Jumat, 16 Maret 2018

KEHIDUPAN YANG BERKUALITAS


KEHIDUPAN YANG BERKUALITAS
Barbara Brown Taylor

Seorang profesor diundang untuk berbicara di sebuah basis militer pada tanggal 1 Desember. Di sana ia berjumpa dengan seorang prajurit yang tak mungkin dilupakannya, bernama Ralph. Ralph yang dikirim untuk menjemput sang profesor di bandara. Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju ke tempat pengambilan kopor. Ketika berjalan keluar, Ralph sering menghilang. Banyak hal yang dilakukannya. Ia membantu seorang wanita tua yang kopornya jatuh dan terbuka. Kemudian mengangkat dua anak kecil agar mereka dapat melihat sinterklas. Ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar. Setiap kali, ia kembali ke sisi profesor itu dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

"Dari mana Anda belajar melakukan hal-hal seperti itu ?" tanya sang profesor.

"Melakukan apa ?" kata Ralph.

"Dari mana Anda belajar untuk hidup seperti itu?"

"Oh," kata Ralph, "Selama perang, saya kira."

Lalu ia menuturkan kisah perjalanan tugasnya di Vietnam. Juga tentang tugasnya saat membersihkan ladang ranjau, dan bagaimana ia harus menyaksikan satu per satu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya. "Saya belajar untuk hidup di antara pijakan setiap langkah," katanya. "Saya tak pernah tahu apakah langkah berikutnya merupakan pijakan yang terakhir, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat dan memijakkan kaki. Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah dunia baru, dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini."

Kelimpahan hidup tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang berkualitas. (170701)

(Barbara Brown Taylor. Dikutip dari Manggalacom)

Jumat, 09 Maret 2018

Dumpster Diving



Objek Dumpster Diving
Informasi dapat diperoleh dengan berbagai cara. Baik cara halal maupun tidak halal.  Mungkin ada cara yang makruh atau juga subhat. Salah satu teknik untuk k memperoleh informasi adalah Dumpster Diving. Cara ini lebih condong ke arah haram, memanfaatkan keteledoran Sang Empunya informasi. Intinya memperoleh informasi tanpa seizin pemilik informasi. Dumpster Diving adalah mencuri data-data yang dianggap penting yang ada di tempat sampah. Biasanya yang sering di incar adalah rekening listrik, air, telepon, data-data kepegawaian, kependudukan yang dapat jadi dasar untuk pengembangan data.  Teknik dumpster diving ini biasanya di gunakan untuk pencurian indentitas jadi jangan pernah anda membuang dokumen atau data apapun yang ada nama, alamat, NIK, nomor pegawai dan lain-lain. 

Kita jangan merasa aman karena telah merobek-robek kertas yang berisi data-data penting. Sang Dumpster Diver dapat merangkati sobekan-sobekan kertas tersebut, persis menyusun sebuah puzzle. Hancurkan dokumen yang akan kita buang dengan mesin penghancur kertas. Akan lebih aman dan ramah lingkunga.  Mencuri informasi itu tidak  harus menjadi seorang hacker, cracker atau sebutan-sebutan berat lainnya, dengan metode sederhana pun informasi dapat diperoleh. Mari kita mulai melek dan sadar  akan keamanan informasi (information security awareness), apalagi ketika bekerja di instansi publik. 

Selasa, 27 Februari 2018

Pengalaman Pertama


Pertama terkaget-kaget bercampur tidak percaya ketika BPSDM Provinsi Jawa Barat mengkonfirmasi untuk jadi pengampu mata diklat Inovasi pada Diklatpim Tingkat III. Betulkah? Alhamdulilah akhirnya kesempatan untuk sharing datang  juga, setelah selama ini seringnya di-sharing-in. Seperti biasa, ketika akan menghadapi sesuatu yang pertama maka yang muncul adalah stress. Takut ini takut itu, bagaimana kalau begini atau begitu. Tapi pengalaman pertama berjalan lancar, bersama Pak H.Deden Tosin, Widyaiswara dari BKPSDM Kabupaten Karawang, sesi pertama selesai, mission complete.Sebagai yunior saya belajar banyak pada Pak Deden Tosin Wijaya. 

Mengampu  mata diklat pada sebuah diklat kepemimpinan bukan berarti kita serba lebih dari para peserta. Kita tidak lebih tahu atau tidak lebih berpengalaman dari mereka. Tugas kita hanyalah memfasilitasi dan muaranya menginspirasi mereka untuk dapat mencapai tujuan dan sasaran diklat. Sehingga pasca mengikuti diklat mereka akan menjadi berbeda, menjadi lebih baik. 

Bagi saya menjadi Widyaiswara adalah sebuah pilihan (mudah-mudahan bukan sebuah pelarian heheheh). Keinginan untuk ikut berkontribusi bagi perjuangan bangsa ini mencapai tujuannya. Walaupun peran ini hanya sebuah sekrup dalam sebuah mesin besar bernama Indonesia, atau sebutir pasir dalam sebuah bangunan megah bernama Indonesia yang penting dapat memberikan manfaat. 

