Minggu, 14 Maret 2021

HOKI

Sewaktu kuliah di IST Al Kamal pernah ngekost di rumahnya Bang Hasan.
Jalan Palapa Komplek Departemen Agama. Kedoya Jakarta Barat.
Bareng Mbak Lis PNS Departemen Agama
Ada Kang Agus 
Orang Bengkulu teman sekamar.
Sopir Bosnya Bank Tiga Berlian
Karena beliau juga saya bisa nyoba naik Baby Benz
Ada Mba Anna
Mba Novi
Ada Bang Halim.

Dari Bang Halim saya banyak belajar 
"Rif, hidung kamu itu hidung hoki loh!".
Aku senyum senyum saja...
walau penasaran tapi keyakinanku meronta.
"Segala yang terjadi dalam hidup dan hidupku ini adalah qadarullah"
tidak ada hubungannya dengan huka hoki.
bahwa tiap orang punya garis tangan (baca takdir) itu iya!

Lalu Bang Halim cerita lebih banyak!
Hoki itu bukan masalah keberuntungan to' Rif!
Hoki itu tercipta karena adanya kesempatan dan kesiapan!
Peluang datang dan kamu siap memanfaatkan peluang itu. 

Dalam ha ini saya setuju.
Makanya kita mempersiapakan kapasitas diri
baik tingkat pendidikan atau yang lainnya
sehingga ketika ada peluang kita bisa berpartisipasi. 






Self Competency Trapped Syndrome

Ga tahu istilah ini sudah pernah ada atau belum.
Saya menemukan istilah itu siang tadi.
Dalam dialog dengan seorang teman.
Birokrat juga, cuma beda kabupaten.
Ia cerita tentang keinginannya untuk pindah unit kerja.
Tapi atasannya tidak menyetujuinya.
Sebab katanya.
Ia adalah roh unit kerja yang sekarang.

Mungkin banyak teman yang mengalami kasus yang sama.
Saya juga pernah mengalami.
Ketika masuk kerja pasti kita ingin menunjukkan kemampuan
membangun eksistensi diri.
Namun terkadang hal itu tidak selamanya berbuah manis.
Ada apresiasi tapi kadang lebih condong ke eksploitasi.

Yang menjadi kegundahan adalah ketika kompetensi kita tidak dihargai semestinya.
Kapasitas kita dihargai 
tetapi karir dan kesejahteraan kita kurang diperhatikan.
Kita dipertahankan di posisi itu 
agar tetap bisa mengerjakan hal-hal di ranah itu.
itulah Self Competency Trapped Syndrome
kita terjebak oleh kemampuan kita sendiri.



Sabtu, 13 Maret 2021

ASN Dewari UI


Ha seneng juga ketika Iluni ngedata alumninya yang berkarir jadi birokrat.
Mudah-mudah dapat menjadi jalan untuk menambah kemanfaatan.

Ketika dulu kuliah, rencana jadi birokrat itu hampir-hampir tidak pernah tebersit.
Memilih Jurusan Administrasi Niaga ya karena ingin berkarir di sektor privat.
Ingin mencari ilmu untuk berbisnis.

Tapi memang hidup banyak jalannya.
Dan terkadang jalan yang terbentang di hadapan berbeda dengan roadmap yang dulu kita susun.
Ketika lulus, cita-cita berbisnis seperti menghilang.
Business plan berganti dengan surat lamaran, curriculum vitae dan amplop coklat.

Dunia birokrasi belum juga berkelebat dalam pikiran.
Kepala ini masih berisi perusahaan multinasional, BUMN.
Jalan Jend.Sudirman dan MH. Thamrin.
Saat itu informasi karir di birokrasi tidak seterbuka sekarang.

Waktu beranjak cepat.
Karir di Ibukota sepertinya kurang memberi peluang.
Pernah meniti karir di Harian Ekonomi Bisnis Indonesia
pernah juga di PT Surveyor Indonesia.
Tapi hanya sekedar karyawan magang dan pegawai kontrak.

Situasi dan kondisi memaksaku untuk pulang kampung.
Tahun 2003 ada penerimaan CPNS.....ikut. Gagal!
Tahun 2004 ikut lagi......alhamdulillah lolos!

Sejak tahun 2005 mulai berkarir jadi birokrat.
Menikmati pekerjaan ini!
Dinamikanya!
Susah senangnya!
Luka likunya!
tawa dan tangisnya!

Bagi saya ini yang terbaik.
Saya orang biasa....sangat biasa!
pilihan hidup tidak banyak!

