Dewa Slide

Dewa Slide

Minggu, 28 Juni 2020

Memotret Indonesia di Layar Media Sosial


Dari dulu dinamika Ipoleksosbud hankam itu  ada
dengan adanya media sosial jadi terasa dekat dan terasa

Dari dulu konflik politik itu ada
kini melalui media sosial
orang bebas berpendapat
menyatakan sikap dan afiliasi politiknya
ada yang ekstrem
ada yang cari aman
ada juga ya tidak peduli (sambil ngintip mana yang bakal menang dan paling menguntungkan).

Dulu konflik ideologi itu juga ada
sejarah 74 tahun Indonesia merdeka juga banyak diwarnai dengan konflik ideologi
yang kadang memanas dan berdarah-darah.
Permasalahan ideologi di Indonesia seperti api di dalam sekam!
konflik ideologi muaranya ya di konflik politik.
yang kalau tidak pandai mengelolanya akan memicu colateral damage!

Begitu juga dengan ekonomi.
konflik masih tetap dan selalu ada
selama belum terwujudnya keadilan sosial
dan masih tingginya kesenjangan
sikap curiga dan syak wasangka akan selalu ada. 





Kukusan...Bagian Perjalanan Hidup (1)

Rumah Petak Tumbuh (RPT).
Sumber foto: Ayahzaid.blogspot.com

Bulan pertama kuliah di Politeknik Universitas Indonesia (sekarang Politeknik Negeri Jakarta),
Ngekost daerah Kukusan Kelurahan, biasa disingkat Kukel. 
Kosannya sederhana, biasa disebut RPT (Rumah Petak Tumbuh).
Kukusan saat itu masih hijau, sejuk. 
Tapi kadang ada aroma tidak sedap dari peternakan Sapi. 

Tidak lama ngekost di RPT ini. 
Hanya sebulan. 
Berikutnya pindah ke Wisma Felicia,
masih di bilangan Kukusan, antara Kukusan Kelurahan dan Kukusan Teknik. 

Kamarnya banyak, sekitar 13an.
Ada yang dari FT, FE, FMIPA, FISIP malah ada yang dari Gunadharma.
Senang bisa bergaul dengan banyak orang dengan banyak latar belakang.
Hitung-hitung belajar di dunia nyata. 

Di Felicia juga merupakan kosan paling lama.
Mulai dari 1997 sampai dengan tahun 2003, walau pernah interupted juga sih.
Pernah sebentar di Dempo dan di daerah Srengseng Sawah,
tapi ya itu, ketika ga betah balik lagi ke Felicia. 

Relasi Rekreasi dan Media Sosial

Booming piknik!
trend berwisata.

booming juga pada buat destinasi wisata,
bagus, kreatif dan menangkap peluang. 

Kadang aku mikir, 
kalau di banyak tempat ada destinasi wisata,
Ntar siapa yang nikmatinnya. 

Kadang nanya juga,
apa sih sebenarnya mereka berekreasi!
apakah sekedar menyemarakan khazanah dunia selfie!

Pada dasarnya manusia itu (termasuk saya) :
Ingin eksis
ingin dilihat
ingin di dengar
terus sekarang ada media sosial
Klop.

Dulu mau masuk media untuk mempublikasi sesuatu itu susah!
Masuk koran ga gampang
masuk tv apalagi!
Kini bisa diposting di instagram, facebook, twitter, youtube dan lain-lain!
hanya bermodal konten dan kuota.
tidak ada ada batasan asal jangan pornografi, amoral, kekerasan dan SARA. 

Bagaimanapun berekreasi itu penting. 
untuk mencharge jiwa yang lelah 
relaksasi otot-otot yang telah bekerja keras
makin banyak tempat destinasi wisata makin baik


Trend Ngevlog...Gue Tetap Ngeblog


Alasannya sih memang sepertinya ga bakat ngevlog.
Pemalu saya...mesti bicara sendiri di ruang publik
Hi.....gaesss!
Sebernarnya vlog ga harus gitu juga sih!
Selain keterbatasan infrastruktur buat ngevlog,
Juga keterbatasan mobilitas.

Jadi ya tetap ngeblog,
ada ga ada yang baca.
Passionnya emang dinulis!

Lagian aku orangnya ga seneng jadi follower.
Kurang senang ikut-ikutan!
Musim a ikut a
trend b ikut b
waktu lagi musim Batu Akik, ga pake batu akik!
sekarang lg musim sepedahan......ga ikut2an (jangankan naek sepeda naek tangga aza saya  mesti ngatur napas heheheh).
senang atau ga senang ya karena emang senang dan ga senang!
Senang Milan ya emang suka za!
Ga suka Juve, ya karena suka Milan.....
Ga ade embel-embel biar diakui atau benefit duniawi lainnya.
peribahasa bareng kambing ya harus mengembik 
agak kurang berlaku buat saya
walau kadang buat safety aku lakuin juga!
walau batin tersiksa. 

Sabtu, 20 Juni 2020

Faghfirli Yaa Robb!

Awal Januari sampai pertengahan Januari 2020 masih asyik menyimak banyak orang membully Anies Baswedan terkait banjir Jakarta.
Kadang baper juga sih!
Bangsa Indonesia yang terkenal karena keluhuran budayanya ko jadi seperti ini.
Keberpihakan membuat orang rela membunuh logika, empati, simpati bahkan common sense yang paling mendasar.

Wabah Cirus Corona di Wuhan, terdengar lapat-lapat.
Pemerintah tenang-tenang saja.
Saya pun tenang-tenang saja.
Analisaku yang terbatas bilang ah paling juga seperti SARS, MERS atau Flu Burung.
Tidak perlu terlalu dikhawatirkan.

Tapi ternyata selain mematikan
virus ini penyebarannya cepat dan mudah sekali.
Panik
Banyak yang berubah.
Ada yang khawatir dan waspada!
Ada yang tidak percaya dan cuek-cuek saja!



Sabtu, 06 Juni 2020

Kita dan Makanan




Terkadang kita kecut dan kecewa ketika menu di meja makan kita tidak sesuai dengan selera dan keinginan kita.
Padahal banyak di luar sana masih banyak orang yang prihatin karena kekurangan makanan.
Jangankan memilih menu! Makan siang dan makan malam saja mereka ga tahu, bisa diselenggarakan atau tidak!.
Makin meningkat pendapatan makin banyak pilihan dan makin banyak pula keinginan.

Berdasarkan penelitian, 40% makanan yang kita stock di kulkas kita atau di dapur kita akan berakhir pada proses pembusukan, berjamur sehingga tidak layak makan.
Akhirnya dibuang.
Masih beruntung jika makanan tersebut dapat dimanfaatkan buat ternak atau peliharaan kita.
Kalau tidak!
Alangkah dzolimnya kita terhadap makanan.
Tidak menghargai proses berbuahnya!
Tidak menghargai proses pembuatannya!
Tidak menghargai yang memberinya!
Dan yang ironis, tidak berempati bagi mereka yang membutuhkan.  

Pernahkan kita berpikir.
Jangan-jangan justru di makanan yang kita buang adalah makanan yang ada berkahnya.
Kita ga pernah tahu!
Orang tua dulu sangat keras dalam hal menyisakan makanan.
Satu butir nasi saja, jangan sampai tersisa!
Selain ajaran agama.
Tidak menyisakan makanan adalah menghargai makanan itu sendiri.
Menghargai produsennya!
Prosesnya!
Distribusinya!
dan terutama Penciptanya....Alloh SWT.