Kamis, 02 Juni 2016

Runtuhnya Warung Tetangga Kami

Ketika sebuah minimarket merek terkenal mulai beroperasi tidak jauh dari tempat tinggalku perasaanku sedih-sedih senang  (mirip ngeri-ngeri sedaplah). Senangnya, kalau mo beli barang yang ga ada di warung tetangga tidak harus ke pusat kota. Sedihnya, menurut asumsiku setidaknya kehadiran minimarket itu akan menurunkan omset warung-warung di sekitarnya. (mudah-mudahan saja tidak). Kalau pakai hitungan kasar, minimal 10 warung akan terdampak. So, setidaknya 10 keluarga yang ekonominya ditopang oleh warung itu akan terganggu. Kalau misalnya 10 warung itu menopang kehidupan sedikitnya 4 orang maka akan ada  40 orang yang kehidupannya agak goyang-goyang. Asumsi saya paling minimarket tersebut menampung tenaga kerja maksimal 4-7 orang, dan itu pun biasanya angkatan kerja baru yang belum punya kewajiban untuk menanggung beban hidup orang lain.
Tidak untuk menyalahkan apa-apa dan siapa-siapa!
Hanya diri ini kembali diyakinkan bahwa kehidupan ini memang keras!
Para pemodal besar itu kini telah hadir di pekarangan-pekarangan kami.
“The survival of the fittest….yang kuatlah yang akan menang!”, begitu kata Mbah Charles Darwin.
Walau konteksnya seperti melihat kelinci yang harus bertarung dengan gajah!
Ya mo gmna lagi, itu kenyataan yang harus kita terima. Ada kebebasan berusaha dan berekonomi,  ada pula kebebasan memilih!
Sekali-kali ya kita juga ke Minimarket!
Tapi, bo ya kita juga jangan melupakan saudara-saudara kita yang membuka warung!
Marilah kita lebih menaruh solidaritas pada mereka!
Walau harga mungkin sedikit lebih mahal!
Walau suasananya ga adem dan agak temaram!
Walau tanpa potongan harga yang tidak kami pahami benar bagaimana caranya!
Walau kadang-kadang harus nunggu lama karena penjaga warungnya entah kemana!

Tapi mereka juga adalah kita!
Tetangga-tetangga kita juga adalah saudara kita yang harus kita perhatikan kelancaran ekonominya! membelinya berarti secara tidak langsung memperkuat ketahanan ekonomi keluarganya! Kalau ekonomi keluarga-keluarga di sekitar kita kuat, berarti ekonomi negara kita juga akan kuat!
bukan begitu!
Ah ini mah igauan ekonomom kelas kampung!
yang pengantar ekonomi saja cuma dapat C!
makanya jangan terlalu dipercaya!

Senin, 30 Mei 2016

Kang Pecel


Hari ini Kang Pecel ga masuk! Racikan kopinya biasa menemani kami bekerja, semacam pemantik semangat untuk mengerjakan tugas-tugas keseharian.
“Mungkin sedang umroh!”, celetuk seorang kawan! Kebetulan hari minggu kemarin ada acara Jalan Santai dalam rangka HUT Kabupaten kami yang hadiah utamanya adalah umroh.
Celetukan-celetukan lain bermunculan sambil diiringi derai tawa. Kami kehilangan!
Ya itulah pentingnya Kang Pecel bagi kami.
Aku sendiri ndak tahu siapa nama aslinya. Kawan-kawan panggil  Cel…Cel! Ya aku pun ikut!
"Kang Ecel, kopi hideung hiji, ulah seueur teuing caina!".
Beliau sudah lama berdagang kopi, minuman ringan dan sejenisnya di tempat kami bekerja. Jauh sebelum aku bekerja di tempat ini.
dan sepertinya ia adalah seorang legenda hidup!
Banyak orang merindukan racikan kopinya yang memang menyatu dengan dinamika politik dan atmosfer  kerja di tempat kami.
Banyak tokoh politik yang ingin mengenang kisah hidupnya di tempat kami bekerja dengan Kang Pecel sebagai salah satu bagian pentingnya!
Bagiku Kang Pecel adalah cermin sebuah totalitas
Ya, saya belajar. Bahwa ternyata hidup ini bukan soal siapa kita dan di mana kita. 
Hidup itu adalah tentang peran dan manfaat!
Hidup adalah tentang peran apa yang kita mainkan dimanapun dan ke manapun ketentuan Gusti Alloh  menempatkan jiwa dan raga  ini. 
Peran itulah yang kelak kita pertanggungjawabkan dihadapan-Nya. Mungkin saja nanti peran itu ia jadi bekal atau mungkin saja jadi  beban. Peran yang membuat syukur karena jadi ladang amal atau hanya jadi sebuah sesal !

Rabu, 25 Mei 2016

Renungan

Ini masih saya copas dari grup WA, super sekali analisisnya. Saya simpan pada posting ini untuk dibagikan (terima kasih buat penulisnya, izin share di sini).

