Minggu, 20 Maret 2016

Elegi Seekor Laler Ijo (Lalat Hijau)

Laler Ijo (Lalat Hijau) sumber : kaheel7.com
Ketika sedang leyeh-leyeh di pinggir kolam kecil belakang rumah sambil menikmati celoteh ikan mujaer sedang makan sore dan aroma ikan asin sedang digoreng tiba-tiba brerrrr...air kolam beriak karena seekor lalat hijau jatuh di air! Aroma ikan asin telah mengundang rombongan laler ijo dan salah satunya entah karena sebab apa jatuh di kolam. 


Dugaanku karena terbang terlalu rendah dan sehingga tidak mampu merespon sinyal bahaya dari radarnya hingga akhirnya menabrak dinding kolam.  Itulah analisa sementara dari KNKTL (Komite Nasional Keselamatan Transportasi Lalat) tentang jatuhnya laler ijo sore ini. Sepertinya black box tidak akan ditemukan karena tetiba.....hap ikan mujaerku memakan lalat bulat-bulat. Tamatlah riwayat sang lalat!

Tinggal aku termangu di pinggir kolam dan pikiranku melayang mencoba bermanuver seperti sang lalat. Tiba-tiba bruk....lahir beberapa analisa filosofis bhahahahah. Menurutku laler ijo adalah seorang the flying master. Kecepatannya terbangnya mengalahkan suara kepakan sayapnya ditambah gerakannya yang lincah menyelinap di berbagi halangan medan memperkuat penasbihannya sebagai jago terbang. Kualitas radar penglihatan dan penciumannya beda-beda tipis dengan RLS Zhuk-A. Tak heran ia bisa menganalisa kontur medan dalam kecepatan tinggi dan mengendus bau ikan asin yang digoreng dari jarak ratusan meter! Fantastis untuk sebagai sistem dalam konstruksi  individu sebesar lalat!

Lesson learning-nya adalah : sejago-jagonya, semaster-masternya, sekuat-kuatnya, secerdas-cerdasnya,  selihai-lihainya, sekuasa-kuasanya makhluk, .....ada saat dia tidak kuasa melawan takdir Sang Khalik!

Selasa, 23 Februari 2016

Semua Adalah Musyafir (By Salim A Fillah)

Petunjuk Jalan 
Syahdan, seorang musyafir mengunjungi rumah  seorang ‘alim besar di suatu kota, yang dengan amat memesona baru saja menyampaikan sebuah khutbah Jumat nan tersimak dengan khusyu’. Memasuki sebuah ruangan dalam bangunan amat bersahaja, dia tak menemukan apapun selain senym yang tulus, air yang sejuk dan sajian siang yang dihulur dalam wadah bersahaja.  Ketika mengedarkan mata, selain alas yang diduduki, taka da benda lain yang lazim mengisi rumah! Kosong, tapi terasa lapang. Melompong tapi tak hampa. “Wahai Syaikh?", tanyanya memberanikan diri, “Dimanakah perabotan dan perkakas rumah tangga anda?”. Orang arif itu tersenyum,” Ah iya! Nah, dimana pula perabotanmu, anakku?”. Lho saya ini kan hanya berkunjung”, jawabku sambil heran atas pertanyaannya. “ Sama anakku..heheh…sama”’ terkekeh Sang Syeikh. “ Aku juga hanya pengunjung di dunia ini”.

Ada makna yang sungguh dalam pada perbincangan ini. Seakan ia pengejawantahan sabda Rasululloh SAW. Kepada Ibnu Umar RA yang direkam Imam Bukhari,” Jadilah engkau di dunia bagai orang asing”, ujar beliau. “Atau musyafir yang menyeberangi jalan”. Sayyidina Abdullah Ibn “umar menggarisbawahi dengan menyatakan,” Jika kau berada di waktu sore jangan menunggu pagi. Jika kau berada di waktu pagi jangan menunggu waktu sore”.  Ini penekanan tentang waktu pulang yang rahasia, seringnya tiba-tiba, dan penjang serta rumit perjalanannya di sebalik pintu bernama maut!

