Jumat, 26 Juni 2015

Kemarin adalah Sejarah, Hari Ini Anugrah dan Esok adalah Misteri

Kata-kata bijak itu memang betul adanya. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari!misteri yang sulit terpecahkan dengan pendekatan apapun!kadang sesuai dengan rencana dan kadang tidak. Seperti hari ini!Emak, Asisten Rumah Tangga kami sejak semalam tidak bisa tidur!sakit yang luar biasa di sekitar pinggang. Wah kenapa!padahal siang dan sorenya tidak terlihat sakit!walau sekilas nampak lesu. 

Berbagai asumsi dirangkai. Kolik, maag, sakit perut....atau jangan-jangan terkena gangguan ginjal. Karena tidak kunjung reda pagi-pagi benar kami bawa ke Rumah Sakit. Cek lab hasilnya tidak ada yang mengkhawatirkan. Tinggal Test USG untuk memastikan. Dan betul ternyata positif ada batu di ginjalnya. ukurannya masih kecil. karena keadaannya berangsur baik maka bisa berobat jalan. medika mentosa. terapi dengan obat. mudah-mudah batu ginjalnya dapat luruh.

Learning point :
Esok adalah betul misteri. Persiapkanlah untuk segala kemungkinan. Kita bangun optimisme di atas fondasi keimanan dan bangunan ketawakalan. ojo adigang adigung adiguna. ada kekuasaan dan kekuatan yang tidak akan sanggup kita lawan!Sang Khalik!Sang Pemilik Kehidupan. 

Rabu, 24 Juni 2015

Mudik Mas Bro!

Mudik! (ilustrasi)

Beruntung pernah merasakan atmosfer mudik! Di penghujung dekade 90an dan awal  2000an.  Ada rasa yang tak bisa digambarkan dan aura yg tak terlukiskan menyelimuti segenap peserta mudik. Sketsa kampung halaman tergambar jelas pada tumpukan tas dan kardus. Bayangan keluarga dan handai taulan menelan semua kesulitan dan tantangan mudik. Berebut tiket moda transportasi, cuaca panas, bawaan yang berat menjadi semacam pelengkap derita yang dimaknai bahagia!

Macet menjadi semacam ritual yang harus dialami peserta mudik! Perjalanan mudik yang lancar-lancar saja ya sepertinya akan mengurangi sakralitas mudik! Macet sejam dua jam yang mungkin dapatlah kita masukan sebagai rukun mudik!

Filosofisnya mudik itu mengingat awal. Mengingat kembali tempat dan siapa yang melahirkan kita. Eksistensi kita ditempat sekarang mustahil tanpa kontribusi tempat dulu kita tumbuh dan berkembang. Kehadiran kita kini tidak lepas dari orang tua yang melahirkan, membesarkan, dan mendidik kita! Keluarga besar kita yang ikut membentuk sehingga kita dapat sampai pada pencapaian posisi dan kondisi sekarang. Kita tumbuh dan berkembang bukan di ruang vakum! Sebuah arogansi yang nyata manakala kita berkata bahwa kita kini hanya karena kita semata!

Sejatinya mudik itu spirit. Semestinya mudik itu immateri! Maka menjadi kontradiktif manakala mudik menjadi sesuatu yang membenda, memateri. Seperti Idul Fitri yang seolah meninggalkan fitrahnya yang spiritual menjadi sesuatu yang artifisial....baju baru, THR, kue, kembang api dan lain-lain. Mudik itu hakikatnya untuk menampakkan hati, membuktikan bahwa hati ini belum berpaling dari asal kita! Mudik itu bukan ingin katempo (terlihat) dan karasa (terasa)...mudik itu untuk melihat dan merasakan...mudik itu bukan untuk memperlihatkan keakuan kita tapi untuk membuktikan kemerekaan kita!