Riset Ilmiah membuktikan:
1. Smartphone, 70% fiturnya tidak terpakai
2. Mobil mewah, 70% speednya mubazir
3. Villa mewah, 70% luasnya dibiarkan kosong
4. Universitas, 70% materi kuliahnya tak dapat diterapkan
5. Seabreg kegiatan sosial masyarakat, 70%-nya iseng² tak bermakna
6. Pakaian & peralatan dalam suatu rumah, 70%-nya nganggur tak terpakai
7. Seumur hidup cari uang/harta, 70%-nya dinikmati ahli waris.

“Hidup seperti pertandingan bola”

Di babak pertama (masa muda) menanjak karena pengetahuan, kekuasaan, jabatan, usaha Bisnis, gaji dsb.

Namun di babak kedua (masa tua) menurun karena darah tinggi, trigliserida, gula darah, asam urat, kolestrol dsb.

Waspadalah dari awal hingga akhir, kita harus menang 2 babak !!!

– Tidak sakit, juga harus Medical Check Up.
– Tidak haus, tetap harus minum.
– Meski benar, juga harus mengalah
– Meski Powerfull, juga perlu merendah
– Tidak Lelah pun, perlu Istirahat
– Tidak Kaya pun, wajib bersyukur
– Sesibuk apapun, tetap perlu olahraga

Sadarlah, hidup itu pendek, pasti ada saatnya Finish

Jangan tertipu dg usia MUDA
Karena syarat mati tak harus TUA

Jangan terpedaya dg badan SEHAT
Karena syarat mati tak harus SAKIT

Teruslah berbuat baik, berkata baik, memberi nasihat yg baik

Walaupun tak banyak orang yg memahamimu,

Jadilah seperti JANTUNG, yg tak terlihat tetapi terus berdenyut setiapv saat hingga membuat kita terus hidup menjelang akhir hayat

Ajal tak  mengenal waktu & usia,


Jadi teruslah berbuat baik, mengucap syukur atas apa yang sudah ada & menyampaikan kebenaran terhadap sesama.

Senin, 09 Mei 2016

Epistema Bahagia


Pengen meracau tentang bahagia, kebahagiaan, happy and happiness!
Ikut senang ketika membaca banyak timeline dari teman-teman baik Facebook ataupun Twitter yang update status tentang kebahagiaan mereka. 
bahagia karena ini senang karena itu
bahagia dapat ini senang dapat itu
bahagia mengalami ini senang mengalami itu
bahagia dapat kesana senang dapat ke situ

saya ko jadi inget pernyataan yang bunyinya sebagai berikut :
"ketika saya mengatakan,saya ikhlas!"....maka ikhlasnya perlu diikhlaskan lagi alias saya sebenarnya ndak atau kurang ikhlas". Alasannnya karena ikhlas yang sebenar-benarnya ikhlas itu ya ndak perlu diproklamasikan.Ikhlas itu tidak perlu pengakuan! ndak perlu diumumkan! Malah kita ndak perlu tahu kita ikhlas apa ndak! Serahkan saja sama Gusti Alloh yang maha tahu dan maha teliti!
Ikhlas adalah saripati hidup yang ndak bisa diaktingkan! ndak bisa!

Terkait bahagia,
Wah jangan-jangan bahagia juga begitu!
Ketika saya mengatakan, saya bahagia! maka bahagianya perlu dibahagiakan lagi....alias saya belum bahagia. Bahagia yang sebenar-benarnya bahagia itu ya ndak perlu diproklamasikan.Bahagia itu ndak perlu pengakuan! ndak perlu diumumkan! Karena boleh jadi ketika orang baca naskah proklamasi bahagia kita.....eh kita sudah ga bahagia lagi! berapa lama sih umur episode bahagia! saya sering mengalami baru saja ketawa-ketawa eh itungan menit dapat kabar pikapusingeun! berapa lama sih enak makanan dimulut, indah pemandangan dimata, dan lain-lain!

Malah kita ndak perlu tahu kita sedang bahagia apa ndak! Tiap helaan nafas kita, langkah kaki dan ayunan tangan hiasi dengan pasrah dan tawakal!bukankah Islam itu sendiri bermakna pasrah, berserah diri! Maqom insaniah kita akan meninggi manakala mampu senang dalam sedih dan sedih dalam senang!

Bahagia itu adalah hakekat hidup yang ndak bisa diaktingkan! kalau ada yang bisa akting bahagia berarti bahagianya masih bahagia-bahagiaan!

Trus kalau pengumuman sedih!
sepertinya kalau itu hampir sembilan puluh perseratus itu benar!
alasannya saya aza tidak ingin terlihat sedih dan tidak bahagia!

Tulisan ini dapat mengakibatkan pusing, sebel, mual-mual gangguan perasaan dan pikiran. Oleh karena itu tulisan ini jangan terlalu dipercaya, maklum hanya igauan orang yang lg overload!

