Kamis, 03 Januari 2019

SAMAGAHA

Samagaha  (Sumber: The Guardian)

Tanggal Salapan Maret Dua Rebu Genep Belas Dunya Bakal Samagaha!
Dunya sabagian bakal poek!
Tapi moal lila!
Ngan saukur itungan menit!

Samagaha teh bukti kakawasaan Gusti Alloh!
Dzat nu murbeng sakabeh alam!

Dunya bakal poek!
tapi ulah galideur!
anggur mah jig geura wudhu!
dzikir ngagungkeun anu pantes diagung-agung!
sujud tumamprak kanu kawasa!
urang mah saha!
Hirup ngan saukur darma titipan!
ulah adigang adigung adiguna!
ulah asa aing uyah kidul!
ulah kena-kena keur boga harta jeung kawasa!


Dikejar Gelombang


Kesulitan itu seperti gelombang! Selama ada angin akan terus menghempas pantai. Begitu juga dengan kesulitan, selama hidup ia akan terus menerpa.

Kesulitan kadang tidak disadari saking kecilnya. Kadang tak diingini saking beratnya. Yang jelas Sang Khalik tidak akan membebani apa yang diluar kemampuan kita. Cuma seringnya kita tidak sadar dan tidak berserah diri.

Ketika kita bergelimang kemudahan, kita lupa Tuhan kita. Merasa semua adalah hasil kerja dan usaha kita. Tuhan seolah tidak berperan dan bukan karena kuasa Tuhan.... padahal sebenarnya kita siapa!

Ketika kita dirundung malang, kita jadi ingat Tuhan. Tapi terkadang bukan untuki berserah, justru marah sama Tuhan, mengapa kemalangan harus dialami diri. Merasa kemampuan diri mampu membuat semua takdir Tuhan menjadi baik.....padahal sebenarnya kita ini siapa!

Ditengah milyaran manusia dari Nabi Adam AS sebagai  manusia pertama sampai yang nanti yang terakhir! Kapasitas dan keunggulanmu ada di nomor berapa?

Ditengah luasnya luar angkasa dan banyaknya bintang gemintang...seberapa besar dirimu! Hanya sebutir pasir di padang pasir yang luas!

Berserah diri adalah kunci menghadapi segala kesulitan. Ikhtiar dilakukan juga dalam kerangka ibadah. Bukan untuk memaksakan hasil. Apapun dan bagaimanapun yang penting barokah! Lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Alloh SWT.

Aidit...Nasib Sebuah Nama!

September menjelang usai. 
Menjelang akhir September imajinasi ini selalu mengembara ke belakang! September 1965, tepatnya 30 September 1965. Kurun waktu yang banyak merubah arah perjalanan hidup bangsa ini. Banyak yang menyebut tragedi. Banyak pula yang menyebut konspirasi. Lepas dari semua polemik dan kontroversi yang ada,  kita harus belajar dari peristiwa yang terjadi di masa lalu. Sejarah memang  tidak akan terulang. Tapi terkadang ia hadir dalam bentuk dan pelaku yang berbeda.

Ingat September ingat peristiwa 30 September. Pasti ingat Partai Komunis Indonesia. PKI, sebuah partai besar saat itu dengan massa dan underbouw yang militan. Organisasi yang progresif revolusioner. Meraih suara empat besar pada Pemilu 1955 merupakan bukti sahih partai ini diterima masyarakat. Di pertengahan tahun 1960an tentu jumlah kader dan simpatisan partai ini semakin meningkat. Mewakili unsur Komunis dalam konsep Nasakom merupakan bukti pengakuan eksistensial terhadap PKI.

Ingat PKI pasti akan mengingat D.N Aidit. Ia adalah adalah Ketua CC. PKI yang berhasil menjadikan PKI sebagai kekuatan politik yang disegani saat itu. Tapi tragedi 30 September 1965 menyeret PKI pada sejarah kelam. Sebagai kekuatan politik ia menerima hukum besi ayunan pendulum kerja politik yang hanya mengenal menang dan kalah. Menang berkuuasa kalah terpuruk. 

Kekalahan tersebut juga telah mengeliminasi sebuah nama dari khasanah nama-nama yang biasa dipakai di Indonesia. Saya kira sejak tahun 1966 sampai sekarang tidak ada lagi orang tua yang menamai anaknya dengan nama Aidit..... paling banter ada nama Adit atau Aidil!

Sekali lagi politik itu hanya mengenal menang dan kalah. Jika menang yang 10 persen pendukung fanatiknya akan mendapat kejayaaan dan 10 persen penentangnya akan menderita. Sementara 80 persennya adalah masa mengambang dan akan ikut pemenang! Nanglu...Menang Milu!