Sabtu, 13 Februari 2021

Jiwa Besar

Sepertinya kehidupan itu lebih memerlukan jiwa-jiwa yang besar dibanding pikiran-pikiran yang besar. (Syarif Thoyibi.2021)

Biasanya pikiran besar (teknologi) itu memudahkan
tapi jiwa besar itu menenteramkan. 
jarang ada yang punya keduanya.

Keruwetan, konflik, anarki bahkan perang sekalipun lebih banyak disebabkan oleh jiwa-jiwa kerdil.
Jiwa yang masih dikuasai hawa nafsu.
Jiwa yang ingin berkuasa
Jiwa yang ingin dihargai
jiwa yang tidak mau kalah
jiwa yang serakah

jiwa yang masih diliputi ketakutan
takut miskin
takut dianggap inferior
takut tidak dihargai
dan takut-takut yang lainnya.

catatan: jiwa yang takut juga terkadang membuat orang lain merasa takut. 

Rabu, 10 Februari 2021

Latsamapta


Salah satu kesan indah yang diberikan oleh Politeknik Universitas Indonesia adalah Latsamapta-nya.
Latihan Dasar Kesamaptaan.
Dulu namanya Latsarmil.
Latihan Dasar Kemiliteran.
Digodog di Rindam Gunung Bunder Bogor.
Kalau Latsamapta pengampunya Brimob (Brigade Mobile).
Perubahan ini seiring dengan makin menghangatnya isu reformasi.
Saya Angkatan 1997.
Saat dimana kekuatan orde baru mulai berkurang satu persatu.
Kampus mulai menjaga jarak dengan militer. 

Kalau yang Latsarmil sampai kepada latihan menembak.
kita hanya sampai boleh pegang-pegang M-16.
Senangnya minta ampun.
Sepatu Lars Tentara
Pakaian lengkap Militer 
Gagah dah! 

Masih ingat yang pegang kompi kita Lettu Pulungan.
Orangnya ngocol ga terlalu tegang.

Enjoy!

Minggu, 07 Februari 2021

Pramoedya Quote

Semakin tinggi sekolah bukan berarti semakin menghabiskan makanan orang lain!Harus Semakin mengenal batas (Bumi Manusia, Pramoedya Ananta Toer).

Kamis, 04 Februari 2021

In Memoriam....Pak Krishna Gunawan

 

Ga banyak malah hampir tidak ada,
Foto atau video yang saya punya tentang Pak Krishna.
Foto di atas juga dari akun facebooknya.
Tapi direlung hati ini
di lapisan-lapisan memori pikiran ini
bertebaran banyak kisah 
kebersamaan saya dengan Pak Krishna.

Maka ketika teman memberi tahu bahwa beliau Menghadap Ilahi
nyaris seperti mimpi.
Kita komunikasi terakhir tanggal 13 Januari 2021.
Via WA.
Sebelumnya ngobrol panjang melalui telepon.
Banyak yang kita bahas.
Biasanya tentang dinamika birokrasi.
Utamanya saya mohon do'a wejangan dan pencerahan.

Pertama kenal adalah ketika barengan berjamaah dzuhur di Mesjid Agung.
Merasa ada di server yang sama.
Ikatan keimanan
walaupun saya menyadari ketaaan saya 
tidak ada apa-apanya dibanding dengan beliau.
Bang, Ka Masjid yu!
Sementara saya masih asyik dengan urusan dunia. 
Saya masih sering diingatkan.

Ternyata selanjutnya beliau jadi Kasubag Sosial Bagian Kesra.
Saya menjadi stafnya.
Disinilah kisah-kisah berawal.
Tertawa bareng....
bingung bareng....
stress bareng.....
Ternyata banyak rumitnya pekerjaan terkadang berkurang dengan berjalannya waktu.

Banyak belajar dari mendiang Pak Krishna
menjaga shalat berjamaahnya
tanggung jawab  kepemimpinannya!
Pantang meninggalkan anak buah,
sesulit apapun situasinya!

Pendekatannya membuat sekat-sekat relasi atasan bawahan luntur.
Kita lebih memandang beliau dengan berbagai peran
Pimpinan, teman, saudara 
Prinsipnya beliau.
Saya berhasil memimpin ketika berhasil membangun relasi lebih dari hubungan birokratis.
Saya kadang tersanjung!
Sekelas Sekretaris Dinas/SKPD masih berkenan menelepon secara pribadi.
Tidak malu menyapa duluan dan cipika-cipiki di depan umum.
Saya #Utangrasa
Mugia bagja dikalanggengan. 

Menyisakan Ketidakpercayaan

Bulan-bulan terakhir ini banyak sekali pembelajaran hidup. Terima kasih telah memberikan bahan untuk belajar. Sangat berharga sekali. Sering...