPRD Kabupaten bagi saya merupakan kehormatan. Foto diri ada di sticker-sticker
dan leaflet, ditempel disana-sini bagi saya yang dulu masih imut-imut merupakan
sebuah lompatan besar. Betapa tidak imut-imut, diusia yang belum genap 27
tahun, ketika hidup masih sendiri, uang kadang ada kadang tiada, hanya bermodalkan sebuah sepeda motor tua, didorong untuk tampil! Manakala kini manemukan artefak sejarah berupa sticker bergambar diri yang masih menempel di pintu rumah para pendukung terkadang membuat diri ini tersenyum simpul. Owh aku ternyata aku pernah berambut banyak!
Lepas dari menang tidaknya, nyaleg merupakan pengalaman yang sangat menarik dan berharga. Bobot pembelajarannya melebihi beban SKS ketika menuntut ilmu di Perguruan Tinggi. Nyaleg itu harus mau diundang kesana kemari oleh berbagai
komponen, komunikasi dan kelompok . Memberikan sepatah dua patah kata (kaya pejabat aja deh pokoknya). Dan
akhirnya merespon keinginan kelompok masyarakat yang mengundang yang terkadang
sangat pragmatis. Saat itulah ada ungkapan bagi saya yang tergolong caleg agak-agak misqueenn ini terdengar lebih horor dari Film Sundel Bolong “Urang dieu mah crung creng
kang!, nu penting mah akang masihan naon we nu karaos ku warga, InsyaAlloh aya
suara!. (Orang sini kontan kang! ada pemberian InsyaAlloh ada suara). Saat
itulah aku berandai owh andai aku caleg yang kaya raya!Mungkin tidak kalang kabut kalau diminta jadi solusi yang bersifat materi.
Nyaleg itu harus siap ketika ada yang datang bertamu. Dari
berbagai kalangan dan latar belakang. Harus siap ngobrol ngalor ngidul. Harus
shabar mendengar mereka berjanji siap membantu asal ….Pokoknya kematangan
emosional kita betul-betul diuji. Tapi karena niat nyaleg saat itu tidak muluk-muluk dan bukan untuk kepentingan sendiri, semua berjalan nyelow dan enjoy! Tahu diri, sadar kapasitas dan potensi diri. Tanpa mengurangi keseriusan prosesi demokrasi dilalui dengan canda tawa.
Mendapat satu dua suara dalam Pemilu itu tidak mudah! Sekali
lagi tidak mudah! Jauh Lebih mudah mendapat like di status medsos. Orang yang
satu daerah pun belum tentu memberikan suara untuk kita. Yang paling penting
tentu dukungan dari keluarga besar kita. Dukungan dari keluarga itu tulus,
tidak bergantung partai apa dan telah memberi apa. Walaupun pada kenyataannya dukungan keluarga besar itu tidak akan mencapai 100%, ya wong namanya juga pemilihan, terkadang terkait dengan hati dan berbagai hal lainnya.
Berdasarkan pengalaman, nyaleg itu juga perlu gizi dan logistik. Kita tak cukup
bermodal citra diri dan citra partai. Dalam kenyataannya peredaran gizi dan logistik
yang lancar akan mengalahkan citra diri dan citra partai. Ada pengalaman unik,
dari satu daerah kita dapat suara sama persis dengan jumlah kaos yang kita
bagikan. Untuk itu nyaleg itu sebaiknya tidak ujug-ujug. Tapi harus menanam
sejak lama. Menanam itu tidak harus materi. Bibit dan benih kebaikan yang dapat
ditanam itu banyak jenisnya.
Dulu tuh punya amunisi Kalender, Kaos dan Sticker saja kita
sudah bersemangat. Melihat ada orang yang pakai kaos partai kita, wuih senangnya bukan main. Nyaleg sekarang
terbantu dengan adanya internet dan terutama media sosial. Kampanye dan
sosialisasi akan banyak termudahkan. Dulu belum musim bikin spanduk atau baligo, paling banter sticker dan kaos partai bergambar caleg.
Tapi tetap pertemuan langsung itu penting.
Medsos, media masa dan media elektronik kalau diibaratkan piranti serangan
udara yang tidak akan efektif bila tidak didukung oleh Pasukan Infantri,
Pasukan Darat. Dalam kontestasi Pemilihan Umum sekarang, penguasaan territorial
menjadi penting.
Seperti halnya konteks pemilihan yang lain, Nyaleg juga
merupakan sebuah seni, adu strategi. Dulu di partai kami itu, antar caleg ga
saling bersaing, tapi saling mendukung. Maka kita sering motoran bareng,
kampanye bareng, logistic juga dibuatin.
Sejatinya kompetisi antar caleg
baik dalam satu partai maupun antar partai juga jangan kontrapoduktif apalagi melebar ke arah konflik horizontal. Kontestan harus
bersaing secara sehat dengan mengedepankan niat baik untuk melebarkan peluang
berbuat baik. Sependek pengetahuan saya ketika telah menjadi Anggota Dewan sekat-sekat partai, perbedaan platform dan ideologi itu tidak terlalu dominan lagi, lebih ke arah bagaimana bersama-sama membangun daerah pemilihan (Dapil).
*Tulisan ini didedikasikan buat teman dan kolega yang tengah dan akan berkiprah membangun masyarakat di bidang politik. Selamat berjuang!
Langganan:
Postingan (Atom)
Hidup Tenang
Kata Prof Quraish Shihab "Jika kau mendambakan kehidupan tenang, maka tinggalkan yang bukan urusanmu".
-
Hari ini di kantor ada perpisahan rekan kerja yang akan memasuki masa pensiun mulai bulan Oktober besok. Masa kerja lebih dari tiga puluh t...
-
Salah satu tempat yang menarik di Situs Cagar Budaya Karang Kamulyan Ciamis adalah Patimuan. Situs Cagar Budaya Karang Kamulyan berada...