Rabu, 02 Januari 2019

2018


Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk menjalani hari. Menapaki warsa 2019. Apapun keadaan hidup dan kehidupan tetap ingin tetap hidup dan berkehidupan.

Ku tutup mata, sejenak merenungi perjalanan ini. Sudah empat puluh tahun lebih. Uban dikepala banyak bermunculan, belum lagi rambut yang perlahan tapi pasti mulai menghilang. Sudah cukup tua diri ini, tapi jiwa terkadang tidak merasa tua. Masih jiwa yang perlu pendewasaan baik dari segala segi.

Tahun 2018 merupakan tahun yang penuh dinamika dan warna. Pada tahun ini ujian hidup terasa sekali. Walaupun masih bisa beraktifitas tapi dalam beberapa keterbatasan. Tidak sebugar dulu. Tapi kuterima dengan penuh syukur. Terus berikhtiar mudah-mudahan masih diberi kesempatan untuk memberikan manfaat bagi sesama.

Sakit ini pembelajaran yang luar biasa. Media intropeksi yang hebat. Ujian keimanan yang fundamental. Mudah-mudah sakit ini menjadi barokah dan aku bisa melewatinya dengan selamat.

Empat puluh tahun lamanya diberi kenikmatan sehat. Tapi terkadang dilupakan. Hampir semua keinginan diberi jalannya oleh Alloh SWT. Pekerjaan di daerah sendiri, Istri yang sholehah...(jangan ge er ya Neng Ima Siti Rohimah hehehehe), anak-anak yang menjadi penghias pandangan, bepergian kesana kemari, menuntut ilmu kesana kemari.... dan berbagai nikmat yang tidak mungkin dihitung dan dinilai. Sungguh tak pantas protes kepada Alloh SWT atas dikuranginya nikmat kesehatan ini. Jauh masih banyak kasih sayang-Nya yang tercurah.

Sakit ini bagai kawah candradimuka keimanan. Kembali merenungi eksistensi diri. Peringatan atas segala hal yang telah menyimpang. Meninjau kembali rencana-rencana duniawi yang daftarnya telah begitu panjang.

salah satu lessson learningnya adalah " ketika satu sisi dalam hidupmu ditambahkan maka ada satu sisi yang dikurangkan"

Alhamdulillah ya Allah hidupku penuh dinamika dan warna. Saya terima dengan sepenuh syukur. (@iskan_dahlan)

Rabu, 12 Desember 2018

HIO


Aku tak mau terlibat segala macam tipu-menipu
Aku tak mau terlibat segala macam omong kosong
Aku mau wajar-wajar saja
Aku mau apa adanya
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau terlibat persekutuan manipulasi
Aku tak mau terlibat pengingkaran keadilan
Aku mau jujur-jujur saja
Bicara apa adanya
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Hio, hio, hio-hio-hio
Hio, hio, hio-hio-hio
Ho-oo-ooo
Ho-oo-ooo
Ho-oo-ooo
Ho-oo-ooo
(Omongane lan kelakuane)
Aku tak mau bicara yang tentang aku sendiri tidak tahu
Aku tak mau mengerti kenapa orang saling mencaci
Aku mau sederhana
Mau baik-baik saja
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau kehilangan akal sehat di pikiranku
Aku tak mau menyaksikan ada orang yang dihinakan
Aku hanya tahu
Bahwa orang hidup
Agar jangan mengingkari hati nurani
Hio, hio, hio-hio-hio
Hio, hio, hio-hio-hio
Ho-oo-ooo
Ho-oo-ooo
Ho-oo-ooo
Ho-oo-ooo
Aku mau wajar-wajar saja
Aku mau apa adanya
Aku mau jujur-jujur saja
Bicara apa adanya
Aku mau sederhana
Mau baik-baik saja
Aku hanya tahu
Bahwa orang hidup
Agar jangan mengingkari hati nurani
Hio, hio, hio-hio-hio
Hio, hio, hio-hio-hio
Hio, hio, hio-hio-hio
Hio, hio, hio-hio-hio
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau mengingkari hati nurani
Aku tak mau mengingkari hati nurani

Selasa, 04 Desember 2018

Bersyukur


Saya tak sempat menanyakan namanya. Ia berasal dari daerah Payung Agung, sebuah desa di Kecamatan Panumbangan Ciamis. Bersama beberapa orang temannya ia tengah mengerjakan penataan halaman gedung diklat BKPSDM Kabupaten Ciamis.