Dalam konteks yang lebih dalam filosofis,  mudik adalah sebuah kosakata yang menggebrak eksistensi diri. Kembali bertanya tentang kita. Siapa kita, siapa pencipta kita, untuk apa kita dan akan kemana kita! Agar kita senantiasa kita mengingat dan mempersiapkan mudik akbar! Nanti di Padang Mahsyar! di sana tidak perlu membawa tumpukan kardus atas amplop THR. Tidak perlu bingung mau naik apa. Di hari itu amal kitalah yang akan menolong kita.
Faghfirli...yaa robb!
kami masih terus bergulat dengan bayangan.
habis-habisan memperebutkan kefanaan, beban dan tanggung jawab.
terlena dengan lahwun walaibun!

Rabu, 17 Juni 2015

Filsafat Kucing (Gegara Insomnia)

Terlelap
Malam ini seekor kucing (pemiliknya suka manggil dia Dewi....masih sebuah misteri mengapa sang empuny memanggil dengan nama itu)! sedang hamil tua. Ke sana kemari mengeong keras….entah apa maunya!(maklum aku ga pintar bahasa kucing). Sudah kucoba kuberi sisa makanan. Ternyata tak mengurangi eongan suaranya!.....ataukah dia sedang mencari tempat untuk bersalin!ah tapi kan proses bersalin kucing tidak ribet seperti manusia. Tidak harus didampingi tenaga medis apalagi kartu BPJS.

Sebenarnya aku suka kucing dan dulu pernah memelihara kucing. Ya kucing  itu itung-itung pelipur sukaku akan kucing. Habis istriku kurang senang aku melihara kucing. Apa takut kasih sayang dan perhatianku terbagi ya….(heheheheh….untung istriku udah tidur) mudah-mudah ga baca tulisan ini.
Kucing itu berjenis kelamin betina (ga perlu lihat di KTPnya kucing) mudah kok bedainnya. Cuma tinggal lihat jendolan di knalpot kucing. Kalo ada jendolannya ya jantan. Kucing itu… kadang nyebelin kadang ngangenin. Nyebelin kalo lagi pusing eh dianya ngelendotin….sambing eong-eong!ya terpaksalah aku melakukan KTKK (Kekerasan Dalam Kehidupan Kucing) mudah2an dimaafkan sama pemilik kucing dan pemilik sejati kucing. Tapi kalo aku moodnya lagi bagus ya suka ku elus-elus juga sih, sambil kuberi makan sisa-sisa makanan!mencoba memberi kebaikan pada kucing dengan harapan jadi kebaikan di akhirat kelak!tapi kalau hanya dengan makanan sisa agak kurang kena juga logikanya!tapi setidaknya, mudah-mudahan ikhlasku tidak sisa-sisa!
Ngangenin bagaimana ia mencoba sharing kasih sayang dengan yang pernah memberi dia kebaikan!ngelendotin tangan dan kaki sambil mengeong manja mungkin bahasa dia membalas kasih sayan (sambil buka Kamus Besar Bahasa Kucing)!

Kucing itu sekali kita kasih makan, biasanya akan datang lagi!walaupun kita bukan tuannya!berbagai macam karakter kucing, ya karena banyak sih kucing yang suka mampir ke halaman rumah jadi sedikitnya tahu. Mirip-mirip manusia lah!ada yang jaim, cerewet, agresif……dan ada satu karakter kucing yang khas!opportunis!pandai memanfaatkan peluang. Sedikit pintu terbuka meluncurlah ia ke rumah.  Tapi ada jargon khas…sekali kucing tetap maling!tapi emang bener lho!walaupun si melati dah akrab denganku tetap aza kalo kita meleng….makanan kita disikat!

Munggahan!

Kenangan Munggahan Bersama Skuad Kecamatan Cihaurbeuti

Entah mulai kapan
yang jelas sejak saya kecil istilah mungguhan telah ada!
cuma tradisi munggahan dulu agak beda dengan sekarang.
munggahan dulu setahu saya,  ya saling berkirim makan!ke tetangga dan handai taulan!
masih ingat nenteng rantang disuruh ibu nganterin makanan ke kakek nenek di kampung sebelah!pulangnya pasti dikasih uang!asyik buat nambah beli petasan!
Munggahan sekarang makan rame-rame siang hari di suatu tempat, bisa di rumah, rumah makan dan lain-lain!
pokoknya moment bisa makan-makan siang hari sebelum ibadah puasa!
apapun bagaimana pun!intinya silaturahmi....berbagi kebahagian!
Ceklek! Alhamdulillah lagi munggahan bersama.... di ....!
Selamat menunaikan ibadah puasa!
mudah2an kita bisa menggapai takwa!