Jumat, 16 Februari 2018

Orang Jujur itu Masih Ada!

Kutarik napas dalam-dalam setelah tahu di tempat ku biasa menyimpan, HP itu tidak terlihat! Huuuuh, Mungkin ini saatnya aku harus berpisah dengan handphone kesayanganku. Asus Zenfone 4 sudah lebih dari tiga tahun lebih menunjang aktifitas komunikasi dan pencarian informasi. Bukan handphone yang mewah, tapi sangat membantu aktifitas.

Maka yang aku pikirkan bukan harganya, tapi data yang ada didalamnya. Tak bisa membayangkan harus mencari dan menginput begitu banyak nomor telepon. Belum lagi takut ada orang yang menyalahgunakan akun medsos, karena jarang logout! Duh resah dan gelisah! Leuleus tuur!

Rapat Ikatan Alumni SMANDATAS tak kuikuti dengan jiwa yang penuh! Hati ini masih mengingat handphone itu! Ketika Ketua IKA, Kang Yudi Guntara bertutur tentang berbagai hal, batinku ramai bertikai! Antara menyalahkan ketidaktelitian dan takdir!

Sisi baik jiwa ini bertutur,
"yang hilang hanya handphone Rif, hanya handphone!",
baru handphone .... bukan titipan Alloh yang lain ... yang lebih penting!
Itu lah hidup, kita tak tahu apa yang akan terjadi beberapa saat kedepan!
Sangat mudah bagi Sang Empunya mengambil yang Dia kehendaki!
tak menyangkakan kan handphone itu akan tertinggal di Warung Bubur Ayam!

Sebelum berangkat ke Tasik, aku mengisi amunisi dulu di Bubur Ayam Pusaka, kadang ada yang menyebut Bubur Etom, Bubur Ayam legendaris di Ciamis. Aku masih mengabari teman via Whatsapp sambil bersantap bubur ayam. Harapanku mudah-mudahan handphoneku ditemukan oleh karyawan Bubur Pusaka.

Alhamdulillah ketika kutanyakan ternyata handphoneku masih ada, " Yang Asus Pak!" kata karyawan yang kebetulan kebagian shif malam, "tadi teman nitip, kalau ada yang nyari!".

Ya Alloh Ya Karim!
Ketika banyak orang yang lebih memuji-muji kejujuran bangsa lain!
Ketika banyak orang mencaci maki bangsa sendiri!
Malah tak sedikit yang malu menjadi bangsa Indonesia!
Aku merasakan nilai-nilai kejujuran itu masih ada!

Ketika banyak orang meragukan kejujuran saudara sebangsa dan setanah air!
Aku membuktikan kejujuran itu masih ada!
Jujur dan tidak jujur itu bukan karakter bangsa tertentu, negara tertentu!
Jujur dan tidak jujur adalah kecenderungan manusia!
Dimanapun jujur dan tidak jujur itu akan selalu ada!
Sehingga ada hukum dan etika!
Permasalahannya adalah bagaimana penegakan hukum itu sendiri!
Menopang kejujuran atau mendukung ketidakjujuran!

Sabtu, 10 Februari 2018

Membuat Keputusan, Sebuah Seni Kepemimpinan

Salah satu seni bernilai tinggi dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan. 
Kalau tidak mampu membuat keputusan jangan menjadi pemimpin, jadi pengikut yang taat saja.
Tapi seni yang paling tinggi adalah bagaimana menatakelola sumberdaya untuk memastikan  keputusan itu dapat dijalankan dengan baik. 
It's fundamental of management!
Untuk itulah kemampuan itulah sehingga pemimpin diberikan berbagai fasilitas dan privacy nomor satu.
Tidak cukup hanya mengintruksikan,
atau hanya sekedar memerintahkan.
Kontrol dan evaluasi harus juga dijalankan.

Bahwa keputusan itu tidak akan bisa membuat semua orang bahagia itu adalah sebuah hukum alam. Orang akan menilai sebuah keputusan dari sudut pandang kepentingannya. 
Jangankan keputusan manusia, banyak yang menyalahkan hukum dan takdir Tuhan ketika tidak sesuai dengan keinginan dan kepentingannya.

Ketika sebuah keputusan telah dibuat dengan mengerahkan  segala kapasitas yang ada, mempertimbangkan berbagai faktor, memperhatikan berbagai kepentingan, dan didasari niat untuk kebaikan .... tinggal berserah diri kepada Alloh!
Bagi kaum beriman, disinilah esensi bahwa pemimpin itu ketakwaannya harus lebih.
Ada kekuasaan Tuhan dalam setiap kejadian.
Sehingga dalam teologi yang saya pahami.
Kekuasaan itu jangan dicari.
Kalau kekuasaan datang diamanahkan kepada kita.
Jalankan semampu kita, ikhtiar dan tawakal.
InsyaAlloh, Tuhan akan membantuk kita.
Mungkin ini musykil dan malah mustahil dalam dunia birokrasi.