Usianya telah 62 tahun, tapi fisiknya masih prima. Memecah batu dengan martil, menggotong aspal masih dapat dilakukan dengan mudah. Gusti Alloh memang Maha Adil….Maha Adil banget! Tiap kita ada yang dilebihkan dan ada yang dikurangkan!

Keringatnya mengucur deras! Maklum ia kebagian memasak aspal,” tapi ini masih belum ada apa-apanya di banding Kalimantan”. Disana panasnya empat kali lipat! Woah ga kebayang. Cuaca Ciamis kalau lagi panas kadang membuat saya lupa bersyukur!

Dari mereka saya banyak belajar. Terutama bersyukur! Tanpa bersyukur tidak akan ada pekerjaan yang lebih enak, tidak akan ada pekerjaan yang lebih baik, tidak akan ada pekerjaan yang lebih prestis.

Tanpa qonaah tidak akan ada posisi jabatan tinggi, tidak akan ada harta yang banyak, tidak akan  ada kendaraan yang enak. Akan selalu kurang dan tidak puas!

Sejatinya hidup itu ya dijalani, disyukuri dan dinikmati!

Sabtu, 17 November 2018

Test CPNS

Kartu Peserta Test CPNS 

Sebetulnya jadi PNS itu ya ingin ga ingin. Sehabis lulus SMA pernah ikut test STPDN, bapakku terobsesi banget anaknya jadi praja STPDN (dulu APDN). Mungkin beliau terpesona kegagahan oleh alumni APDN yang pernah praktek di desa atau yang bertugas di kecamatan. 
Gagal (sepertinya ada permasalahan dengan kesehatanku).
jadi aku ikut UMPTN saja. 
Eh gagal juga.

Sehabis mendapatkan ijazah diploma dan strata satu, seperti teman-teman lain cita-cita ya bekerja di seputaran Sudiraman MH Thamrin.... eh nyangkutnya magang di Wisma Bisnis Indonesia, Slipi. Tapi setidaknya pernah merasakan atmosfir bekerja di ibukota.

Dulu test CPNS belum pakai CAT (Computer Assisted Test), masih test manual menghitamkan lingkaran jawaban dengan pensil 2B. Metode test biasa, Ebtanas, UMPTN dan SIMAK diberbagai Perguruan Tinggi memakai metode itu. Setelah menjawab dengan maksimal harapan selanjutnya lembar jawaban bisa dibaca scanner dengan baik. Selanjutnya berdo’a mudah-mudahan nilai yang didapat lebih baik dari peserta  yang lain.

Soalnya seputar wawasan kebangsaan/sejarah, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, TPA dan seputar program studi. 

Tahun 2003 mengikuti test serupa. Gagal, belum takdirnya. Tahun 2004 ikut lagi. Mencoba lagi. Selalu ada harapan bagi mereka yang terus berusaha dan berdoa.

Masih di kabupaten dan formasi yang sama. Formasi Tenaga Teknis Administrasi Persyaratan DIII Lulusan Program Studi Kesekretariatan IPK Minimal 2,50. Pas banget dengan Ijazah yang ku pegang Program Studi Kesekretarian dan Administrasi Perkantoran, program studi yang dulunya agak aku sesali. Aku merasa program studiku kurang maskulin. Ternyata akhirnya ada hikmah dibalik itu, program studi yang jarang sehingga ketika test berlangsung sainganku hanya sekitar 11 orang.
IPK-ku pun pas-pasan banget…. Hanya terpaut 0,3 dari syarat minimal. Ya IPK DIII-ku hanya 2,53 (tapi dari Politeknik Universitas Indonesial lho….. sombong dikit boleh ya). Ga berbeda dengan tahun sebelumnya, tingkat keyakinanku bisa menjawab benar 70%-an soal.


Test usai sudah. Aku tidak berharap banyak. Kuputuskan untuk kembali ke Jakarta.Kembali melamar pekerjaan. Kembali rajin membuka Karir.com, Koran Kompas edisi Sabtu dan Minggu. Membikin dan mengirimkan lamaran. Hidup kembali penuh penantian….dering telepon menjadi sesuatu yang dirindukan.

Akhir Desember keluarga dan teman memberi tahu bahwa namaku ada dikoran….aku lolos test CPNS….. Wah massa!
Alhamdulillah!

Menyisakan Ketidakpercayaan

Bulan-bulan terakhir ini banyak sekali pembelajaran hidup. Terima kasih telah memberikan bahan untuk belajar. Sangat berharga sekali. Sering...