Jumat, 12 Juni 2015

Daftar Silsilah Bupati Kabupaten Galuh - Kabupaten Ciamis







SILSILAH BUPATI
(PEMEGANG TAMPUK PEMERINTAHAN) KABUPATEN GALUH – KABUPATEN CIAMIS
DARI TANGGAL 12 JUNI 1642 – 12 JUNI 2019

  1. Rd. ADIPATI ARYA PANJI JAYANAGARA/RD. YOGASWARA/MAS BONGSAR (1635 – 1678) DIMAKAMKAN DI CIWAHANGAN GIRANG.
  2. Rd. ADIPATI ARYA ANGGAPRAJA (1678). DIMAKAMKAN DI PAKUNCEN. KAMPUNG MAJALAYA DESA IMBANAGARA RAYA (TIDAK LAMA JADI BUPATI KARENA TIDAK BERSEDIA BEKERJASAMA DENGAN VOC).
  3. Rd. ADIPATI ANGGANAYA (1678 – 1693) DIMAKAMKAN DI CIWAHANGAN HILIR.
  4. Rd. ADIPATI SUTADINATA (1693 – 1706) DIMAKAMKAN DI GUNUNG ARDILAYA
  5. Rd. ADIPATI KUSUMADINATA I (1706 – 1727) DIMAKAMKAN DI MAJAGANDA KALER.
  6. Rd. ADIPATI KUSUMADINATA II (1727 – 1732). DIMAKAMKAN DI MAJAGANDA KIDUL.
  7. DALEM JAGABAYA (1732-1751) DIMAKAMKAN DI TANJUNG MANGGU.
  8. Rd. ADIPATI KUSUMADINATA III (1751 – 1801) DIMAKAMKAN DI GUNUNGSARI IMBANAGARA).
  9. Rd. ADIPATI NATADINATA KUSUMAH (1801 – 1806).
  10. Rd. ADIPATI SURAPRAJA (1806 - 1811) DIMAKAMKAN DI GUNUNGSARI (IMBANAGARA).
  11. Rd. TUMENGGUNG JAYENGPATI KARTANAGARA (1811 – 1812). DIMAKAMKAN DI GUNUNGSARI (IMBANAGARA).
  12. Rd. TUMENGGUNG NATANAGARA (1812 – 1814) ASAL CIREBON.
  13. PANGERAN SUTAWIJAYA (1814 – 1815) ASAL CIREBON.
  14. Rd. TUMENGGUNG WIRADIKUSUMAH (1815 -1819) DIMAKAMKAN DI CIGADUNG (IMBANAGARA). BUPATI YANG KE 14 INILAH YANG MEMINDAHKAN PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN GALUH DARI IMBANAGARA KE CIAMIS. PADA JAMAN BELIAU, NAMA KABUPATEN GALUH IMBANAGARA DIGANTI JADI GALUH. PADA SAAT INI PEMERINTAHAN DI JAWA SUDAH KEMBALI KE KOMPENI DENGAN GUBERNUR JENDERAL MY. VANDER GAPELON.
  15. Rd. ADIPATI ADIKUSUMAH (1819 – 1839). DIMAKAMKAN DI GUNUNG GALUH (IMBANAGARA) PADA MASA BELIAU, KABUPATEN KAWALI DAN KABUPATEN PANJALU DIGABUNGKAN MASUK WILAYAH ADMINISTRASI KABUPATEN GALUH.
