Selasa, 15 Agustus 2017

Jampana

Jampana (sumber: desamekarsaluyu11.blogspot.co.id)
Ari ek mieling kamerdekaan 17 Agustus teh sok sono kana jampana. Di lembur kuring mah jampana teh geus jadi tradisi. Tiap dusun nu jumlahna genep (Dusun Desa, Cikujang Hilir, Cikujang Girang, Cijukungan Tonggoh, Sukamaju Hilir jeung Cibulakan) siga nu paalus-alus nyieun jampana. Rupa-rupa hasil tatanen raweuy dipake rarangken. Malah baheula mah keur booming lauk pelet, kungsi aya jampana anu hateupna ku kere lauk. Mangrupakaeun hiji kareueus mun hasil tatanen atawa ingon-ingon urang diangken jadi bahan jampana. Mudah-mudahan eta budaya gotong royong teh masih aya nepi ka ayeuna.

Baheula mah (duka pedah keur budak) ari ek Agustusan teh sok hate sok ratug tutunggulan. rebun-rebun keneh poean kudu geus mandi. "Tuh  sora dogdog geus nurugtug di Cikujang", Ceuk Indung kuring. Kaca-kaca geus dirarangkeunan bari digagantelan ku kadaharan sabangsaning opak jeung sajabana. Eta kadaharan teh diancokeun keur nu pawai.

Sono oge ka Pak Letnan Didi, anjeuna purnawirawan ABRI pupuhu rombongan pawai ti Cikujang Hilir anu kakoncara ku kreasi mintokeun nilai-nilai perjuangan. Memeriaman nu dipapaes bedil lodong, dar der dor matak ketir kana hate. Speaker Toa dipanggul ku rengrengan pawai, Pa Letnan Didi sibuk nganarasikeun perjoangan baheula ngerebut kamerdikaan. Intina urang kudu syukuran jeung ngeusi kamerdekaan ku ketak anu hade.

Rupa-rupa rengkak paripolah masyarakat dina raraga mieling kamerdekaan kudu diapresiasi. Tapi urang oge ulah mopohokeun kana inti kamerdikaan anu sabenerna. Urang ulah bosen-bosen tumanya, "Naha bener urang geus bener-bener merdeka?". Merdeka anu kumaha?. Sok kadang aya implengan aheng, mun sakirana urang hirup jaman revolusi urang ek milih jalan mana? Ek jadi pejuang anu toh pati ngalawan penjajah; ek jadi pengkhianat biluk/ngabantuan ka musuh asal hirup aman jeung nyaman, teu mikir bangsa jeung nagara nu penting diri jeung kulawarga salamet; ek jadi pemain oportunis kumaha angin nebak, jurus nanglu (meunang milu), pemain standar ganda jeung munapek, mun kira dipihak republik nguntungkeun nya ka pihak republik, mun kira tawaran musuh leuwih alus nya ngilu ka musuh, lolondokan, siga melaan lemah cai padahal sabenerna mah ulon-ulonna penjajah; atawa ek jadi rakyat biasa wae. 

Selasa, 25 Juli 2017

Ciamis, City of Harmony


Kalau ada yang bertanya, ingin seperti apa Kota Ciamis ke depan?. Jawabnya ya Kota Ciamis yang seperti sekarang ini. Bukan pro status quo apalagi statis tak mau berubah. Yang jelas pertanyaan awalnya  perubahan seperti apa dan untuk siapa?

Ketika kita hanya bermacet ria  manakala ada pemberangkatan ibadah haji dan musim mudik, apakah kita mendamba  bermacet-macet tiap pagi dan sore. Macet bukan indikator pertumbuhan ekonomi apalagi bukti masyarakat yang sejahtera ia adalah buah kegagalan tata kelola sebuah kota. Ramai tidaknya sebuah kota tidak serta merta mencerminkan sejahteranya dan bahagianya penduduk sebuah kota. Pertanyaan akhirnya "Siapa yang menangguk keuntungan besar dari keramaian itu?". Buat apa jadi ramai kalau kita menjadi asing di daerah sendiri baik itu dari segi ekonomi, sosial dan budaya.

Ciamis kini masih memberikan kenyamanan dan keamanan manakala kita mencari angin di ruang publik. Permasalahan sosial sebagai dampak ketimpangan dan kerasnya persaingan hidup belum teralu terasa di sini. 
Biarlah kota ini tetap menjadi Kota Kecil namun punya nama besar dan punya fasilitas yang memadai!
Biarlah tetap dijuluki Kota Pensiun agar penduduknya selalu ingat bahwa hidup ada siklus menurun tidak menjadi pribadi yang lupa diri, yang adigang adigung adiguna!
Biarlah tetap menjadi kota yang selaras, harmonis!
ada keseimbangan dunia dan ukhrowi! City of Harmony.
Tidak menjadi kota yang sibuk dengan dirinya sendiri!
Kalau kota-kota lain kini berlomba menjadi kota yang nyaman!
Haruskah kenyamanan, keselarasan dan keharmonisan yang ada kita tukar dengan sesuatu yang pada akhirnya kembali kepada bagaimana menciptakan keselerasan dan keharmonisan!