Barangkali setiap orang punya kiat masing-masing untuk menjaga hakikat makna ini di dalam hati. Adalah Imam Asy Syafi’i selalu berjalan dengan bertelekan tongkat mesti usianya masing muda dan tubuhnya masih perkasa. Beliau masyhur dapat menunggang kuda tanpa pelana semberi memegangi kupingnya, jika membidikan 10 anak panah tak satupun lepas dari sasarannya.


Maka seseorang bertanya,” Buat apa engkau bertongkat padahal umurmu masih belau dan badanmu tampak kuta?”, “Untuk senantiasa mengingatkan diri”, ujar beliau sembari tersenyum”. “Bahwa aku ini hanya musyafir yang mampir, singgah untuk mengabdi saja, tidak selamanya. 

Sabtu, 20 Februari 2016

Petunjuk Jalan

Petunjuk Jalan di Desa
Ini bukan tentang Petunjuk Jalan (Ma'alim Fith Thoriq)nya Sayyid Quthb. Sebuah karya terakhir nan monumental dari seorang Sayyid Quthb. Karya yang banyak menginspirasi pejuang-pejuang dakwah dalam pergerakannya li i'laai kalimatillah (meninggikan kalimat Alloh). Tapi inti dari tulisan ini juga ya tentang petunjuk jalan!petunjuk arah agar kita tidak tersesat. 

Kalau kita berkunjung ke suatu desa, biasanya kita menemukan rambu-rambu penunjuk jalan seperti foto di atas. Dibuat dari kayu sederhana. Kebanyakan petunjuk jalan/arah di desa-desa itu dibuat oleh para peserta KKN (Kuliah Kerja Nyata). Kadang heran juga, apakah sudah menjadi defaultnya KKN itu harus buat yang seperti ini!

Petunjuk  Jalan
Salah satu mimpiku yang tidak terlaksana adalah ikut KKN, Terinspirasi film "Namaku Joe" sih!. Kenapa dulu pas sekolah ga ada KKN ya! Di Film Warkop DKI aza ada KKNnya hehehe. udah lah udah takdir meureun!. 

Eng Ing Eng.... (ala triomacan2000) kultwit petunjuk jalan.
  1. Dalam sebuah perjalanan kita butuh petunjuk jalan. ketika berada di daerah yang baru nan asing enyahkan jauh-jauh sipat jumago, jumawa....adigung adigang adiguna! Sikap itu akan mengundang petaka. Jangankan mahluk hidup, tanah dan tumbuhanpun tidak suka sikap itu!
  2. Untuk mencapai tujuan akhir dari perjalanan kita perlu adanya petunjuk jalan/arah. Jangan jadikan insting, naluri atau perasaan sebagai landasan! kecuali sudah tidak ada petunjuk yang secara logis bisa didapat. Insting, naluri dan perasaan sebab bisa jadi benar bisa jadi salah! apalagi kalau hanya berdasarkan nafsu "sepertinya enakan lewat jalan ini"...peluang salah jalan sangat besar!
  3. Hormati pembuat petunjuk jalan! Anda harus yakin bahwa yang membuat petunjuk jalan pasti tidak bermaksud menyesatkan orang yang mengikutinya! Kalau jalan yang harus ditempuh terjal, penuh onak dan duri, berkelok dan mendaki, itu resiko pilihan dan perjuangan, bagian dari pencapaian tujuan.
  4. Hormati petunjuk jalan, walau hanya dibuat dari kayu sederhana atau kertas yang sudah lusuh yang penting kita dapat mengetahui maksudnya! kalau tidak ada rupa petunjuk jalan bertanya pada orang-orang yang tahu arah!...tapi harus diingat kadang definisi jauh dan dekat bisa berbeda di tiap daerah!
  5. Hidup ini juga bak sebuah perjalanan! bagian dari sebuah perjalanan panjang! Dunia harus kita ibaratkan daerah yang asing dan kita hanya mampir ngombe! mampir minum saja! Petunjuk jalan hidup agar tidak salah jalan ya sudah jelas! Al Quran, Hadist, Ijma/Qiyas dan ijtihad! bukan insting, naluri atau perasaan!apalagi nafsu!