  16. Rd. ADIPATI KUSUMAHDININGRAT (1839 – 1886). DIMAKAMKAN DI JAMBANSARI CIAMIS. BELIAU MEMBANGUN GEDUNG NEGARA (LOJI), GEDUNG KABUPATEN, MASJID AGUNG, DAM NAGAWIRU, KANTOR DAN SEBAGAINYA YANG SAMPAI SEKARANG BANGUNAN − BANGUNAN TERSEBUT MASIH ADA. BELIAU INI YANG BERHASIL MENGHILANGKAN TANAM PAKSA (CULTUR STELSEL) DI CIAMIS. PEMBANGUNAN SARANA – PRASARANA UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI PANGAN YAITU DAM NAGAWIRU, CIMANDALA, MANGUNDIRJA BERIKUT SALURAN – SALURAN IRIGASINYA. MENEBARKAN BIBIT POHON KELAPA HINGGA CIAMIS MENGHASILKAN PRODUKSI KOPRA, PRODUKSI NOMOR DUA SETELAH PADI. MENDIRIKAN SEKOLAH − SEKOLAH BAGI RAKYAT BIASA DAN MEMBANGUN MESJID − MESJID DESA.
  17. Rd.ADIPATI ARYA KUSUMAH SUBRATA (1886 – 1914). DIMAKAMKAN DI SUKASIRNA CIAMIS.
  18. Rd. TUMENGGUNG SASTRAWINATA (1914 – 1935) PADA MASA PEMERINTAHAN BELIAU NAMA KABUPATEN GALUH DIGANTI MENJADI KABUPATEN CIAMIS.
  19. Rd. T. A SUNARYA (1935 – 1944) ASAL SUKAPURA PADA MASA PEMERINTAHAN BELIAU DILAKUKAN PENGGABUNGAN WILAYAH KEWADANAN BANJAR, PANGANDARAN DAN CIJULANG YANG ASALNYA MASUK WILAYAH / KABUPATEN SUKAPURA DIGABUNGKAN KE KABUPATEN CIAMIS PADA TAHUN 1939.
  20. Rd. ADIWINANGUN(1944–1946), BELIAU MERUPAKAN BUPATI PERTAMA SETELAH MERDEKA.
  21. Rd. VETER DENDAKUSUMAH (1946 – 1948) TURUT GERILYA.
  22. Rd. TUMENGGUNG GUMELAR WIRANAGARA (1948 - 1950) ASAL IMBANAGARA.
  23. Rd. PRAWIRANATA (1950), BELIAU MENDAPAT SEBUTAN BUPATI GERILYA, KARENA DIANGKAT PADA ZAMAN GERILYA.
  24. Rd. RADIRMARTADINATA (1950 – 1952).
  25. Rd. ABDUL KOHAR ABDULRIVAI (1952) ADA YANG MENCULIK DAN GUGUR DI KUNINGAN.
  26. Rd. RAIS SASTRADIPURA (1952 – 1954).
  27. Rd. YUSUF SURYASAPUTRA (1954 – 1958).
  28. Rd. GAHARA WIJAYASURYA (1958 – 1960), BUPATI SULAEMAN EFENDI (BUPATI KEPALA DAERAH).
  29. Rd. UDIA KARTAKRUWITA (1960 – 1966), DENGAN SEBUTAN BUPATI KEPALA DAERAH ASAL CIAMIS, PINDAH KE BANDUNG.
  30. Rd. ABAS ABUBAKAR (KOLONEL TNI. 1966 – 1973) ASAL CIANJUR PINDAH KE PURWAKARTA.
  31. Rd. HUDLI BAMBANG ARUMAN (KOLONEL TNI 9 NOPEMBER 1973 S/D 20 NOPEMBER 1978) ASAL CIJULANG – CIAMIS.
  32. Drs. SOEJOED (20 NOPEMBER 1978 S/D 23 NOPEMBER 1983), ASAL PANYINGKIRAN CIAMIS.
  33. MOMON GANDA SASMITA, SH (23 NOPEMBER 1983 S/D 7 NOPEMBER 1988), ASAL DESA SUKAMANAH CIAMIS.
