Sabtu, 15 September 2018

Ugh...Sudah September Lagi!


Uh sudah September lagi...
Sudah tanggal 14 September lagi
Merenung lagi...Introspeksi lagi, muhasabah lagi
Empat puluh satu tahun sudah!

Mencoba mengingat lagi perjalanan hidup!
Ugh ternyata kaki ini sudah lumayan jauh melangkah
Bibir ini sudah lumayan banyak bicara
sudah lumayan banyak berpikir dan bertindak!
Walaupun di Sisi Alloh SWT entah bernilai atau tidak!
di sisi kemanusian entah bermanfaat atau tidak!
Aku merasa belum berbuat lebih!
Terutama aktifitas ukhrowi, semua masih dalam bingkai sederhana
sangat sederhana sekali!

Mengingat kelahiran saat-saat ini adalah sangat istimewa!
pengingatan kelahiran berpadu dengan mengingat kematian!
Beraktifitas dengan dibayangi berbagai ketakutan!
Banyak hikmahnya!
lebih mensyukuri kehidupan ini (walaupun terkadang ketika sedang kurang ikhlas menjadi hal yang kurang mengenakan)
Ini hari adalah saat-saat ketika beriman itu menjadi sesuatu yang harus diperjuangkan betul
beriman kepada qadha dan qadhar tidak hanya tidak lagi sekedar hapalan tentang rukun iman
tapi menjadi suatu hal yang harus betul-betul diyakini dan diamalkan!

Kunci semua itu menerima apapun episode hidup kita adalah keikhlasan!
secara sederhana  orang bijak yang menjadi tetua saya mengatakan bahwa "Ikhlas itu tidak ada gerundel-gerundel, tidak ada penasaran,tidak ada tanda tanya dihati, blash...begitu saja" (Suheryana,2018). Itulah maqom perjalanan spiritual tertinggi menurut saya, dengan itu maka segala permasalahan hidup kita akan beres. Segala hal yang enak maupun tidak mengenakan akan berakhir dengan penyerahan total kepada Alloh SWT, sebuah sweet surrender! sumerah ka Gusti Alloh anu murbeng sadaya alam!

Merasakan sekali bahwa menjalani misi untuk menjadi mahluk berlevel manusia itu berat sekali!
membayangkan beratnya sebuah pertanggungjawaban!
Tapi bagaimanapun aku percaya bahwa "Alloh tidak akan membebani kita diluar kemampuan kita" dan apa yang terjadi merupakan yang terbaik  kita! 

Mari kita jalani, nikmati, syukuri nikmat hidup yang masih Alloh berikan bagi kita....dengan berbagai kebaikan yang kita bisa dan kita mampu!


Kamis, 13 September 2018

Kade Hilap Bintangna!



Sticker itu ditempel di belakang helm Mamang Ojol yang kupesan hari ini. Selain jumlah nominal yang diperoleh, penilaian dari pengguna merupakan hal penting bagi para driver Ojol. Tidak sulit dan tidak mahal. Baiknya kita jangan lupa memberi mereka bintang lima. Mudah-mudahan bonusnya lancar.

Kade hilap bintangna!” kata Mamang Ojol yang sambil mengangkat lima jarinya, ketika ia pamit mau bekerja lagi.  Telah beberapa kali aku menggunakan jasa ojek online. Lebih praktis dan lebih murah. Dijemput dan kita tidak lagi dihinggapi perasaan waswas tentang tariff. Jumlah yang harus dibayar tertera jelas. Takut kurang atau takut dikerjain tidak ada lagi. Perkara kita mau memberi lebih itu tergantung kita.

Dari perbincangan singkat dengan salah satu Mamang Ojol didapat informasi bahwa Driver Ojol di Kota Ciamis telah cukup banyak. Ia pun tadinya Driver salah satu operator Ojol dan sekarang pindah ke saingannya. Operator yang dulu banyak drivernya sehingga persaingannya cukup ketat. Sudah hampir dua tahun ia menjadi Driver Ojol. Ketika dihubungi beberapa waktu yang lalu ia sedang di Pangandaran katanya. Wuih berlibur. Tanda profesi ini cukup memberikan hasil.