Jumat, 19 Februari 2016

Jus Jambe


Lapak ini kalau malam hari, ramai! Apalagi kalau malam Jumat (hehehehe.....alasannya sudah pada tahu kan)! Malam Minggu juga biasanya rame. Penjualnya lelaki masih muda dan sangat antusias melayani pembeli. Pada awal-awal kehadirannya kadang saya heran! Jebug ngora keur naon itu digantungkeun! Beli pertamapun alasannya pengen nyoba aja! Ga ada sebab lain! Sing suwer na ge....kalo ga percaya tanyakan saja sama ibunya anak-anak! heheheh! Yang jelas pinang muda memang berkhasiat bagi kesehatan ga percaya? bisa mampir disini  manfaat buah pinang  tapi emang yang menakjubkan bisa dicek disini khusus pria.

Dulu kurang begitu menarik perhatian! Sekarang sepertinya sudah banyak penggemarnya (dan saya salah satunya).  Bagi saya yang menariknya itu ada kata Khas Acehnya. Segelas bandrek jus pinang muda biasa harganya kalau tidak salah Rp. 4.000,00 sedangkan kalau pakai telur bebek Rp. 7.000,00 cukup untuk menghangatkan badan. Boleh dicoba! Lokasinya persis di depan Koramil Kecamatan Ciamis,  sebelum Rumah Sakit Umum Ciamis. 

Jumat, 05 Februari 2016

Rendos, Kuliner Khas Cikoneng Ciamis


Rendos
Akhirnya berkesempatan juga nyicip "Rendos", kuliner khas Cikoneng Ciamis. Sebagai Pendekar Kuliner (bhahahahah....) rasanya ada yang kurang kalo blom mencoba sebuah karya hasil olah rasa (bahasanya mulai aneh). Apalagi di Cikoneng, daerah sendiri! Cikoneng adalah salah satu kota kecamatan di Kabupaten Ciamis. Kota tidak terlalu besar tapi cukup ramai karena dilewati oleh jalan nasional jalur selatan. 

Cikoneng bagi saya adalah ikon bisnis Ciamis! Profil wilayah dimana menjadi wirausaha merupakan pilihan! Produk-produk makanan ringan yang tersebar di diberbagai wilayah banyak yang diproduksi di sini. Rumah-rumah menjadi sentra produksi makanan ringan. Maka jangan heran bila rumah-rumah megah banyak bertebaran di kawasan ini. Industri makanan ringan memberikan multiplier effect terhadap perekonomian kawasan ini. 

Kembali ke topik Rendos. Pertama tahu dari postingan FB teman. Lalu jadi penasaran dan hari ini menjadi kenyataan. Sepintas mirip gado-gado. Bahannya Soun Aci Kawung, Toge, Mentimun, Kicimpring. Sedangkan bumbunya terdiri dari Oncom (bisa juga diganti Kacang Tanah), Cabe Rawit, Garam dan Gula Merah), kemudian direndos (mungkin ini asal mula dinamakan Rendos) seperti membuat bumbu pecel kemudian campurkan sampai rata. 

Agak sulit juga sebenarnya menemukan yang jualan Rendos, yang gampang ditemui di sekitaran Kantor Pos Cikoneng. Di samping Kantor Kecamatan Cikoneng juga ada. Tempatnya sangat sederhana dan penjualnya ibu tua yang ramah dan baik hati. Konon kalau Bulan Ramadhan penjual Rendos gampang ditemui. Sekitar tahun 2005an pernah nyicip Rendos di Depan Toko Bahan Bangunan dekat Persimpangan ke Kujang. Namun saat itu belum tahu bahwa namanya Rendos!selamat mencoba sensasi olah rasa!

Selasa, 02 Februari 2016

Buku, Pesta dan Cinta


Posting di Fanpage resmi UI siang ini adalah tentang Hari Jadi Universitas Indonesia. Bukan dalam rangka bangga-banggaan, pamer dan sebangsanya. Malah adanya kampus itu dalam salah satu episode kehidupanku justru melahirkan beban dan  tanggung jawab yang besar. Tuntutan tentang tingkat moral dan tentang citarasa intelektual.