  34. TAUFIK HIDAYAT (KOLONEL KAVALERI, 7 NOPEMBER 1988 S/D 7 NOPEMBER 1993) ASAL AWIPARI TASIKMALAYA.
  35. DEDEM RUCHLIA (KOLONEL KAVALERI, 7 NOPEMBER 1993 S/D 15 MEI 1998), ASAL GARUT. BELIAU MENJADI BUPATI TIDAK SAMPAI HABIS MASA JABATAN, KARENA DIANGAT MENJADI WAKIL GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT. JABATAN BUPATI SELANJUTNYA DISERAHKAN KEPADA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT DAN SEBAGAI PTH. DITUNJUK DRS. H. MAMAN S. RAHMAN (WAKIL BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II CIAMIS) S/D 6 APRIL 1999, ASAL RANCAH CIAMIS.
  36. H. OMA SASMITA S. SH. M.Si (6 APRIL 1999 S/D6 APRIL 2004), ASAL BANDUNG.
  37. KOL (PURN) H. ENGKON KOMARA DAN H. DEDI SOBANDI SEBAGAI BUPATI DAN WAKIL BUPATI CIAMIS, DILANTIK TANGGAL 6 APRIL 2004. KOL (PURN) H. ENGKON KOMARA MELAKSANAKAN TUGASSAMPAI DENGAN 1 AGUSTUS 2008, KARENA MENCALONKAN DIRI SEBAGAI CALON BUPATI CIAMIS).
  38. BERDASARKAN KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 131/KEP.430-DEKON/2008 TANGGAL 1 AGUSTUS 2008 TENTANG PENUNJUKAN Drs. H.D. HIDAYAT K, MM. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN CIAMIS UNTUK MELAKSANAKAN TUGAS SEHARI-HARI SEBAGAI BUPATI CIAMIS, SEJAK TANGGAL 1 AGUSTUS 2008 SAMPAI DENGAN DITETAPKAN DAN DILANTIKNYA PENJABAT BUPATI CIAMIS.
  39. H. DEDI SOBANDI, BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 131.32-843 TAHUN 2008 TANGGAL 4 NOPEMBER 2008 TENTANG PENGESAHAN PENGANGKATAN WAKIL BUPATI CIAMIS MENJADI BUPATI CIAMIS DAN PENGESAHAN PEMBERHENTIAN WAKIL BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT.(18 NOPEMBER 2008 SAMPAI DENGAN 6 APRIL2009).
  40. H. ENGKON KOMARA DAN Drs. H. IING SYAM ARIFIN SEBAGAI BUPATI CIAMIS DAN WAKIL BUPATI CIAMIS MASA JABATAN 2009 – 2014.
  41. Drs. H. IING SYAM ARIFIN DAN H. JEJE WIRADINATA SEBAGAI BUPATI CIAMIS DAN WAKIL BUPATI CIAMIS MASA JABATAN 2014 – 2019. 
  42. Dr.H. HERDIAT SUNARYA DAN YANA D. PUTRA SEBAGAI BUPATI CIAMIS DAN WAKIL BUPATI CIAMIS MASA JABATAN 2019-2024

