Saya lahir di jaman Pak Harto,
Tumbuh dan berkembang.
Tulisan ini diilhami oleh Rubrik "Dialog Imajiner dengan Bung Karno", sebuah proses kreatif Mbah Emha Ainun Nadjib di Tabloid Detik yang kemudian jadi Detak kurun waktu 1994-1997.
Tabloid itulah yang membuka khasanah berpikir ilmu politik sekaligus pemicu mengapa menyukai hal-hal terkait politik.
Eksistensi pemikiran dan tindakan seseorang terkadang menemui titik rindu ketika orang tersebut tidak ada. Bisa menjadi sebuah sintesa kadang juga antitesa. Seperti Orde Baru vis a vis Orde Lama. Atau sekarang Orde Reformasi yang berhadapan dengan romantisme Orde Baru.
Berbahagialah orang yang dianugerahi Tuhan kesempatan untuk menghirup nafas di era Orde Lama, Orde Baru dan Orde Reformasi. Pengalaman dan penilaiannya akan empirik. Walau kadang bisa saja subjektif karena keberadaan kita terkadang tergantung kita ikut siapa dan dapat apa.