Teknologi Informasi dan komunikasi telah menciptakan gelombang disrupsi di berbagai lini kehidupan. Termasuk di dunia perojekan. Sekitar tahun 90an naik ojek itu keren. Tidak sembarangan orang mampu naik ojek. Di banding dengan angkutan kota atau angkutan pedesaan, ongkos naik ojek lebih mahal. Saat itu orang masih jarang punya motor. Merek motor yang sering dipakai untuk ngojek saat itu berupa A100 Suzuki, Suzuki TRS, L2 Super Yamaha, Honda CB. Motor bebek jarang yang dijadikan Ojek dan rata-rata motor yang dijadikan ojek itu motor tua.

Kini ceritanya beda lagi. Motor gress pun banyak yang sudah diterjunkan jadi Ojek. Apalagi OJOL karena salah satu saratnya mungkin harus motor yang muda. Bagaimanapun Ojol adalah jawaban atas disrupsi. Berubah karena tuntutan jaman dan permintaan. Tinggal kitanya mau berubah atau tidak.

Sabtu, 08 September 2018

Kupat Tahu Mang Engkus


Sudah lama langganan Kupat Tahu Mang Engkus. Lebih dari satu dekade, sehingga ia sudah tahu keinginan saya, kupat tahu tidak pakai kecap. Mulai dari pakai gerobak dorong sampai sekarang memakai pick up yang dimodifikasi. Semenjak dari harga Rp. 4.000,00 sampai sekarang di kisaran Rp. 9.000,00an. Rasanya tetap sama dan tetap masih suka ngambil tahu dengan tangan dari penggorengan!

Pelanggannya heterogen sekali. Mulai dari yang hanya pesan dari balik kaca mobil dan kita-kita yang menikmati berbagi tempat duduk di pinggiran toko. Selain tahunya panas karena langsung diambil dari penggorengan, cita rasa bumbu kupat tahu Mang Engkus adalah kekuatan untuk bertahan. Ia adalah figur pebisnis yang ulet dan low profile.

Pertama nyicip agak heran juga. Ko tidak ada toge rebusnya. Di Ciamis bagian barat (tempat asalku) kupat tahu biasanya memakai toge rebus. Tapi dibeberapa tempat di Kota Ciamis juga banyak kupat tahu yang memakai toge seperti Kupat Tahu Odeg di Pasar Manis Ciamis.

Kupat tahu Mang Engkus Biasa mangkal di Jalan Pemuda, di seberang Gedung KNPI/Gedung Pemuda mulai pagi sampai siang. Hanya ada satu bangku panjang. Sepiring kupat tahu kita nikmati sambil mendengar suara kendaraan dan obrolan ringan warga. Ciamis adalah kota kecil, sehingga dinamika kota bisa terpantau dari obrolan-obrolan ringan di pinggir jalan.

Ada juga Kupat Tahu Ocih. Rasanya juga tidak terlalu mainstream. Satu aliran dengan Kupat Tahu Mang Engkus, tapi lebih encer. Jualannya sore hari sampai malam di daerah Swadaya Ciamis, masih di seputaran Alun-Alun Ciamis. Yang unik dari perkupatahuan di Ciamis adalah kerupuknya. Sama-sama merah.

Minggu, 26 Agustus 2018

Tenang We Atuh Lur!

Menjelang Pilpres eskalasi suhu politik semakin meninggi. Baik di level elit ataupun massa akar rumput. Baik di level praktisi, fans dan simpatisan bahkan yang ga punya hak suara sekalipun. Saling menghujat, menjatuhkan, memaki dan lain-lain. Beberapa  media massa dan pengamat sudah kehilangan netralitasnya, entah kenapa! Tanyakan saja pada rumput yang disabit. 