Terkadang aku merasa jadi orang yang beruntung. Seorang anak kampung yang berkesempatan untuk menghirup aroma sebuah universitas yang memakai nama negara. Seseorang yang otaknya terkadang (sebenarnya selalu sih) terengah-engah manakala mengerjakan soal-soal eksakta yang ditakdirkan untuk dapat merasakan atmosfer UI. Mengalami sendiri semboyan legendaris anak UI: Buku, Pesta dan Cinta! walau ternyata :
Buku yang kubaca hanya yang ringan-ringan saja! kebanyakan koran!itu juga koran Bola!
Pesta?.......tidak pernah ada yang ngajak hikshikshisk....
Cinta?.......Aku jomlo selama kuliah.........(eh setelah lulus juga ding)!

Selamat Hari Jadi Almamaterku!

Ibu Tua di Pinggir Jalan

Ketika tiba di pembatas tengah jalan di bilangan Alun-Alun Ciamis, tiba-tiba ada ibu yang memanggil. "Minta ditemanin nyebrang mungkin, "gumanku. Ketika ditawarin nyebrang dia malah justru cerita bahwa dia dari Banjar dan akan ke kantor Taspen untuk mencairkan pensiun. Intinya dia tidak punya ongkos. "Berapa bu?''. Dua puluh ribu, pak!, Saat itu kebetulan aku sedang tidak memegang uang. Ada keinginan untuk memberi walaupun kemudian timbul keraguan. Jadi muncul su'udzon!. 

Benarkah ibu-ibu tua itu akan mengambil uang pensiun ke Taspen?. Kalau mau ke Taspen berarti kan baru akan pensiun. Tapi prediksiku ibu itu usianya sudah lebih dari 65 tahun dari tongkrongannya bukan guru dari dosen. Jangan-jangan itu hanya modus untuk mencari uang! Soalnya pernah ada ibu-ibu yang minta uang karena kehabisan ongkos. Kebetulan ada, dikasih sekedarnya. Eh beberapa hari kemudian saya melihat dia masih di seputaran kota Ciamis. Wah modus ini mah! Dalam kondisi seperti inilah kadang hasrat menolong kita berada di persimpangan. 

Sabtu, 23 Januari 2016

Jadi Voter Pemilu Ketua Ikatan Alumni Almamater


Mungkin salah satu Pemilu yang ga bikin degdegan ya Pemilihan Ketua Ikatan Alumni Perguruan Tinggi tempat kita dulu menimba ilmu. Entah karena tidak terlalu berkepentingan atau tidak terlalu intens secara emosional. Berbeda dengan Pemilu Presiden, Pileg, Pilgub, Pilbub/Pilwakot, atau Pilkades. Pemilu-Pemilu itu terkadang sampai mengaduk-ngaduk pikiran dan perasaan! (heheheh....salah siapa!). 

Bagi alumni yang  jauh dari tempat pemungutan suara dapat menggunakan e-voting. Memang sangat memudahkah. Berbekal Nomor Induk Mahasiswa dan pengisian data kita telah teregistrasi. Kemudian kita aktifkan akun lalu selanjutnya panitia akan memverifikasi data kita. Pas hari H kita akun diberi kode unik yang dimasukan pada saat login! lalu e-voting kita lakukan!

Sebetulnya siapapun yang menang ya podo bae!Wong masih tetap satu almamater. Paling beda fakultas dan visi-misi! Keinginan para calon intinya sama saja. Hanya berbeda susunan kalimat dan penekanan tagline. Para  kandidat calon Ketua IA ITB pasti mempunyai kapasitas yang lebih dari layak. Hal itu dapat dilihat dari track record masing-masing. Siapapun yang terpilih kita dukung saja.

Hanya satu harapan terhadap siapapun yang terpilih, "jagalah jarak dengan kekuasan, jangan jadi partisan!". 