Ciamis, 09 Mei 2016


Minggu, 20 Maret 2016

Elegi Seekor Laler Ijo (Lalat Hijau)

Laler Ijo (Lalat Hijau) sumber : kaheel7.com
Ketika sedang leyeh-leyeh di pinggir kolam kecil belakang rumah sambil menikmati celoteh ikan mujaer sedang makan sore dan aroma ikan asin sedang digoreng tiba-tiba brerrrr...air kolam beriak karena seekor lalat hijau jatuh di air! Aroma ikan asin telah mengundang rombongan laler ijo dan salah satunya entah karena sebab apa jatuh di kolam. 


Dugaanku karena terbang terlalu rendah dan sehingga tidak mampu merespon sinyal bahaya dari radarnya hingga akhirnya menabrak dinding kolam.  Itulah analisa sementara dari KNKTL (Komite Nasional Keselamatan Transportasi Lalat) tentang jatuhnya laler ijo sore ini. Sepertinya black box tidak akan ditemukan karena tetiba.....hap ikan mujaerku memakan lalat bulat-bulat. Tamatlah riwayat sang lalat!

Tinggal aku termangu di pinggir kolam dan pikiranku melayang mencoba bermanuver seperti sang lalat. Tiba-tiba bruk....lahir beberapa analisa filosofis bhahahahah. Menurutku laler ijo adalah seorang the flying master. Kecepatannya terbangnya mengalahkan suara kepakan sayapnya ditambah gerakannya yang lincah menyelinap di berbagi halangan medan memperkuat penasbihannya sebagai jago terbang. Kualitas radar penglihatan dan penciumannya beda-beda tipis dengan RLS Zhuk-A. Tak heran ia bisa menganalisa kontur medan dalam kecepatan tinggi dan mengendus bau ikan asin yang digoreng dari jarak ratusan meter! Fantastis untuk sebagai sistem dalam konstruksi  individu sebesar lalat!

Lesson learning-nya adalah : sejago-jagonya, semaster-masternya, sekuat-kuatnya, secerdas-cerdasnya,  selihai-lihainya, sekuasa-kuasanya makhluk, .....ada saat dia tidak kuasa melawan takdir Sang Khalik!

Selasa, 23 Februari 2016

Semua Adalah Musyafir (By Salim A Fillah)

Petunjuk Jalan 
Syahdan, seorang musyafir mengunjungi rumah  seorang ‘alim besar di suatu kota, yang dengan amat memesona baru saja menyampaikan sebuah khutbah Jumat nan tersimak dengan khusyu’. Memasuki sebuah ruangan dalam bangunan amat bersahaja, dia tak menemukan apapun selain senym yang tulus, air yang sejuk dan sajian siang yang dihulur dalam wadah bersahaja.  Ketika mengedarkan mata, selain alas yang diduduki, taka da benda lain yang lazim mengisi rumah! Kosong, tapi terasa lapang. Melompong tapi tak hampa. “Wahai Syaikh?", tanyanya memberanikan diri, “Dimanakah perabotan dan perkakas rumah tangga anda?”. Orang arif itu tersenyum,” Ah iya! Nah, dimana pula perabotanmu, anakku?”. Lho saya ini kan hanya berkunjung”, jawabku sambil heran atas pertanyaannya. “ Sama anakku..heheh…sama”’ terkekeh Sang Syeikh. “ Aku juga hanya pengunjung di dunia ini”.

Ada makna yang sungguh dalam pada perbincangan ini. Seakan ia pengejawantahan sabda Rasululloh SAW. Kepada Ibnu Umar RA yang direkam Imam Bukhari,” Jadilah engkau di dunia bagai orang asing”, ujar beliau. “Atau musyafir yang menyeberangi jalan”. Sayyidina Abdullah Ibn “umar menggarisbawahi dengan menyatakan,” Jika kau berada di waktu sore jangan menunggu pagi. Jika kau berada di waktu pagi jangan menunggu waktu sore”.  Ini penekanan tentang waktu pulang yang rahasia, seringnya tiba-tiba, dan penjang serta rumit perjalanannya di sebalik pintu bernama maut!

Barangkali setiap orang punya kiat masing-masing untuk menjaga hakikat makna ini di dalam hati. Adalah Imam Asy Syafi’i selalu berjalan dengan bertelekan tongkat mesti usianya masing muda dan tubuhnya masih perkasa. Beliau masyhur dapat menunggang kuda tanpa pelana semberi memegangi kupingnya, jika membidikan 10 anak panah tak satupun lepas dari sasarannya.


Maka seseorang bertanya,” Buat apa engkau bertongkat padahal umurmu masih belau dan badanmu tampak kuta?”, “Untuk senantiasa mengingatkan diri”, ujar beliau sembari tersenyum”. “Bahwa aku ini hanya musyafir yang mampir, singgah untuk mengabdi saja, tidak selamanya. 

Mesjid Jami At Takwa

Menyaksikan empat tampilan dari Mesjid Jami At Takwa Sukamaju. Mulai dari yang arsitektur khas mesjid jaman dulu. Atap limasan, lantainya ub...