Jangan pedulikan mereka yang berseberangan! 
Memilih menjadi pemimpin adalah memilih untuk menderita. 
Mewakafkan kapasitas dirinya untuk kebaikan orang-orang yang dipimpinya. 
Merelakan waktu pribadinya untuk mendengar dan menyelesaikan segala keluh kesah!

Menjadi pemimpin adalah takdir. 
Sudah tertulis di Lauhil Mahfudz! 
Alam demokrasi membuat kepemimpinan menjadi sebuah kontestasi. 
Demokrasi pula yang memberikan peluang bagi berbagai latar belakang potensi dan identitas untuk maju menjadi pemimpin. 
Memimpin tidak lagi menjadi hak istimewa warna, agama, profesi dan ideologi politik tertentu. 
Selama ia memenangi proses pemilihan, ia berhak menjadi pemimpin.
Dinamika proses pemilihan itulah yang kadang-kadang mengkhianati asas-asas demokrasi itu sendiri.

Libidoku untuk menjadi pemimpin hampir-hampir hilang. 
Kesadaran bahwa banyak hal yang harus diperbaiki pada diri ini. 
Do'a terbaiku semoga kita mendapat pemimpin terbaik di semua tingkatan yang mampu memfasilitasi kita untuk dapat beribadah dengan baik, berusaha dan bekerja dengan tenang dan mendidik anak sarana dan prasarana yang berkualitas.

Senin, 08 Januari 2018

Monopoli Keburukan

Selepas hari sepenggalah naik, diskusi Forum Balkon kembali digelar. Semacam coffe break memutus otot dan otak yang mulai menegang. Topiknya kembali sekitar perpolitikan, lokal, regional bahkan nasional. Maklum kabupaten dan provinsiku akan menggelar pilkada serentak 2018. Mau ga mau kami juga ikut memantau. Walaupun netral tapi kami tetap punya hak suara. Diskusi ini hanyalah untuk sharing informasi dan teori politik yang kami punya. Sangat amatir dan tidak sepenuhnya dapat dipercaya heheheh.

Aku mengkritik pendapat temanku yang begitu fanatik membenci warna tertentu dalam preferensi politiknya. Fanatik itu boleh, tapi tidak boleh membutakan kita tentang bagaimana bersikap objektif. Membenci warna tertentu tidak serta merta berartu membela nilai tertentu dan memilih warna tertentu tidak serta merta mempertahankan nilai tertentu. Politik adalah kepentingan. Naif bila kita memahami politik sebagai keajegan nilai, keistiqomahan bersikap. Kenyataan membuktikan disatu daerah warna tertentu tidak bersatu, tapi di lain daerah toh bergandeng tangan mengusung kandidat untuk merebut kekuasaan. Kalau istiqomah tentu tidak akan seperti itu.

Kebaikan itu tidak dimonopoli warna tertentu pun ketidakbaikan tidak dimonopoli oleh pihak tertentu. Ia adalah bagian dari kehidupan yang dapat hinggap pada siapa saja dan kapan saja, sejalan dengan iman yang naik turun. Tiap orang dan tiap warna pasti punya kebaikan. Kita tidak boleh memakai standar ganda dalam berkebaikan.

Sabtu, 06 Januari 2018

Belajar dari Mohamed Salah

Mohamed Salah dan Istri (Sumber gambar: Golazo TV)
Melihat Mohamed Salah dan istrinya yang berhijab berada di bench Liverpool merupakan sebuah hal yang menarik. Itu merupakan pemandangan unik dan tidak biasa di bench salah satu klub papan atas Eropa! Bagi saya Salah adalah seorang moslem ambassador! Sebuah contoh objektif bahwa prestasi itu memang melahirkan penghargaan! Juga bukti nyata bahwa kapasitas akan membuat anda dihargai secara universal, tidak peduli apa suku, ras dan bahkan keyakinan anda. 

Bukan maksud melebih-lebihkan tapi konsistensi relijiusitas seorang Salah di pentas kompetisi sepakbola terbaik di dunia  melahirkan kekaguman! Ia merupakan etalase bagi ungkapan “begitulah seharusnya seorang muslim”. Hidup berdampingan secara damai dengan yang lain! Bersahabat erat dengan berbagai kalangan! Mempunyai etos kerja, kapasitas untuk bersaing! Salah setidaknya dapat merubah persepsi kurang baik terhadap Islam! Sekaligus menarik orang untuk mempelajari dan bahkan untuk menjadi seorang muslim. 

Tulisan ini bukan ekspresi Inferiority complex syndrome tapi lebih kepada motivasi bahwa seorang muslim itu harus punya kapasitas untuk bersaing.... bekerja dan berfikir keras! Bukan menjadi muslim yang gemar mengeluh dan mencari musuh, menyalahkan orang lain dan mencaci maki keadaan yang tak kunjung berpihak. 

Menyisakan Ketidakpercayaan

Bulan-bulan terakhir ini banyak sekali pembelajaran hidup. Terima kasih telah memberikan bahan untuk belajar. Sangat berharga sekali. Sering...