Mengapa harus sebegitunya! Benarkah karena idealisme atau pragmatisme, atau riwayat kebencian akut dan paranoid yang telah lama mendarah daging. Media sosial ramai dengan perang kata-kata. TL ku di FB dan Twitter mulai ramai dengan seliweran puja-puji, caci-maki. Share link dan gambar berupa pendapat yang menguatkan! atau kutipan berupa dasar yang melemahkan. Mungkin mereka menganggap status, link, share komentar dan pilihan dia akan membuat banyak orang berlaku dan berpikiran sama.  Kecuali orang yang memang punya kepentingan (minimal takut beda dengan opini publik yang telah terbangun dan itu lepas dari benar ataus salah), rasa-rasanya mayoritas kita sudah cerdas memilih. Dalam memutuskan untuk memilih paling tidak ada tiga kata kunci : objektifitas, ideologi, pragmatisme (baca:kepentingan termasuk uang didalamnya) serta kebencian dan ketakutan.

"bangsa ini akan kembali terjerumus pada lubang yang sama, setelah diceraiberaikan ketika  pilpres 2014, Pilkada DKI 2017, sepertinya akan kembali diporakporandakan pada Pilpres 2019". Ko Pileg tidak dihitung! 

Sekali lagi!selamat menyiksa diri karena sikap suka dan tidak suka.
Selamat merasa benar sendiri!
Selamat mencari-cari kenyataan yang dipaksakan!
tapi kita harus ingat, demokrasi adalah anak kandung kapitalisme
Yang mempunyai sumber daya yang besarlah yang punya peluang besar untuk menang
Mudah-mudahan suara kita tidak dipinjam oleh oligarki, mereka yang mempunyai sumber daya besar! 
Kita hanya "seperti" berharga ketika kampanye, selanjutnya oligarkilah yang bekerja!

Rabu, 24 Nopember 2004

Rabu, 24 Nopember 2004
Mengikuti Seleksi CPNSD Kabupaten Ciamis. Tempatnya sekarang di SD Linggasari I (SD Bebedilan I). Di tempat ini pula, sekitar tahun 1989 pernah mengkuti lomba Bidang Studi IPS Tingkat Kabupaten Ciamis......ga jadi juara hikshikshiks....tapi dapat pengalaman istimewa. Anak SD kampung yang baru kenal istilah PR (Pekerjaan Rumah) ketika menginjak SMP mendapat kesempatan ikut lomba tingkat kabupaten, jelas sebuah kemewahan.

Sebetulnya pada akhir tahun 2003 pernah juga ikutan seleksi CPNSD dengan formasi yang sama DIII Kesekretariatan. Tempatnya testnya di SMPN I Ciamis. Seleksi saat itu terasa sangat istimewa karena ditinjau langsung oleh H. Oma Sasmita, SH.,M.Si, Bupati Ciamis saat itu.

Kamis, 23 Agustus 2018

Operasi Appendixitis

Di Ruang Perawatan RS TMC Tasikmalaya
Pasca Operasi , 12 Mei 2018

Sudah sekitar tiga harian sakit pinggangku tak kunjung mereda. Maka sepulang kerja sambil pepeyegengan kuputuskan untuk diperiksa di sebuah Rumah Sakit, dan Innalillahi hasil pemeriksaan USG menunjukkan usus buntuku mengalami peradangan yang telah kronis (cronic appendixitis). Wuuhhh harus dioperasi, sebuah kata yang cukup menakutkan. Ketakutanku juga ditambah dengan kondisi jantungku yang belum prima karena "keistimewaannya" sehingga memerlukan kriteria khusus sebelum naik meja operasi.

Belum lagi ketakutan akan peritonitis, pecahnya usus buntu karena peradangan yang akan membuat proses operasi akan semakin kompleks. Akhirnya setelah ditimbang-timbang dan kondisi yang juga tidak kunjung membaik akhirnya kuputuskan untuk dioperasi, Menyempurnakan ikhtiar. 