Kerajaan Galuh (Sejarah Ciamis 3)

Pada masa pemerintahan Prabu Niskala Wastu Kencana, negara dan rakyatnya berada dalam keadaan aman tentram kertaraharja, para abdi dalem patuh dan taat terhadap peraturan ratu yang dilandasi oleh purbatiti dan purbajati. Wastu Kencana mempunyai dua orang isteri. Yaitu Larasati (Puteri Resi Susuk Lampung) dan Mayangsari. Putra sulung dari Larasati yang bernama Sang Halimun diangkat menjadi penguasa Kerajaan Sunda berkedudukan di Pakuan Pajajaran pada Tahun 1382. Dari Mayangsari, Wastu Kencana mempunyai empat orang putera yaitu Ningrat Kencana, Surawijaya, Gedeng Sindangkasih dan Gedeng Tapa. Ningrat Kencana diangkat menjadi Mangkubumi di Kawali dengan gelar Surawisesa.
Wastu Kencana wafat pada Tahun 1475 dan digantikan oleh Ningrat Kencana dengan gelar Prabu Dewa Niskala berkedudukan di Kawali, yang hanya menguasai Kerajaan Galuh, karena Kerajaan Sunda dikuasai oleh kakaknya yaitu Sang Halimun yang bergelar Prabu Susuk Tunggal. Dengan wafatnya Wastu Kencana maka berakhirlah periode Kawali yang berlangsung selama 142 Tahun ( 1333–1475). Dalam periode tersebut Kawali menjadi pusat pemerintahan dan Keraton Surawisesa menjadi persemayaman raja-rajanya, terlebih lagi Sribaduga Maharatu Haji sebagai pewaris terakhir tahta Kerajaan Galuh dari ayahnya Dewa Niskala yang pusat kerajaannya di Keraton Surawisesa pindah ke Pakuan Pajajaran (Bogor sekarang), untuk merangkap jabatan menjadi Raja Sunda yang dianugerahkan darimertuanya, maka sejak itu Galuh – Sunda bersatu kembali menjadi Pakuan Pajajaran di bawah kekuasaan SribadugaMaharaja Ratu Haji. Di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Jayadewata yang kini lajim disebut Prabu Siliwangi. Penanggalan pada zaman kerajaan galuh bihari nampaknya kurang tepat bila dijadikan penanggalan Hari Jadi Kabupaten Ciamis, karena luas teritorialnya sangat jauh berbeda dengan keadaan Kabupaten Ciamis sekarang.
Nama Kerajaan  Galuh, baru muncul Tahun 1595, yang sejak itu mulai masuk kekuasaan Mataram. Adapun batas batas kekuasaannya sebagai berikut :
- Di sebelah Timur, Sungai Citanduy;
- Di sebelah Barat, Galunggung Sukapura;
- Di sebelah Utara, Sumedang dan Cirebon;
- Di sebelah Selatan, Samudra Hindia
Daerah – daerah Majenang, Dayeuhluhur dan Pagadingan termasuk ke dalam wilayah kekuasaan galuh masa itu (menurut dr F. Dehaan) dan ternyata dari segi adat istiadat dan bahasa masih banyak kesamaan dengan tatar pasundan terutama sekali di daerah pegunungan. Kerjaan Galuh pada saat itu terbagi menjadi beberapa  pusat kekuasaan yang dipimpin oleh raja-raja kecil (Kandaga  Lante). Yang kemudian dianggap sederajat dengan Bupati yang antara satu dengan lainnya masih mempunyai hubungan darah melalui perkawinan. Pusat-pusat kekuasaan tersebut berada di wilayah Cibatu, Garatengah, Imbanagara, Panjalu, Kawali, Utama (Ciancang) Kertabumi (Bojonglopang) dan Kawasen (Desa Banjarsari). Pengaruh kekuasaan Mataram sedikit banyak mewarnai tata cara pemerintahan dan budaya Kerajaan Galuh dari tata cara buhun sebelumnya. Pada zaman itu mulai ada pergeseran antara Bupati yang satu dengan Bupati yang lainnya, seperti Adipati Panaekan putra prabu Galuh Cipta Permana diangkat menjadi Bupati Wedana (semacam Gubernur) di Galuh oleh Sultan Agung. Pengangkatan tersebut menyulut perselisihan faham antara Adipati Panaekan, dengan Adipati Kertabumi yang berakhir dengan tewasnya Adipati Panaekan jenazahnya dihanyutkan ke Sungai Citanduy dan dimakamkan di Pasarean Karangkamulyan. Sebagai penggantinya ditunjuk Adipati Imbanagara yang pada waktu itu berkedudukan di Garatengah (Cineam Tasikmalaya). Usaha Sultan Agung untuk melenyapkan kekuasaan VOC di Batavia pada penyerangan pertama mendapat dukungan penuh dari Adipati Ukur, walaupun pada penyerangan itu gagal. Pada penyerangan kedua ke Batavia Adipati Ukur mempergunakan kesempatan tersebut untuk membebaskan daerah ukur dan sekitarnya dari pengaruh kekuasaan Mataram. 