Minggu, 09 Juli 2017

In Memoriam: Pak Ramlan!

Penulis, Pak Ramlan (Alm) Pak Aris, Garut 01 Juni 2010
Selamat jalan mentor sekaligus sahabat!
Menyesal rasanya tidak sempat bertemu lagi!
Rasanya baru kemarin kebersamaan kita,
Banyak menimba ilmu dan pengalaman!
Tertawa bersama dan hampir tidak pernah ada tangis
dan angkara di antara kita!

Selamat jalan sahabat!
Mudah-mudahan diterima segala amal kebaikan.
diampuni segala khilaf dan salah!
Ya Rabb jadikanlah alam kuburnya sebagai salah satu taman dari tamannya surga!
Innalillahi wainna ilaihi roji'un!
Allohummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu!

Selasa, 04 Juli 2017

Naik Podium!


Sudah lama sekali tidak berbicara di podium!
Akupun tidak ingat kapan terakhir kali naik podium!
Sering juga sebenarnya aku naik podium, tapi untuk merapal do'a, bukan untuk berbicara.
Jelas berbeda rasa antara berpidato dengan memimpin do'a.

Dulu aku akrab dengan podium,
peran sebagai ketua organisasi siswa, protokol acara pengajian dan lain-lain mau tidak mau memaksaku untuk naik panggung, atau setidaknya berbicara di depan khalayak!
Pertama segan lama-lama terbiasa!
Pengalaman yang menjadi sangat berharga di episode hidup selanjutnya!

Minggu kemarin berkesempatan lagi naik podium!
Helatan acara reuni SMP memberiku kesempatan untuk berbicara atas nama panitia!
Wah, kembali aku belajar, tapi lumayan lah!

Dulu pernah bermimpi menjadi seorang demagog!
Adolf Hitler adalah benchmark-nya!
Takjub sekali melihat kalau melihat orator yang mampu menyihir ribuan audiennya!
Tapi lama-lama obsesi itu tidak begitu menyeruak!

Berbicara di depan publik ya berpijak pada gaya sendiri saja!
tidak harus dibuat-buat dan dimirip-mirip!
yang penting keluar dari hati!
dan yang paling penting apa yang kita katakan itu yang kita lakukan!

Kamis, 22 Juni 2017

Dulag


Jualan Kulit Bedug di Maleber Ciamis

Salah sahiji kaarifan lokal atawa urf di bulan puasa jeung lebaran nyaeta ngadulag. Mun urang ngadulag di poe-poe biasa pasti teu galib tur disangka nu lain-lain. Pangdianti-antina sora dulag nyaeta sora dulag pas malem takbiran! Nungtrung silih tembal patarik-tarik jeung sora anu takbiran. Sora pepetasan (sok sanajan dilarang) aweur jeung kabungah hate! Isukan lebaran!

Teu sakabeh jalma bisa ngadulag. Teu aya ugeran atau pakem khusus tatacara ngadulag. Nu penting rada aya wirahma jeung variasi. Mun kolot ngadulag biasana anca, beda jeung gaya ngadulag budak ngora, powerpull kadang nepika kulitna soeh. Sakaapal kuring basa keur budak pangjagona ngadulag di Sukamaju nyaera Kang Ucu, ngadulagna lila teu eureun-eureun. Duka ayeuna mah sigana moal kuat kawas baheula da geus umuran.

Rata-rata kulit dulag tina kulit sapi, jarang tina kulit munding, komo kulit buaya mah! 
Ari rek lebaran sok aya istilah baju dulag, sendal dulag! Eta meureun kusabab urang meuli baju pakeun lebaran, dimana ciri khas lebaran sok ngadulag!

Aya oge paribasa anu make kecap dulag,
Jauh ka bedug anggang ka dulag, anu hartina urang lembur anu jauh ka dayeuh!