Setelah berkonsultasi dengan dokter bedah, diputuskan operasi appendixitis akan dilaksanakan pada pada hari Sabtu 12 Mei 2018. Uh Ini kali pertama dioperasi. Pernah sih pada tahun 2009 di cath, tapi rasanya tidak setegang sekarang. Pikiran berpetualang kamana-mana. Menghitung kemungkinan ini itu. 

Sekitar pukul 07.00 an mulailah proses itu. Dibius dengan Spinal Anestesi, supaya kerja jantung tidak terlalu berat kata dokter spesialis jantung. Selama operasi jantung full sadar dan mendengar gemerincing alat-alat operasi dan pembicaraan dokter bedah dan kru-nya. Darahku yang kehitaman menarik perhatian mereka. 

Tidak sakit dan alhamdulillah proses operasi berjalan lancar. 

Pasca operasi terjadi insiden. Aku mengalami sesak. 
Kesadaran menurun.
Sepertinya karena meminum Oxycodone. Obat pereda nyeri tingkat tinggi.
Mungkin tidak cocok karena aku punya kelainan jantung dan Hipertensi Paru.


Rabu, 22 Agustus 2018

Angkringan

Angkringan di Depan Stasiun Maos Cilacap


Pertama menyicipi kuliner angkringan sekitar lima tahun yang lalu, di pelataran depan Stasiun Maos Cilacap. Menjelang keberangkatan ke Bandung setelah mlaku-mlaku di sekitaran tanah Cilacap. Sambil menunggu kereta berangkat, Mas Annas  tuan rumah sekaligus local partner kita selama di Cilacap mengajak menikmati suasana angkringan.

Hidangannya khas dan sederhana. Ada berbagai jenis gorengan, sate-satean, tahu tempe, nasi bungkus dan lain-lain. Ada beberapa makanan dan minuman yang terasa agak asing bagi saya yang punya lidah Sunda. Menunya juga sederhana. Bapak penjualnya ramah. Suasana yang mencerminkan cita rasa dan suasana kebatinan yang penuh kesederhanaan. Sesuai dengan makna dan epistemologi angkringan itu sendiri.

Dari berbagai literatur, konon kata Angkringan (berasal dari bahasa Jawa angkring yang dapat diartikan sebagai alat dan tempat jualan makanan keliling yang pikulannya mempunyai bentuk yang khas, yaitu berbentuk melengkung ke atas). Angkringan juga dapat dipersonifikasikan sebuah gerobak dorong untuk menjual berbagai macam makanan dan minuman di pinggir jalan di Jawa Tengah dan Yogyakarta

Ketika berbicara tentang sejarah angkringan maka mau tidak mau kita harus menyebut nama Mbah Pairo. Dari sosok inilah sejarah angkringan bermula. Mbah Pairo adalah pionir konsep angkringan di Jogjakarta pada sekitar tahun 1950-an. Ia adalah perantau dari Cawas, sebuah kawasan di Klaten. Keterbatasan sumber daya yang ada didaerah asal memaksa ia untuk mengadu nasib di Jogjakarta. Dari latar belakang inilah angkringan sering dinisbahkan sebagai semangat perjuangan untuk merubah nasib, menaklukan kemiskinan. Romantisme kehidupan yang mencerminkan kerja keras dan keuletan.

Di Ciamis juga akhir-akhir ini banyak yang kuliner yang mengadopsi konsep angkringan. Di seputaran Alun-Alun Ciamis dan sekitarnya mudah kita temui angkringan-angkringan yang menambah khasanah wisata kuliner di Kota Manis. Sesuatu yang lima tahun kebelakang tidak ada akan kita temui, entah sebuah akulturasi budaya, atau strategi pemasaran belaka! 

Kemarau Mungkin Menjelang

Suhu udara malam hari sudah ada dingin-dinginnya. Gemintang mulai sering terlihat di langit malam. Melalui running di televisi, Mei-Agustus ...