Sabtu, 16 Januari 2016

Alun-Alun Ciamis


Alun Alun Ciamis
Namemarker Alun-Alun Ciamis

Kalau kita berkunjung atau sepintas melewati Alun-Alun Ciamis, sepintas ada yang baru! Sebuah eye catcher berupa nama penanda (namemarker) tempat yang berupa tulisan ALUN ALUN CIAMIS dengan menggunakan konsep neon box sehingga kalau malam hari akan terlihat terang. Sepertinya konsep penanda (namemarker) seperti ini sedang trend, entah siapa dan dimana yang memulai yang jelas penanda (namemarker) yang legendaris dan mungkin juga yang pertama adalah Hollywood.
resources : www.history.com
Tak ayal keberadaan penanda Alun-alun Ciamis  tersebut menjadi daya tarik sendiri, terutama bagi para pengikut aliran selfie! Beruntung Kota Ciamis masih mempunyai Alun-Alun, sebuah ruang publik tempat berbaur berbagai ragam dan warna! Filosofis dari alun-alun adalah sebuah punjer, perwujudan dari kebhinekaan masyarakat! Penataan alun-alun hendaknya tidak mencerabut makna alun-alun dari suasana kebatinannya. Keteraturan jangan sampai mematikan jiwa alun-alun sebagai melting pot lokal; tempat berbagai profesi, status sosial, latar belakang bercampur dan berinteraksi. Kata alun-alun berasal dari bahasa Arab Al Lawn yang berarti ragam, warna atau corak. Dibaca dua kali Al lawn- al lawn  yang berarti tempat berkumpulnya segala lapisan masyarakat, wong cilik, wong sugih, wong cacah wong ningrat!
Sepertinya dulu tata kota Ciamis berusaha untuk mengadopsi konsep Macapatnya Sunan Kalijaga. Di pusat kota terdapat tanah lapang beserta pohon beringinnya yang masih cukup ideal untuk disebut sebagai sebuah alun-alun! Ada Mesjid Agung disebelah barat, Penjara di barat daya, Gedung Negara/Pendopo Bupati di sebelah utara. Tadinya disebelah timur terdapat pasar, tapi karena tuntutan pengembangan kota maka Pasar Ciamis sekarang bergeser ke sebelah tenggara kota.
Lokasi Bekas Pasar Manis Ciamis

Kalau berkunjung bolehlah untuk singgah sejenak di Alun-Alun Ciamis. Mesjid Agungnya sangat repsentatatif untuk beribadah kepada Sang Pencipta, Penguasa Segala Alam!. Setelah menikmati eksotisme Alun-Alun Ciamis, beberapa spot kuliner di sekitaran Alun-Alun Ciamis juga boleh untuk dicoba. Kupat Tahu Ocih (Kupat Tahun ini rasanya khas), Kupat Tahu Mang Engkus (Di Jalan Pemuda, mangkal pagi sampai dzhuhur), Goreng Ayam K3, Soto Iyun, Pindang Nilem Teh Dede, RM. Ampera, RM Padang Roda Baru, Bubur Ayam Pusaka (Etom), Sate dan Gula H. Etom dan lain-lain.
Mesjid Agung Ciamis



Kamis, 14 Januari 2016

Ekspedisi Lobang Timah (4), Eksotisme Curug Omi


Me and Curug Omi

Entah mengapa dinamakan Curug Omi. Kang Edi, local partner yang mengantar  kami pun tidak tahu alasan mengapa disebut Curug Omi. Biasanya Omi itu nama orang. Apakah Omi adalah penemu curug tersebut, atau ada kejadian luar biasa yang menimpa Omi di daerah curug tersebut. Masih perlu kajian lebih lanjut.

Curug ini tidak terlalu besar juga tidak terlalu tinggi. Perkiraan tingginya kurang lebih 20 meter. Tapi tetap saja ada ada aura eksostisme dan kesejukan pada curug tersebut. Air yang gemericik di bebatuan alam bak orkestra yang begitu mendamaikan.
Curug Omi
Curug ini masih terbilang perawan. Untuk sampai ke lokasi kita harus melalui jalan di lereng bukit yang cukup terjal dan jalannya pun banyak yang sudah tertutup semak. Tapi itulah menariknya. Mungkin ke depan curug ini dapat dikembangkan untuk sarana rekreasi.

Rute menuju Curug Omi!Menantang!
Sekuel Ekspedisi Lobang Timah (kaya Jason Bourne aza hehehe) baru sampai Curug Omi, mudah-mudah selanjutnya bisa sampai di situs Lobang Timah. 

Tutugan Gunung Sawal Awal Januari 2016

Bangsa yang Kejam

Tak sampai nalarku untuk mengerti mengapa di era modern dimana konon peradaban sedemikian maju ada entitas bangsa yang berlaku demikian barb...