Wilujeng Ngadulag

Jumat, 16 Juni 2017

10000 Jam Lebih Jadi PNS!


Menurut Pak Budi Rahardjo dalam tulisannya (Sepuluh Ribu Foto), ada satu teori yang menyatakan bahwa kalau seseorang mengerjakan sesuatu sudah 10000 jam atau 4.8  tahun maka orang tersebut akan mempunyai kemampuan yang cukup dalam bidang tersebut sehingga bisa dikatakan sebagai ahli! Saya sudah melewati milestone tersebut sebagai seorang ambtenaar.  Jam terbang saya sebagai seorang birokrat sudah lebih dari 10000 jam sudah  lebih dari 20000 jam malah sudah berhak mendapat Satya Lencana Kesetiaan 10 Tahun (tapi saya belum dapat nih, kan lumayan buat angka kredit) !Lalu, apakah saya cukup ahli sebagai seorang Pangreh Praja! Susah juga jawab pertanyaan itu! Telah menjadi pakarkah saya?

Yang jelas perjalanan waktu selama satu dekade tersebut telah memberikan banyak pengalaman! Tambahan ilmu dan kesempatan belajar! Semakin mengerti dan memahami apa dan bagaimana dunia birokrasi! Belajar dalam sebuah dinamika kehidupan. Sepuluh ribu jam lebih jadi ambtenaar akhirnya dapat membenarkan apa yang pernah dinasehatkan seorang syeikh lebih dari setengah abad yang lalu "Janganlah engkau berambisi menjadi pegawai negeri. Anggaplah itu sebagai pintu rejeki yang paling sempit. Akan tetapi jangan menolak bila diberi peluang untuk itu, dan jangan meninggalkannya kecuali bertentangan dengan tugas-tugas dakwah".

Sepuluh ribu jam jadi lebih PNS (ditulis dengan huruf besar bukan maksud sekedar mengindahkan EYD, tetapi harapan memang layak ditulis dengan huruf besar) lebih banyak disibukan dengan ikhtiar menjaga hati tetap hidup. Kaki yang ringkih dan jiwa yang tak sempurna ini tertatih-tatih untuk dapat berdiri mempertahankan sejumput idealisme yang masih tersisa. Perjuangan itu pula yang kadang membuatku terasing dan atau mungkin "diasingkan". Sudah biasa aku menghadapi cibiran, pandangan sinis dan perilaku tidak menyenangkan. Bertebaran onggokan senyuman yang tak mampu kumaknai dengan pasti. Entah ketulusan atau "mupuas".

Episode hidup ini  mengingatkan pada salah satu judul masterpiece Pramudya Ananta Toer, "Nyanyi Sunyi Seorang Bisu" Aku mengagumi Pram sebagai seorang Maestro Sastra, tidak lebih! untuk ini mudah-mudahan aku ga dianggap "kiri". Ya, aku tak lebih dari seperti nyanyi sunyinya seorang bisu dalam sebuah keramaian! kalau Pram bercerita tentang ketidakberdayaannya menghadapi kesewenangan dan kezaliman sebuah rezim. Aku masih sangat beruntung bila dibanding Pram!
Aku tidak menghadapi sepatu lars dan popor senjata!
Aku tidak mendengar bentakan perintah bercampur amarah, caci maki serta sumpah serapah!
Aku tidak berada di Pulau Buru!
Aku masih bisa menulis! (walau kadang ada perasaan takut juga hihihi).

kata orang aku seperti bisu karena kurang mampu berbicara dengan bahasa yang banyak digunakan orang!
konon katanya aku seperti tuli karena kurang mau mendengar bahasa kebanyakan orang!
katanya aku seperti lumpuh karena berusaha tidak  melakukan apa yang dilakukan banyak orang.
banyak yang bilang aku orang aneh....koppig alias keras kepala!
ya begitulah, kata orang, yang belum tentu tepat benarnya!

Sebenarnya asaku sederhana saja, aku  hanya ingin "dimanusiakan"
dan butuh ruang untuk belajar menjadi manusia....manusia yang merdeka jiwa dan raganya!
Aku mencintai daerah ini, negeri ini, tanah ini......bangsa ini! dengan cara yang sederhana dan nyaris tanpa basa-basi sehingga terkadang salah dimengerti!

Cihaurbeuti, 31 Desember 2015. Kisah dibalik penggenapan sembilan bulan!

Senin, 12 Juni 2017

New Hope


Memandang langit dari tempat baru,
masih biru dan bertabur rindu!
Memandang awan dari sudut baru,
masih putih berhias asa!
Memandang Sang Merah Putih dengan semangat baru,
masih gagah berkibar, tegak menolak tunduk!

Untuk Tuhanku,
Penghambaan terbaikku!

Ikhtiarku,
Pengabdian terbaikku!

Bismillah,
Bi'idznillah!

Bangsa yang Kejam

Tak sampai nalarku untuk mengerti mengapa di era modern dimana konon peradaban sedemikian maju ada entitas bangsa yang berlaku demikian barb...