Politik Adipati Ukur tersebut harus dibayar mahal, yaitu dengan terbunuhnya Adipati Imbanagara (yang dianggap tidak setia lagi ke Mataram) oleh utusan Mataram yang dipenggal kepalanya dan dibawa ke Mataram sebagai barang bukti, sedangkan badannya dimakamkan di Bolenglang (Kertasari). Tetapi kepala Adipati Imbanagara dapat direbut lagi oleh para pengikutnya walaupun terjatuh di Sungai Citanduy, yang kemudian tempat jatuhnya disebut Leuwi Paten. Kedudukan Adipati Imbanagara selanjutnya digantika oleh puteranya yang bernama Mas Bongsar atau Raden Yogaswara dan atas jasa-jasanya dianugrahi gelar Raden Adipati Panji Jayanegara. Pada masa pemerintahan Raden Adipati Panji Jayanegara, pusat kekuasaan pemerintahan dipindahkan dari Garatengah ke Calingcing yang kemudian dipindahkan lagi ke Barunay (Imbanagara sekarang). Pada tanggal 14 Maulud atau pada tanggal 12 Juni 1642 M. Perpindahan pusat Kabupaten Galuh dari Garatengah ke Imbanagara mempunyai arti penting dan makna yang sangat dalam bagi perkembangan Kabupaten Galuh berikutnya dan merupakan era baru pemerintahan galuh menuju terwujudnya Kabupaten Ciamis dikemudian hari karena :
1.    Peristiwa tersebut membawa akibat yang positif terhadap perkembangan pemerintahan maupun kehidupan masyarakat Kabupaten Galuh yang mempunyai batas teritorial yang pasti dan terbentuknya sentralisasi pemerintahan.
2. Perubahan tersebut mempunyai unsur perjuangan dari pemegang pimpinan kekuasaan terhadap upaya peningkatan kesejahteraan rakyatnya dan adanya usaha memerdekakan kebebasan rakyatnya dari kekuasaan penjajah.
3.   Kabupaten Galuh di bawah pemerintahan Bupati Rd. Adipati Arya Panji Jayanegara mampu menyatukan wilayah galuh yang merdeka dan berdaulat tanpa kekerasan.
4.   Adanya pengakuan terhadap kekuasaan mataram dari Kabupaten Galuh semata-mata dalam upaya memerangi penjajah (VOC) dan hidup berdampingan secara damai.
5.      Sejarah perkembangan Kabupaten Galuh tidak dapat dipisahkan dari sejarah terbentuknya Kabupaten Ciamis itu sendiri. Dirubahnya nama Kabupaten Galuh menjadiKabupaten Ciamis pada Tahun 1916 oleh Bupati Rd.Tumenggung Satrawinata (Bupati Ke−18) sampai sekarang belum terungkap alasannya, merupakan fakta sejarah yang tidak bisa dipungkiri dan dihindari.

Atas pertimbangan itulah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Ciamis dalam Sidang Paripurna Khusus tanggal 17 Mei 1972 dengan surat Keputusannya, sepakat untuk menetapkan tanggal 12 Juni 1642 sebagai Hari Jadi Kabupaten Ciamis. 
(sumber: Panitia Hari Jadi Kabupaten Ciamis ke 373 Tahun 2015)

Rabu, 10 Juni 2015

Galuh Mahayunan Ayuna Kadatuan (Sejarah Ciamis 2)

