Hari ini Kang Pecel ga masuk! Racikan kopinya biasa menemani kami bekerja, semacam pemantik semangat untuk mengerjakan tugas-tugas keseharian.
“Mungkin sedang umroh!”, celetuk seorang kawan! Kebetulan hari minggu
kemarin ada acara Jalan Santai dalam rangka HUT Kabupaten kami yang hadiah utamanya
adalah umroh.
Celetukan-celetukan lain bermunculan sambil diiringi derai tawa. Kami kehilangan!
Ya itulah pentingnya Kang Pecel bagi kami.
Aku sendiri ndak tahu siapa nama aslinya. Kawan-kawan panggil Cel…Cel! Ya aku pun ikut!
"Kang Ecel, kopi hideung hiji, ulah seueur teuing caina!".
Beliau sudah lama berdagang kopi, minuman ringan dan sejenisnya di
tempat kami bekerja. Jauh sebelum aku bekerja di tempat ini.
dan sepertinya ia adalah seorang legenda hidup!
Banyak orang merindukan
racikan kopinya yang memang menyatu dengan dinamika politik dan atmosfer kerja di tempat
kami.
Banyak tokoh politik yang ingin mengenang kisah hidupnya di tempat kami
bekerja dengan Kang Pecel sebagai salah satu bagian pentingnya!
Bagiku Kang Pecel adalah cermin sebuah totalitas
Ya, saya belajar. Bahwa ternyata hidup ini bukan soal siapa kita dan di
mana kita.
Hidup itu adalah tentang peran dan manfaat!
Hidup adalah tentang peran
apa yang kita mainkan dimanapun dan ke manapun ketentuan Gusti Alloh menempatkan jiwa dan raga ini.
Peran itulah yang kelak kita
pertanggungjawabkan dihadapan-Nya. Mungkin saja nanti peran itu ia jadi bekal
atau mungkin saja jadi beban. Peran yang
membuat syukur karena jadi ladang amal atau hanya jadi sebuah sesal !