Kata galuh berasal, dari bahasa sansekerta, yang berarti batu permata, kerajaan galuh berarti kerajaan batu permata yang indah gemerlapan, subur makmur gemah ripah loh jinawi, aman tentram kertaraharja. Dari sejarah terungkap bahwa pendiri Kerajaan Galuh adalah Wretikkandayun, beliau adalah putra bungsu dari Kandiawan yang memerintah Kerajaan Kendan selama 15 Tahun (597–612) yang kemudian menjadi pertapa di Layungwatang (Daerah Kuningan) dan bergelar Rajawesi Dewaraja atau Sang Layungwatang. Wretikkandayun berkedudukan di Medangjati, tetapi beliau mendirikan pusat pemerintahan yang baru dan diberi nama Galuh (yang lokasinya kurang lebih Desa Karangkamulyan sekarang). Beliau, dinobatkan pada tanggal 14 Suklapaksa Bulan Catra Tahun 134 Caka (kira-kira 23 Maret 612 Masehi). Tanggal tersebut dipilihnya benar-benar menurut tradisi Tarumanagara, karena tidak saja dilakukan pada Hari Purnama melainkan juga pada tanggal itu matahari terbit tepat di titik timur. Tujuan Wretikkandayun membangun pusat pemerintahan di Daerah Karangkamulyan (sekarang) adalah untuk mebebaskan diri dari Tarumanagara, yang selama itu menjadi negara “adikuasa”. Oleh karena itu demi mewujudkan obsesinya ia menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah, bahkan putra bungsunya Mandi Minyak dijodohkan dengan Parwati putri sulung Maharanissima. Kesempatan untuk menjadi negara yang berdaulat penuh, terjadi pada Tahun 669 ketika Linggawarman (666– 669) raja tarumanagara yang ke―12 wafat. Ia digantikan oleh menantunya (suami Dwi Manasih) bernama Terusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sumbawa. Terusbawa inilah yang pada saat penobatannya tanggal 9 Suklapaksa Bulan Yosta Tahun 951 Caka (kira-kira 17 Mei 669 Masehi), ia mengubah Kerajaan Tarumanagara menjadi Negara Sunda. Tahun berikutnya Wretikkandayun mengutus duta, menghadap Raja Terus bawa dan menyampaikan niatnya untuk berdiri sendiri sebagai negara berdaulat dan sederajat dengan Negara Sunda. Dalam surat resmi yang disampaikan disebutkan bahwa atas niat tersebut telah mendapat dukungan dari kerajaan-kerajaan bawahan Tarumanagara (Kandagalante) bagian timur, ia juga meminta dukungan dari Kalingga. Dalam posisi yang sulit dan lemah, Raja Terusbawa menerima kenyataan ini, maka sejak Tahun 670 Masehi bekas wilayah Tarumanagara terpecah menjadi dua yaitu : Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan batas Sungai Citarum. Kedudukan Wretikkandayun sebagai raja cukup lama pada saat menjadi bawahan Tarumanagara. Ia memerintah selama 56 Tahun, sedangkan setelah memisahkan diri dari Negara Sunda, ia sempat memerintah selama 32 Tahun. Ia wafat Tahun 702 Masehi dalam usia 111 Tahun dan digantikan oleh putranya yang bungsu Mandi Minyak. Masa Kerajaan Galuh berakhir kira-kira Tahun 1333 Masehi ketika Raja Ajiguna Lingga Wisesa atau Sang Dumahing Kending (1333–1340) mulai bertahta di Kawali, sedangkan kakaknya Prabu Citragada atau Sang Dumahing Tanjung bertahta di Pakuan Pajajaran. Lingga Wisesa adalah kakek Maharaja Lingga Buana yang gugur pada Perang Bubat Tahun 1357, yang kemudian diberi gelar Prabu Wangi. Ia gugur bersama putri sulungnya Citra Resmi atau Diah Pitaloka. Diah Pitaloka mempunyai adik laki-laki bernama Wastu Kencana dan diberi umur panjang. Ketika perang bubat berlangsung Wastu Kencana baru berusia 9 Tahun. Di bawah bimbingan pamannya yaitu Mangkubumi Suradipati alias Sang Bumi Sora atau Batara Guru di Jampang, Wastu Kencana berkembang menjadi seorang calon raja yang seimbang keluhuran budinya lahir bathin, seperti tersebut pada wasiatnya yang tertulis pada
Prasasti Kawali, yaitu :
- Nagara akan jaya dan unggul perang bila rakyat berada dalam kesejahteraan (Kerta Bener)
- Raja harus selalu berbuat kebajikan (Pakena Gawe Rahayu) 

Itulah syarat yang menurut wasiatnya untuk dapat pakeun heubeul jaya
 dina buana, pakeuna nanjeur najuritan untuk 
menuju mahayunan ayuna kadatuan.
(sumber: Panitia Hari Jadi Ciamis ke 373 tahun 2015)

Hanya Alloh yang Maha Tinggi

Ketika kita meninggi, sekitar kita akan terlihat di bawah. Manusia, hewan, tumbuhan dan benda-benda akan terlihat kecil. Kalau tidak mawas d...